Pembelajaran seni musik di sekolah mengandung pendidikan
karakter yang menyentuh unsur olahrasa dan pengembangan imajinasi. Model
pembelajaran secara ansambel atau bermain musik bersama seperti paduan suara
dan angklung, mengajarkan kerja tim dan pembelajaran.
Menurut Addie Muljadi Sumaatmadja atau dikenal luas sebagai
Addie MS, komposer, dalam ansambel, seorang pemain tidak boleh egois, merasa
paling hebat, dan menonjol sendiri. “Bisa rusak ansambelnya,” ujarnya, seperti
dilansir http://dikdas.kemdikbud.go.id,
Kamis (4/12). Addie menjadi konduktor dalam upacara peringatan Hari Guru
Nasional yang digelar di halaman kantor Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Addie berharap pembelajaran seni di sekolah tak hanya musik.
Seni lain seperti lukis, menurutnya, sebaiknya juga diakomodasi terutama di
jenjang pendidikan dasar. “Sebab sepuluh tahun pertama usia yang krusial untuk
pembentukan karakter,” jelas pendiri Twilite Orchestra yang lahir di Jakarta, 7
Oktober 1959, ini.
Apakah kini Addie punya rencana membantu guru musik di
sekolah agar lebih berkualitas? Jika dilakukan secara massal, ya. Namun ia
butuh dukungan sesama seniman untuk mewujudkan gerakan itu serta dukungan
Kemendikbud. “Saya tidak ada niat komersialisasi,” tegasnya. Sejak 1998 hingga
2005, bersama Twilite Orchestra, Addie menjalankan misi edukasi melalui konser
di berbagai sekolah maupun universitas. “Kalau ada gerakan lagi ke situ, saya
pengin lebih ke guru karena penyebarannya lebih efektif.”
Pengajaran yang diberikan kepada guru, Addie menjelaskan,
diselaraskan dengan kurikulum. Improvisasi tetap dibolehkan, tapi tidak terlalu
jauh dari standar kurikulum. “Misalnya bagaimana mengajarkan murid rhytm.
Bahannya sama, cuma caranya saja beda,” jelasnya.
Addie menilai, pesan yang disampaikan guru kepada siswa
sering tidak efektif. Pengajaran dilakukan secara dogmatis, hafalan, dan kurang
memuji siswa. (*/lee)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar