Senin, 28 Januari 2013

Tugu Kebersamaan Pomparan Raja Simanihuruk di Harapohan Samosir Bakal Jadi Obyek Wisata Budaya

Penasehat Raja Manihuruk Se Dunia Wilayah Simalungun, Kol (Purn) TNI AU St Drs Warman Martuah Manihuruk (Asal Haranggaol)
Pasca Diresmikan (27-28-29 Desember 2012)

Samosir, BERITAKU

Keberadaan Tugu (Monumen) di Kabupaten Samosir, Provinsi Sumatera Utara kedepannya harus mampu dijadikan sebagai obyek wisata budaya. Tugu marga-marga Batak tidak lagi sekedar symbol kuburan semata, namun dapat dijadikan sarana obyek wisata, khususnya bagi kerabat marga itu sendiri terlebih bagi generasi penerusnya.

Hal itu juga yang mulai diwujudkan Pomparan Raja Simanihuruk dengan rasa kebersamaan membangun sebuah tugu yang menjadi symbol pemersatu marga Simanihuruk se Dunia. Kebersamaan dan rasa keekluargaan diharapkan akan bisa semakin erat diantara keturunan Raja Manihuruk, baik dongan tubu, juga marboru.

Peresmian Tugu Simanihuruk diawali dengan ritual Hahomion di dalam tugu dihadiri lima ribuan pomparan Raja Simanihuruk se Dunia menghadiri pesta peresmian tugu Raja Simanihuruk di Harapohan, Desa Lumban Suhi, Kecamatan Pangururan, Samosir, Kamis, Jumat, Sabtu (27, 28, 29/ 12/2012).

Serangkaian acara telah dimulai Kamis sejak pukul 7.00 Wib, diikuti puluhan keturuan Raja Simanihuruk yang sudah hadir sejak beberapa hari lalu. Dalam ritual Hahomion, keturunan Raja Simanihuruk menyampaikan doa dan penghormatan kepada nenek moyang Raja Simanihuruk.

Dalam acara disampaikan makanan dan minuman sebagai persembahan kepada leluhur  atau biasa disebut sesajen. “Ini merupakan bentuk penghormatan kepada nenek moyang kita yang sudah meninggal,” kata Ama Prita atau Geleng Manihuruk dan Ama Hotlen  Manihuruk yang memandu acara ini.

Kemudian, keturunan Raja Simanihuruk, juga mencicipi makanan dan minuman yang sudah dipersembahkan sebelumnya. Usai acara Hahomion, dilakukan acara kebaktian yang dipandu Pastor Nelson Sitanggang dari gereja Katolik Paroki St Mikael Pangururan,  Samosir. 

Acara kebaktian berlangsung hikmad dan teduh. Pastor Nelson mengingatkan bahwa acara adat tidak bertentangan dengan iman dan kepercayaan yang dianut keturunan Raja Simanuhuruk sepanjang tidak menabrak ajaran yang disampaikan Tuhan dalam FirmanNya.

 Prosesi Manortor Sabtu 29 Desember 2012.

Usai acara kebaktian, dilanjutkan acara inti peresmian yang dimulai dengan sambutan yang disampaikan oleh inisiator pembangunan tugu Archenius Manihuruk MBA, sambutan dari ketua panitia peresmian Geleng Manihuruk dan sambutan dari Sahala Manihuruk SH, yang juga putra dari (alm) Jenderal AE Manihuruk, sebagai ketua panitia  pembangunan tugu.

“Proses pembuatan tugu, diawali dari bincang-bincang pada Februari 2010. Lalu kemudian keturunan Simanihuruk sepakat membuat tugu yang dimulai Juni 2010. Tugu ini sebagai monument, asal mula Manihuruk dimana pun berada. Apalagi banyak marga Manihuruk tidak mengerti asal usulnya di sini (Harapohan). Jadi tugu ini dibuat untuk mempersatukan seluruh marga Manihuruk, bahwa asalnya dari sini,” jelas Sahala  Manihuruk.

Disebutkan, Tugu tersebut dibangun dengan luas 1.800 M2 dengan ketinggian 24 meter dan diameter 12 meter. Didirikan di tanah wakaf Manihuruk. Pekerja yang mengerjakan didatangkan dari Ciaimis, Jawa Barat. Di puncak tugu, replika Raja Simanihuruk yang pertama naik kuda, yang dianggap sebagai alat transportasi zaman dulu.

“Replika raja yang menunggang kuda tersebut terbuat dari tembaga yang berasal dari Yogyakarta. Lebih lanjut disampaikannya, biaya pembuatan tugu dihabiskan Rp2 miliar. Replika oppung naik kuda dan oppung boru di sampingnya terbuat dari tembaga,” jelas Sahala.

Peresmian tugu diwarnai juga dengan upacara mangharahiri horbo (kerbau). Kerbau jenis jantan yang sudah dipersiapkan, dihela dari kolong rumah oleh lima orang petugas, yang sebelumnya melakukan proses pencucukan hidung.

Kerbau dihela ke tengah lapangan tugu, yang sudah dipadati ribuan keturunan Raja Simanihuruk. Kerbau yang ditambatkan di sebuah kayu dengan rimbunan daun yang sudah dipancangkan di tengah lapangan. Kerbau akan dipotong pada akhir pesta peresmian, Sabtu, 29 Desember 2012  malam.

Menurut Sihotang, petugas yang melakukan lahatan atau manghara hiri, kerbau yang dipotong nantinya akan diberikan kepada para raja hula-hula, boru dan raja adat. “Sesuai tradisi kerbau akan dipotong dan akan dipersembahkan kepada para raja-raja,” jelasnya.

Ingan Malem Manihuruk, panitia dari kalangan naposo mengatakan, tujuan pembangunan dan peresmian tugu adalah untuk mempersatukan seluruh marga Simanihuruk di seluruh dunia. Menegaskan dari Harapohan ini lah asal muasal Manihuruk.

Ingan Malem Manihuruk, sebagai bagian dari panitia mengatakan, dalam rangka peresmian tugu pemersatu dan wujud kebersamaan itu, juga akan dilaksanakan pembentukan pengurus Simanihuruk se Dunia.

“Bukan sampai disini saja, acara ini akan dilanjutkan pada pembentukan kepengurusan. Sehingga ke depan, akan ada kemudahan saat ada kesulitan dan kabar gembira yang menjadi milik bersama,” jelasnya.

Dimana, kepengurusan ini nantinya akan difungsikan sebagai jembatan untuk mengkomunikasikan rencana-rencana pembangunan keluarga secara berkelanjutan. Bukan saja kebahagiaan atau pesta, melainkan juga saat terjadi duka atau hal-hal yang tidak diinginkan.

Karena, menurutnya, jumlah 5.500 an keluarga besar Raja Simanihuruk datang dalam satu kesempatan sangat berharga. Sehingga dalam penentuan kepengurusan nantinya, diharapkan telah mewakili seluruh keturunan Raja Simanihuruk. Pemilihan kepengurusan dilaksanakan Sabtu 29 Desember 2012.

Disampaikannya, naposo (muda/mudi) sangat mendukung kegiatan tersebut, diantaranya membantu dalam penggalangan dana seperti membuat souvenir-souvenir, seperti kaos, topi dan lainnya yang dijual kepada peserta. Hasil dari penjualan selanjutnya diserahkan kepada panitia peresmian pembangunan tugu.

Obyek Wisata Budaya

Pada hari terakhir pesta peresmian Tugu Manihuruk, Sabtu 29 Desember 2013, Bupati Samosir, Mangindar Simbolon berkunjung ke acara tersebut. Bupati disambut Tokoh Manihuruk yang hadir pada kesempatan itu.

Menurut Mangindar Simbolon, Tugu Raja Simanihuruk yang dibangun dengan luas 1.800 M2 dengan ketinggian 24 meter dan diameter 12 meter dan di tanah wakaf Manihuruk, kedepan harus bisa menjadi obyek wisata Budaya di Kabupaten Samosir.

“Kedepan Tugu Marga bukan lagi semata-mata sebagai tanda, namun kedepan Tugu Marga, diharapkan bisa sebagai obyek wisata Budaya di Samosir. Kita harapkan marga-marga lain bisa meniru apa yang telah dilakukan Pomparan Raja Manihuruk ini dengan membangun Tugu Raja Simanihuruk di Harapohan ini,”katanya.

Mangindar Simbolon juga berjanji akan memperbaiki jalan sekitar 5 kilo meter dari jalan Raya Simanindo menuju Tugu Manihuruk di Harapohan, Desa Lumban Suhi, Kecamatan Pangururan, Kabupaten Samosir. Tahun 2013 ini jalan tersebut sudah dibangun.

Menurut Mangindar Simbolon, sarana pendukung di sekitar Tugu Simanihuruk juga harus dibangun demi kenyamanan pengunjung ke Tugu tersebut. Sara itu seperti tempat penginapan, rumah doa, WC serta sarana makanan dan pendukung wisata Budaya lainnya, termasuk Souvenir Raja Manihuruk.

Sementara itu, Penasehat Raja Manihuruk Se Dunia Wilayah Simalungun, Kol (Purn) TNI AU St Drs Warman Martuah Manihuruk (Asal Haranggaol) mengatakan, peresmian Tugu Raja Pomparan Simanihuruk itu sebagai sarana silaturahmi keturunan kerabat Marga Manihuruk se Dunia.

Dirinya berharap akan pesta dilakukan minimal satu kali dalam lima tahun sebagai sarana silaturahmi pertemuan Pomparan Raja Manihuruk se Dunia. Acara peresmian selama tiga hari berjalan dengan tertib, walau Panitia masih ada kekurangan seperti sarana transportasi pengunjung dan sarana kamar mandi dan WC.

Dirinya juga mengaku salut kepada Naposo Simanihuruk se-Dunia yang turun langsung membantu panitia dalam acara tersebut. Naposo Si Manihuruk seperti Joseph (Zoxar) Manihuruk turut berperan dalam pembuatan souvenir berupa baju, undangan, sertivikad kunjungan serta lainnya dalam acara tersebut.

 Rombongan Manihuruk dari Jambi

Mora Parna Saragih Manihuruk, salah seorang Ponparan Manihuruk asal Desa Hutaimbaru, Kabupaten Simalungun yang kini menetap di Bandung, Jawa Barat mengatakan, pesta tersebut cukup meriah.

MUlai dari Tortor Perwakilan Manihuruk se Indonesia, serta makan bersama dengan lauk masakan Rendang Daging Kerbaunya yang cukup enak yang dimasak oleh Bapak Situngkir asal Dolok Sanggul (Boruni Manihuruk).

“Acaranya cukup bagus bang, namun sarana air bersih dan WC kurang mendukung. WC itu sangat penting, mengingat kunjungan warga Manihuruk selama tiga hari itu mencapai 5000 orang seperti kata Panitia itu. Tapi salut buat Naposo Si Mnaihuruk yang turut serta membantu panitia khususnya dalam melayani pengunjung saat makan bersama selama tiga hari berturut-turut,”kata Mora.

Wisata Budaya Rutin

Sementara pengalaman berharga juga dialami Mario Manihuruk (Kelas 2 SMP Asal Bandung), cucu dari St Berlin Manihuruk (Desa Hutaimbaru). Dirinya bersama keluarga Manihuruk Kabupaten Simalungun dari Desa Sibolangit, Bage, Baluhut, Soping, Hutaimbaru, Nagori Purba, Gaol, Binangara, Sihalpe, Nagori dan Haranggaol dengan menggunakan KM Dame (Hutaimbaru)  sangat menikmati kunjungan pesta tersebut.

“Saya senang bisa ikut dalam pesta peresmian Tugu Manihuruk di Harapohan ini. Saya selaku Pohompu Manihuruk sudah tahu kalau Manihuruk sudah punya Tugu. Sebagai anak Manihuruk yang lahir di Kota, saya akan tetap ingat sejarah Marga Manihuruk ini. Terimakasih kepada Bapa Doli St WM Manihuruk yang mensponsori perjalanan ke Haropohan dengan KM Dame ini,”ujarnya polos.
Acara Manortor (keempat dari kiri) Ketua Manihuruk Se Dunia.

Marsella Br Manihuruk, Monang Saragih Manihuruk, Mario Manihuruk, Jaya Manihuruk, Kiki Manihuruk, Rosenman Manihuruk, Radesman Manihuruk, Oliver Manihuruk, Dorman Tuah Manihuruk, Vebrintardo Manihuruk mengalami pengalaman yang sama saat berkunjung ke Tugu Manihuruk di Harapohan tersebut.

Walau berjalan kaki sekitar 4KM menuju Tugu Manihuruk, Sabtu 29 Des 2012, rombongan keluarga Manihuruk Kabupaten Simalungun pesisir Danau Toba Desa Sibolangit, Bage, Baluhut, Soping, Hutaimbaru, Nagori Purba, Gaol, Binangara, Sihalpe, Nagori dan Haranggaol sangat antusias. Hal itu sangat jelas dilihat dan dirasakan penulis juga saat ikut bersama rombongan.

Pesta peresmian Tugu Raja Simanihuruk sudah usai dan dari kegiatan pesta tersebut telah dibentuk Pengurus Punguan Raja Simanihuruk se Dunia dengan susunan inti kepengurusan Ketua Umum, Archernius Manihuruk, MBA (A Melita-Jakarta), Sekretaris Umum Ober Manihuruk, SH (A Philip-P Siantar) dan Bendahara Umum, Kardiman Sagala (A Yohana-Bekasi Jawa Barat) dibantu oleh Ketua Wilayah-Wilayah di penjuru dunia. Marilah kita dukung dan bantu Pengurus dalam melaksanakan visi dan misi Punguan khususnya Tugu Raja Simanihuruk. (Rosenman Manihuruk) (Berita ini telah dimuat di Majalah Dalihan Natolu Edisi Februari 2013 dan Majalah Sauhur Simalungun Edisi Februari 2013).

Foto-Foto Hasil Jepretan Gue Sabtu 29 Desember 2012.

 Bupati Samosir Mangindar Simbolon Sabtu 29 Desember 2012.

























 Rombongan Manihuruk Dari Sibolangit, Bage, Soping Sabah, Soping, Hutaimbaru, Nagori Purba, Gaol, Binangara, Sihalpe, Nagori dan Haranggaol saat tiba di Lumban Suhi Samosir, Sabtu 29 Des 2012. Foto-foto Rosenman Manihuruk.
 
 Rumah Keluarga Manihuruk di Desa Beday Lumban Suhi Samosir. Ornamen khas Toba.


1 komentar:

Unknown mengatakan...

tahun 2015 on lang masuk dope panggi
pamasuk ham madah aseh tambah mantap