Sabtu, 13 Desember 2014

Separuh Masyarakat Jambi Belum Manfaatkan Industri Keuangan

Jambi-Separuh masyarakat Jambi atau 50 persen dari Jumlah penduduk di Jambi ternyata belum memanfaatkan layanan jasa industri keuangan seperti di perbankan. Tingkat persentase minat masyarakat untuk membuka rekening di bank hampir sama dengan persentase tingkat nasional. Survei di Jambi, katanya, berdasarkan dari jumlah rekening yang ada.

Hal itu dikemukakan Kepala OJK Provinsi Jambi, Darwisman, di Jambi, Jumat (12/12). Menurut dia, berdasarkan hasil survei, memang pemanfaatan akses masyarakat Jambi terhadap industri keuangan ini hanya 50 persen, itu jika kita melihat dari jumlah rekening yang ada, jumlah penabung, jumlah deposito dan jumlah giro.


Fenomenan ini, kata dia, tentu menjadi hal yang penting bagi OJK dan industri jasa keuangan di Jambi, agar lebih banyak lagi mensosialisasikan pentingnya akses perbankan ke masyarakat.

“Kita upayakan lebih banyak lagi mensosialisasikan tentang industri keuangan perbankan ke masyarakat yang tentunya dibantu kawan-kawan media untuk menyebarluaskannya," ujarnya.

Selama ini, ungkapnya, masyarakat Jambi cenderung menyimpan uang di bawah bantal tempat tidur. Namun hal itu tentu saja tidak efektif, sebab jika ada keperluan sedikit saja tentu mereka mengambil uang itu.

“Kita akan didik masyarakat kalau bisa nanti mereka menabung, tentu dari hasil usaha atau dari hasil panen bagi mereka yang bertani. Selain ditabung kita akan didik mereka untuk berinvestasi," katanya.
Di Jambi, kata dia, masih banyak masyarakat yang tinggal jauh dari akses bank, hal itu tentu saja mempersulit masyarakat dan mengurangi niat masyarakat untuk menabung.

Data itu, katanya, juga berdasarkan konsultasi OJK dengan beberapa kepala daerah di Jambi.

“Itu sedang kita jajaki dan monitor, kami dari OJK terus mendorong kawan-kawan industri ini untuk bisa melebarkan sayapnya. Dan kawan-kawan industri keuangan juga harus bisa melihat bahwa masih ada daerah-daerah yang potensial, yang sebenarnya kawan-kawan industri bisa membiayainya. Dari pada harus berkutat di kota Jambi yang mengakibatkan pangsa pasar jadi jenuh dan menyebabkan persaingan," kata Darwis.

Dijelaskannya lagi, tingkat pendidikan dan pemahaman adalah penyebab utama kurangnya minat masyarakat untuk menabung.

Industri keuangan hendaknya mengeluarkan produk tabungan sederhana yang tidak ada biaya administrasi, misalnya masyarakat bisa menabung dalam jumlah berapapun.

“Itu juga tanggung jawab kita untuk mendidik dan meningkatkan pemahaman akan pentingnya menabung agar masyarakat merasakan manfaatnya. Dengan semakin banyak masyarakat menabung, maka masyarakat tersebut sudah semakin pintar mengelola keuangannya," imbuhnya.
Selain itu, tabungan masyarakat oleh industri akan dioptimalkan dalam rangka disalurkan kembali ke masyarakat di sektor-sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dan masyarakat yang membutuhkan.

“Bayangkan, jika satu juta masyarakat menabung dengan Rp10 ribu, berapa perputaran uang yang bisa dioptimalkan. Uang tabungan akan dihimpun perbankan yang kemudian disalurkan kembali ke masyarakat. Ini adalah PR besar OJK," tukasnya.(ant/lee)

Tidak ada komentar: