Hasip Kalimuddin Syam berikan sambutan Pembekalan Adat Melayu Jambi bagi Kepala Desa dalam Provinsi Jambi angkatan XVI bertempat di Hotel Ratu Senin 26 Mei 2014 |
Adat Melayu Jambi sudah lama eksis dalam menjalani proses
pembangunan di daerah Jambi. Dimana kehidupan masyarakat Melayu Jambi sangat
erat dengan landasan falsafah, nilai moral, nilai pendidikan dan bahkan
menjawab permasalah kemasyarakatan, bahkan permasalahan keduniaan.
R
MANIHURUK, Jambi
Untuk itulah, sangat tepat apabila kita saat ini, terus
menerus berupaya menggali dan melestarikan Adat Melayu Jambi ini sebagai filter
bagi masyarakat kita dalam menghadapi globalisasi dunia.
Salah satu segi yang menjadi contoh dari kehidupan adat
Melayu adalah dimana kearifan lokal ini dapat menyelesaikan berbagai masalah. Mulai
dari sengketa tanah, perselisihan antar warga, bahkan kasus pembunuhan. Dimana
jika sudah ditangani secara adat tidak lagi dituntut secara hukum, karena di
dalam adat Melayu Jambi semua permasalahan diselesaikan dengan mengedepankan
musyawarah.
Demikian disampaikan Gubernur Jambi Drs H Hasan Basri Agus
(HBA) saat membuka pembekalan adat Melayu Jambi bagi kepala desa dalam Provinsi
Jambi Angkatan XVI bertempat di Hotel Ratu,Senin (26/5). Acara ini dilaksanakan
pada 25 Mei hingga 28 Mei dengan jumlah peserta 50 orang.
Peserta terdiri dari Kepala Desa Kabupaten/Kota,
Remaja Melayu Jambi, Himpunan Perempuan Melayu Jambi. Kegiatan ini
bertujuan untuk menyamakan persepsi terhadap Budaya Jambi sehingga dapat
melestarikan dan memperkuat peranan adat Melayu Jambi di tingkat desa dan
kelurahan.
Menurut HBA, pentingya peranan adat Melayu Jambi sebagai
filter menghadapi globalisasi dunia. Bahwa Adat Melayu Jambi sudah lama
eksis dalam menjalani proses pembangunan di daerah Jambi.
Dimana kehidupan masyarakat Melayu Jambi sangat serat dengan
landasan falsafah, nilai moral, nilai pendidikan dan bahkan menjawab permasalah
kemasyarakatan, bahkan permasalahan keduniaan.
“Untuk itulah, sangat tepat apabila kita saat ini, terus
menerus berupaya menggali dan melestarikan Adat Melayu Jambi ini, sebagai
filter bagi masyarakat kita dalam menghadapi globalisasi dunia,” kata HBA.
Disebutkan, dalam era globalisasi, dalam era perkembangan
dunia yang bergerak begitu cepat, nilai-nilai adat Melayu tetap relevan dan
dapat memberikan jawaban. Karena sifatnya yang adaptif yang bisa menyesuaikan
diri tanpa meninggalkan prinsip-prinsip yang luhur.
“Salah satu segi yang menjadi contoh dari kehidupan adat
Melayu adalah dimana kearifan lokal ini dapat menyelesaikan berbagai masalah. Mulai
dari sengketa tanah, perselisihan antar warga, bahkan kasus pembunuhan, dimana
jika sudah ditangani secara adat tidak lagi dituntut secara hukum, karena di
dalam adat Melayu Jambi semua permasalahan diselesaikan dengan mengedepankan musyawarah,”
katanya.
Dikatakan, dalam menghadapi tantangan keadaaan dan
memecaahkan berbagai permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat pemerintah
tidak dapat berjelan sendiri dan mengemban tugas sendiri.
Oleh karena itu, kebersamaan dengan tokoh-tokoh adat, alim
ulama, pra cerdik pandai, ninik mamak dan tokoh masyarakat lainnya merupakan
kekuatan yang sangat dahsyat dalam menjalani roda pemerintahan.
“Beberapa waktu yang lalu, saya menghadiri acara syukuran
penyelesaian konflik antara SAD di Kabupaten Batanghari dengan salah satu
perusahaan, yang penyelesaiannya tidak lepas dari peran Lembaga Adat Melayu
Jambi Kabupaten Batanghari. Saya yakin masih banyak lagi konflik yang
terjadi di tengah masyarakat kita, yang penyelesaiannya dilakukan melalui jalur
adat,” ujar HBA.
HBA mengharapkan dengan adanya pembekalan dapat memberikan
peningkatan pemahaman dan wawasan serta kompetensi tentang adat. Dimana
pemahaman tentang adat istiadat adalah suatu yang penting dalam menjalani hidup
bagi seluruh lapisan masyarakat.
“Dengan pemahaman adat istiadat tersebut, masyarakat akan
mengerti makna dan arti pentingnya adat istiadat sebagai perekat dan peredam
dari berbagai gejolak konflik yang menjadi akar perpecahan di tengah masyarakat.
Terlebih sebentar lagi kita akan menyelenggarakan Pemilu Presiden dan Wakil
Presiden, diharapkan Lembaga Adat Melayu dapat memainkan peranannya untuk
menyukseskan agenda tersebut,” katanya.
Sendi Adat
Tergerus
Sementara Ketua Adat Melayu Jambi, Hasip Kalimuddin Syam menyatakan
bahwa Pembinaan dan Pengembangan adat Melayu Jambi berpacu dengan derasnya arus
nilai-nilai yang masuk ke masyarakat. Diantaranya bermunculan nilai-nilai yang
tidak sejalan dengan nilai-nilai adat Melayu Jambi.
“Jika nilai yang masuk terlalu deras sementara penguatan nilai-nilai
setempat tidak memadai berkemungkinan bangunan dan sendi-sendi adat pada
masyarakat kita akan tergerus. Suatu ketika akan ditinggalkan atau sirna, manakala
terjadi hilanglah pula marwah dan jati diri kita baik di tingkat nasional
maupun di tingkat global,” ujar Hasip Kalimuddin Syam.
Disebutkan, pembekalan ini diharapkan dapat melestarikan dan
menjaga budaya itu, dimana adat disesuaikan dengan kemajuan jaman. “Adat Melayu
Jambi ini disesuaikan dengan tantangan jaman tetapi tidak merusak sendi dan budaya
Jambi tetapi semakin meningkatkan suasana harmonis, damai, sopan- santun dan
tentram.
“Adat istiadat sangat besar perananannya dalam menjaga
ketertiban masyarakat dimana tatanan sosial saat ini semakin dikecilkan dengan
kemajuan teknologi dan komunikasi. Dan adat istiadat diharapkan semakin
dipahami agar konflik-konflik internal dan eksternal dapat diselesaikan melalui
kearifan lokal,” ujarnya.(*/lee)
Gubernur Jambi berikan sambutan di Pembekalan Adat Melayu Jambi bagi Kepala Desa dalam Provinsi Jambi angkatan XVI bertempat di Hotel Ratu Senin 26 Mei 2014. |
HBA memberikan tanda peserta Pembekalan Adat Melayu Jambi bagi Kepala Desa dalam Provinsi Jambi |
Pembekalan Adat Melayu Jambi bagi Kepala Desa dalam Provinsi Jambi angkatan XVI bertempat di Hotel Ratu Senin 26 Mei 2014. |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar