Kepala BI Perwakilan Jambi (tengah) dan Rektor Unja Aulis Tasman (kanan) saat meninjau Pameran Produk UKM di Jambi Syariah Expo Belum Lama Ini |
Usianya tak lagi
muda, tapi semangatnya masih tetap muda. Begitulah sosok Supadi (61) seorang
petani yang terus mendorong kemajuan usaha pinang dan kopi masyarakat di
wilayah Desa Mekar Jaya Kecamatan Betara Kabupaten Tanjung Jabung Barat,
Provinsi Jambi. Supadi dengan tekun menghubungi dan mengumpulkan satu demi satu
petani di kampungnya untuk hadir di dalam kegiatan pertemuan yang
diselenggarakan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jambi beberapa waktu lalu.
R
MANIHURUK, Jambi
Pertemuan
tersebut adalah awal dari inisiatif Bank Indonesia untuk mengembangkan usaha
produksi komoditas pinang dan kopi di Desa Mekar Jaya Kecamatan Betara
Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
Hal-hal yang
mendorong kepedulian Bank Indonesia melakukan pengembangan produksi pinang
adalah, pertama, pinang merupakan salah satu
komoditas yang diperdagangkan secara internasional.
Kedua, Negara pengimpor pinang terbesar di dunia adalah India, lalu diikuti oleh Pakistan dan Nepal yang selama ini mendapatkan
pasokan pinang dari Indonesia khususnya dari Kabupaten Tanjung
Jabung Barat.
Ketiga, Pinang dari Kabupaten Tanjung Jabung Barat dikatakan
memiliki kualitas terbaik dibandingkan daerah produsen Pinang lainnya di Indonesia bahkan di
dunia. Keempat, Pinang diproduksi oleh
petani-petani lokal yang terhubung dengan eksportir melalui pengumpul kecil dan
menengah
di wilayah mereka.
Kelima, saat ini secara lokal, pengembangan komoditas Pinang
sebagai sumber pendapatan masyarakat mendapat perhatian penuh dari pemerintah
Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Keenam, Bank Indonesia secara khusus memiliki peran untuk menjaga laju inflasi
dan mendukung pertumbuhan ekonomi, dimana aktifitas ekonomi produktif
masyarakat merupakan salah satu bagian yang mendapat perhatian Bank Indonesia.
Banyak permasalahan yang mendasari belum maksimalnya pendapatan petani pinang. Dua permasalahan
utama antara lain belum
maksimalnya jumlah produksi
atau panen per-pohon dan rendahnya kualitas biji pinang kering yang dijual
kepada pengumpul.
Hal ini
disebabkan proses pengeringan pinang masih menggunakan pola tradisional, yaitu
dengan dijemur begitu saja di tepi jalan sehingga berisiko terkena air, kotoran,
dan hujan. Alhasil, biji
pinang hasil
pengeringan berada dalam kondisi tingkat kekeringan masih rendah
dan berjamur dengan warna yang agak gelap. Kedua kondisi
tersebut menjadi alasan harga yang ditawarkan oleh pengumpul besar tidak
maksimal.
Tataniaga Pinang
Supadi sang pelopor tangguh |
Warna yang kurang cerah dan berjamur akan menurunkan harga beli. Selisihnya dapat mencapai Rp 1.000 /kg antara pinang dengan kategori baik dan yang kurang sesuai pada
kondisi kadar airnya, warna, atau kebersihan dari berjamur.
Biji pinang dari pengumpul desa selanjutnya akan ditampung oleh pembeli besar yang juga bertindak sebagai
eksportir ke Negara-negara tujuan. Kadar air biji pinang dari petani umumnya
berkisar antara 20
hingga 25 persen.
Selanjutnya pinang yang terkumpul di pengumpul desa akan dikeringkaan
menggunakan rumah pengering kapasitas 10 hingga 20 ton hingga kadar air turun mencapai 10 persen. Perusahaan eksportir yang bertindak sebagai pengumpul besar dengan
kemampuan modal dan fasilitas lainnya akan kembali mengeringkan biji-biji
pinang yang dikirim ke mereka hingga kadar airnya mencapai standar untuk
diekspor yakni 5
persen.
Pengiriman ke negara pengimpor (India, Pakistan, dan Nepal) melalui
perwakilan mereka di Negara Singapura. Di Singapura tidak dilakukan bongkar
muat namun hanya proses administrasi.
Lalu seperti apa
langkah yang dilakukan Bank Indonesia untuk memperbaiki kualitas produksi pinang
dan meningkatkan pendapatan kelompok tani di Tanjung Jabung Barat?
Dukungan
BI
Kantor Perwakilan Bank Indonesia dalam program bantuannya, menargetkan
peningkatan produksi, peningkatan mutu dan peningkatan harga, yang diharapkan
dapat mendorong peningkatan kesejahteraan petani. Program bantuan
yang diberikan tersebut antara lain, pelatihan dan perbaikan teknologi pengering biji pinang dan kopi excels, yang dimulai sejak Mei 2013 lalu.
Sebagai daerah
percontohan, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi bekerjasama dengan
pemerintah daerah setempat. Menetapkan 60
orang petani dari tiga kelompok tani Pinang dan kopi di Kampung Parit Tomo
Kelurahan Mekar Jaya di Kecamatan Betara,
untuk menjadi kelompok binaan.
Kelompok petani
tersebut, memiliki beberapa
keinginan. Diantaranya yang pertama, meningkatkan
jumlah produksi buah pinang. Kedua, meningkatkan mutu biji pinang kering dengan menerapkan teknologi
tepat guna dan biaya yang tidak mahal.
Ketiga, menurunkan
kadar air dengan menggunakan teknologi tepat guna sehingga dapat memperbaiki harga jual. Keempat,
melakukan
pengelolaan keuangan yang
memungkinkan terwujudnya kemandirian keuangan. Kelima, memiliki jalur
atau strategi pemasaran yang dapat
memberikan hasil maksimal dan keenam, memiliki kelembagaan yang dapat meningkatkan nilai tawar petani.
Keinginan para
petani tersebut kemudian direspon Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi
Jambi, melalui tiga kegiatan.
Pertama, berbagai
pelatihan yang membahas teknologi budidaya,
dengan fokus pada pemupukan berimbang untuk mendorong peningkatan produksi buah.
Kedua, pemberian teknologi sederhana pengering
biji pinang. Dan yang ketiga,
pembentukan
lembaga keuangan mikro yang mampu memandirikan keuangan petani dan mendorong
penguatan nilai tawar mereka terhadap pasar.
Bentuk pengering
biji pinang yang menyerupai rumah kaca, merupakan
rancangan para petani secara bersama-sama. Rangka dan lantai terbuat dari bahan
kayu (kaso dan papan), dengan dinding
dan atap menggunakan bahan plastik. Sehingga, dapat memaksimalkan proses pengeringan.
Rumah pengering
yang dirancang, dapat menampung sebanyak 200 kilogram biji pinang sekali jemur. Dan hanya membutuhkan waktu 1,5 – 2 hari dalam
kondisi hari cerah. Dalam kondisi yang paling ekstrim yakni hujan, bahan dapat
kering dalam waktu 4 – 5 hari.
Rumah pengering
mampu mengeringkan lebih cepat dibandingkan metode sebelumnya, yang membutuhkan waktu 2 – 3 hari dalam kondisi
cerah dan 7 – 10 hari dalam kondisi hujan dan berawan.
Biji pinang yang
dijemur menggunakan rumah pengering, juga terbukti
bebas dari jamur yang biasanya terbentuk,
akibat kelembaban pada metode penjemuran lama. Selain itu, penggunaan rumah
pengering juga jauh lebih praktis. Karena petani
tidak perlu memindahkan jemuran pinang ke dalam rumah,
ketika malam atau hujan tiba.
Dengan demikian, value added yang diberikan, tidak hanya berasal dari peningkatan mutu dan harga. Namun juga berasal dari waktu prosesnya. Manfaat
rumah pengering tersebut telah dirasakan oleh para petani kelompok Sri Utomo 1,
2, dan 3.
Jika sebelumnya
mereka hanya bisa menghasilkan biji pinang kering sebanyak 500 kilogram per bulan,
dengan harga Rp 4 ribu per
kilogram,
maka dengan rumah pengering ini, mereka bisa
memproduksi hingga 900 kilogram per bulan,
dengan harga Rp 5 ribu per
kilogram.
Prosesi penyerahan bantuan dilaksanakan pada tanggal 27 Mei 2013 lalu, yang dilaksanakan oleh Deputi Kepala Perwakilan Bank
Indonesia Jambi. Prosesi penyerahan tersebut, dihadiri oleh semua petani
penerima bantuan. Hadir mewakili pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Barat,
Kepala Dinas Perkebunan dan
Kepala Bagian Administrasi Ekonomi Pemerintah Daerah
Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
Kalangan perbankan juga ikut hadir.
Diantaranya adalah, Pimpinan BRI Cabang Kuala Tungkal, Pimpinan BNI Cabang
Kuala Tungkal, Pimpinan Bank Syariah Mandiri Cabang Kuala Tungkal, Bank Danamon
Cabang Kuala Tungkal dan BPD Jambi Cabang Kuala Tungkal.
Perhatian pada
upaya perbaikan mutu ditekankan oleh Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia
Jambi saat menyampaikan sambutannya. Mutu produk dapat mendorong penciptaan
harga, yang secara langsung dapat berkontribusi pada
pendapatan dan kesejahteraan petani itu sendiri.
Pemerintah
menilai tepat, bahwa program bantuan tersebut diberikan
kepada produsen tingkat pertama yakni petani.
Setelah perbaikan proses produksi pinang,
berhasil meningkatkan pendapatan petani.
Bank
Indonesia juga mendorong pengelolaan keuangan kelompok tani di Tanjung Jabung
Barat. (*/lee)
1 komentar:
saya sedang mencari kopi excelsa ELB screen 18 untuk export ke oman,
Tolong info supplier yg bisa menyediakan kopi dengan spesifikasi tsb.
dibutuhkan kira2 15 ton
salam
ida
0817822410
Posting Komentar