Menggeluti usaha yang berbau corak dan nama lokal kini semakin dilirik banyak kalangan. Bahkan untuk mempromosikan suatu daerah kerap digunakan dengan produk seperti pakaian atau sejenisnya. Jambi kini kaya akan sumber daya alam yang belum terpublikasi dengan maksimal. Kini ada sebuah produk bercorak lokal yang menggelutinya asli pemuda Jambi yang menimba ilmu dari Yogyakarta.
ROSENMAN M, Jambi
Adalah Riko Mappedeceng, seorang kreatif
yang menggeluti usaha corak Jambi. Usai lulus kuliah dan menjadi sarjana
ekonomi dari Universitas Islam Indonesia yang terletak di Yogyakarta, Riko
kembali ke kota kelahirannya di Jambi.
Dengan pengetahuan pemasaran dari bangku kuliah
dan setelah lama tinggal di kota seni, Riko mulai berpikir untuk mengembangkan
potensi yang ada di daerah Jambi, khususnya yang bisa mendorong kepariwisataan
Jambi.
Meski ia adalah seorang sarjana ekonomi, namun
Riko memiliki hobi mendesain gambar yang tentu sangat berguna bagi usahanya. Dengan
hobinya ini Riko mulai sibuk membuat ikon-ikon Jambi.
Sebagai contoh, gambar tentang
Anak Rimba, suku
terasing yang hidup di dalam Taman Nasional Bukit Dua Belas. Ada pula gambar
mengenai Sungai Batanghari, Pahlawan Sultan Thaha, Pulau Berhala, dan Pasar
Angsoduo. Dari situ muncul ide menuangkannya ke desain kaus untuk dijual
sebagai oleh-oleh khas Jambi.
Produk
Khas Jambi
Riko mulai memasarkan produknya pada tanggal 6
Januari 2007 yang bertepatan dengan HUT Jambi yang ke-50. Sementara untuk
outletnya sendiri baru buka sekitar satu setengah tahun kemudian.
“Pada waktu itu Jambi belum punya oleh-oleh
khas, seperti kaus dan tas. Banyak keluarga, teman yang datang ke Jambi ini
bingung mau bawa oleh-oleh apa dari Jambi. Apa sih khasnya Jambi, nah karena
itulah kemudian saya berpikir kenapa saya ga’ buat produk yang segala sesuatunya tentang Jambi, materinya
tentang Jambi,” ujar Riko.
Outlet Temphoyac terletak di Jalan Jend Sudirman
18 Thehok, Jambi. Temphoyac sebuah nama yang cukup unik untuk sebuah outlet, sebagian besar orang Jambi tentu
sudah tahu bahwa tempoyak merupakan makanan khas Jambi yang terbuat dari
durian.
Melihat filosofi durian inilah akhirnya Riko
memilih nama Temphoyac. “Kenapa milih nama Temphoyac ya karena orang Jambi itu
kan suka makan tempoyak, terus juga tempoyak ini kan dari duren, kalau orang
masak tempoyak ini kan baunya kemana-mana, nah kita pengennya produk kita ini,
karya kita ini bisa tercium dimana-mana,” jelasnya.
Potensi untuk memasarkan produk di Jambi sangat
bagus. Namun beberapa dari para pelaku usaha mengalami kendala seperti tidak
tersedianya tempat dan sistem pemasaran. Sementara Riko memiliki tempat usaha
dan sistem pemasaran.
Namun produk yang dia jual juga tidak terlalu
banyak, dari sinilah timbul kerjasama dengan para pengrajin dan pelaku UMKM
lainnya. Sehingga apabila kita mengunjungi outlet
Temphoyac yang berlokasi di Jalan Jend Sudirman 18 Thehok, Jambi, maka akan ada
beragam produk yang memanjakan mata dan lidah kita, di outlet ini tidak hanya
tersedia baju-baju kaos dan suvenir-suvenir saja, tetapi juga ada berbagai
macam makanan khas produksi Jambi.
Tidak
Putus Asa
Riko Mappedeceng |
Untuk usahanya yang telah berjalan cukup lama
ini, bank juga turut membantu Riko dalam memperlancar usahanya, Bank Mandiri
merupakan salah satu mitra bagi UMKM.
Sampai saat ini outlet-nya semakin dikenal. Ukurannya tidaklah besar, akan tetapi
lokasinya strategis persis di pusat kota menuju Bandara Sultan Thaha. Banyak
pendatang dan wisatawan membeli kaus Temphoyac. Warga Jambi juga menyukainya
sebagai oleh-oleh pada saat mudik ke kota asalnya.
Pemasaran kaus terus berkembang. Saat ini,
dengan harga kaus untuk orang dewasa Rp 60 ribu per buah, Riko dapat
menjual rata-rata 800 hingga 1.000 kaos per bulan. Pada musim liburan sekolah
dan hari raya keagamaan, penjualan bahkan melonjak dua hingga tiga kali lipat.
Riko lalu membuka outlet baru di Bandara Sultan Thaha dan Mal Jamtos untuk
meningkatkan penjualan. Selain itu, produk dari Temphoyac juga bisa kita
dapatkan di TMII yaitu di Anjungan Provinsi Jambi.
Lebarkan
Sayap
Selain pemasaran yang sudah ada, Riko juga terus
melebarkan sayapnya, melakukan berbagai promosi baik secara offline maupun online. “Pengiriman dari Jambi ke Jakarta, Bandung, Jogja itu sudah
banyak, karena kita juga menjual melalu media sosial seperti Twitter dan
Facebook,” tuturnya.
Di galeri kaus Temphoyac, ada begitu
banyak ragam desain kaus. Kekhasannya sekilas memang mirip seperti kaus
Dagadu dari Yogyakarta yang bergambar dan berwarna unik. Namun Temphoyac
mendesain kaus-kausnya dalam desain khas Jambi.
Selain desain awal telah ada, Riko terus membuat
desain baru seperti “Save Muara Jambi”. Desain ini kampanye untuk penyelamatan
situs agama Buddha yaitu Kompleks Percandian Muarojambi, dari aktivitas
industri batubara.
Riko juga mendesain salah satu keunggulan wisata
Jambi dengan judul “Kerinci”. Desain lain adalah istilah-istilah khas Jambi
seperti “Sangkek Asoy”, sebutan orang Jambi untuk bungkus plastik, serta “Pacak
Hanyut” dan “Ketek to Work”, yakni menggunakan perahu mesin melintasi Sungai
Batahari untuk pergi ke tempat kerja.
Sementara untuk tempat produksi sendiri saat ini
Riko masih memproduksi kaosnya di Pulau Jawa, karena dari segi kualitas dan
biayanya yang terjangkau, namun ke depannya ia mengharapkan agar dapat
memproduksi produknya di Jambi, Karena membawa nama Jambi, ke depannya ingin
100 persen made in Jambi lah,”
tambahnya.
Beragam
Suvenir
Di outlet
Temphoyac pula kita akan mengenal beragam oleh-oleh khas Jambi, mulai jenis
makanan, pakaian, hingga suvenir. Ada banyak pengrajin menitipkan produksi
mereka di outlet Temphoyac, seperti
dodol nanas, dodol kentang, dan sirup kayu manis.
Ada pula produk miniatur anyaman rumah-rumah
adat Melayu di Jambi dan patung wajah Orang Rimba. Berbagai kerajinan buatan
asli orang Rimba pun juga ada seperti salah satu kalung yang dipakai oleh
Prisia Nasution dalam film “Sokola Rimba”.
Kalung itu ternyata bernama Seblik Sumpah, yang
menurut kepercayaan orang rimba tersebut merupakan kalung penangkal dari
berbagai macam kejahatan, selain itu di outlet
ini juga ada tas dan kemeja batik Jambi, serta beragam desain gantungan kunci
dan suvenir lainnya.
Riko tidak sembarangan dalam memilih partner yang ingin bekerja sama
dengannya. Dia ingin agar produk yang mereka jual di outlet-nya memiliki keunikan tersendiri, harus beda dari yang lain.
“Jadi produknya harus unik, karena yang namanya
khas kan harus beda dari yang lain. Kalau bisa jangan sampai sama dengan daerah
lain, jika di produk oleh-oleh Jambi sama dengan yang ada di Jakarta kan jadi
sia-sia, untuk itu kita memasarkan produk yang unik yang menarik minat
wisatawan,” sambung Riko.
Soal harga, Riko mematok produknya secara wajar.
Gantungan kunci berbahan dan berdesain batik rata-rata berharga Rp 5 ribu, kaus
anak-anak Rp 45 ribu. Semua harga memang tidak bisa ditawar karena telah sesuai
dengan keunikan desain dan bahannya.
Untuk menarik tawa pengunjung yang membaca, Riko
memasang tulisan berwarna-warni “Pembeli adalah Raja. Raja pasti kaya.
Kaya=banyak uang. Banyak uang=kaya. Banyak uang dak perlu nawar. Jadi pembeli
dak perlu nawar”. Untuk Anda yang sedang berwisata ke Jambi, belum lengkap
rasanya kalau belum membeli oleh-oleh khas Jambi di Temphoyac. (*/lee)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar