Provinsi Jambi sebenarnya memiliki potensi besar sebagai
sentra perkebunan kelapa. Potensi perkebunan itutersebar di sembilan kabupaten
di Provinsi Jambi. Produksi kelapa sesuai data pada tahun 2012 mencapai 110.075
ton. Mengingat
kontribusi sektor perkebunan yang cukup besar hingga mencapai Rp 8.608.828, 38
ditahun 2010 berdasarkan data Jambi dalam Angka 2010, maka Gubernur Jambi
melalui Dinas Perkebunan bertekat untuk meningkatkan produktivitas dan mutu
perkebunan umumnya dan sektor kelapa khususnya.
R MANIHURUK, Jambi
Perkebunan kelapa dalam juga membuka peluang investasi besar
untuk menggantikan kelapa sawit yang kini sudah dimoratorium perluasannya.
Dalam rangka Hari Perkebunan Nasional ke 57 tahun 2014 yang dipusatkan di
Sumatera Selatan, Provinsi Jambi berupaya meningkatkan produktivitas dan
mutu kelapa di Provinsi Jambi.
Sejak tahun 2010
dibawah kepimpinan Gubernur Jambi H Hasan Basri Agus (HBA), maka secara bertahap Pemerintah Provinsi (Pemprov)
Jambi telah berusaha meningkatkan luas areal
dari 117.655 Ha menjadi 118.037 ditahun 2012.
Disebutkan,
konsentrasi pembangunan sektor kelapa difokuskan di Kabupaten Tanjung Jabung
Barat dengan luasan 53.634 Ha dan Tanjung Timur dengan luasan 58.620 Ha. Upaya
pembangunan perkebunan sektor kelapa
maka rendahnya produktivitas tanaman, produksi industry hilir masih rendah
serta adanya isu lingkungan pengembangan
perekebunan kelapa.
Peningkatan
efesiensi dan diversifikasi produk serta berbagai permasalahan lainnya
seperti peruntukan lahan yang tidak
sesuai, kurangnya pengetahuan petani serta banyaknya tanaman itu merupakan hambatan yang dihadapi oleh pemerintah
saat ini.
Oleh sebab itu
melalui Dinas Perkebunan
Provinsi Jambi, maka pemerintah menetapkan kebijakan
umum pengembangan perkebunan kelapa yang terdiri dari ppeningkatkan
produksi,produktivitas dan mutu melalui program intesifikasi
dan ekstensifikasi serta peremanjaan.
Guna mendukung
hal tersebut maka pengembangan infrastuktur jalan, pelabuhan, sarana
tranportasi dan komunikasi menjadi prioritas utama untuk dilaksanakan di kedua
kabupaten pesisir Jambi itu.
Selain hal
tersebut, melalui APBD Provinsi Jambi, maka pemerintah juga memberikan bantuan bibit kelapa anjuran, pengadaan pupuk dan penyediaan obat obatan agar produksi
kelapa masyarakat bisa meningkat secara bertahap dari tahun ke tahun.
Alokasi dana
yang cukup besar untuk meningkatkan pengetahuan petani terhadap hama dan
penyakit tanaman, juga telah ditetapkan dengan harapan agar tidak menganggu proses produksi kelapa
masyarakat.
Namun demikian, dimasa yang akan datang, sangat
mendesak sekali yang akan dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi Jambi adalah
melakukan peremajaan kelapa yang tidak
produksif.
Kemudian
melakukan manajemen pemasaran hasil tanaman kelapa dan berupaya untuk
menggadeng investor agar bersedia membangunan industri kelapa lanjutan yang
akan dirasakan langsung manfaatnya.
Sampai tahun
2013, ada 18.487 Ha areal kelapa tua
rusak yang harus diremajakan, terutama di Kabupaten Tanjung Jabung Barat yang
terdiri dari 9.094 Ha dan di Kabupaten Tanjung Jagbung Timur yang mencapai
8.613 Ha.
Disebutkan, berdasarkan data dari Badan Koordinasi Penanaman
Modal (BKPM) Provinsi Jambi produksi kelapa kian tahun kian meningkat. Potensi
kelapa di Provinsi Jambi dari tahun ke tahun diantaranya produksi 2012
mencapai 110.075 ton, produksi 2011 mencapai 114.505 ton, produksi 2010
mencapai 114.688 ton, produksi 2009 mencapai 113.340 ton, produksi 2008
mencapai 110.548 ton.
Sementara sebaran perkebunan kelapa di Provinsi Jambi yakni
Kabupaten Batanghari mencapai 887 hektar (ha), Bungo 686 ha, Kabupaten Kerinci
82 ha, Kabupaten Merangin 2.222 ha, Kabupaten Muarojambi 1.028 ha, Kabupaten
Sarolangun 570 ha.
Kemudian di Kabupaten Tanjungjabung Barat 53.634 ha,
Kabupaten Tanjungjabung Timur 58.688 ha, Kabupaten Tebo 1.017 ha dan Kota
Sungai Penuh 4 ha.
Menurut Gubernur Jambi Hasan Basri Agus (HBA) potensi
pengembangan perkebunan kelapa di Provinsi Jambi memiliki potensi yang luas.
Potensi perkebunan kelapa ini sangat membuka peluang investasi perkebunan di
Provinsi Jambi.
Disebutkan, perkebunan kelapa juga ramah lingkungan jika
dibandingkan dengan perkebunan kelapa sawit. Potensi perkebunan kelapa ini
penting untuk dikembangkan masing-masing daerah karena juga membuka peluang
besar pengolahan minyak nabati.
Dikatakan, potensi perkebunan komuditas kelapa kini masih
terbesar di Kabupaten Tanjung Jabung Timur (Tanjabtim). Komoditas kelapa
sebenarnya masih primadona bagi masyarakat.
Program
Pro Petani
Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Jambi, Ir Budidaya,
kepada Harian Jambi menegaskan bahwa, program Dinas Perkebunan Provinsi Jambi akan sejalan
dengan Program Jambi EMAS 2015 yang dicanangkan oleh
Gubernur Jambi.
Sebabnya, Dinas Perkebunan Provinsi Jambi mencanangkan
program yang menyentuh kepada masyarakat bagi kemajuan Perkebunan
Provinsi Jambi, seperti perkebunankelapa
sawit, kebun karet, replanting karet yang di
utamakan bagi kepentingan masyarakat Provinsi Jambi.
Selanjutnya, Budidaya mengharapkan, bahwa Program dari Dinas Perkebunan tersebut sebaiknya juga disesuaikan dengan program dari Dinas terkait lainya, seperti Dinas Pertanian, ataupun lainya, agar tidak tumpang tindih dalam pelaksanaan pembangunan di Provinsi Jambi.
Selanjutnya, Budidaya mengharapkan, bahwa Program dari Dinas Perkebunan tersebut sebaiknya juga disesuaikan dengan program dari Dinas terkait lainya, seperti Dinas Pertanian, ataupun lainya, agar tidak tumpang tindih dalam pelaksanaan pembangunan di Provinsi Jambi.
Untuk itu, perlu adanya sinkronisasi antar lembaga atau antar instansi agar pembangunan khususnya pembangunan di bidang perkebunan akan sejalan dan akan dirasakan oleh seluruh masyarakat Provinsi Jambi.
Terpisah, Wakil Bupati Tanjabtim, Ambo Tang, menjelaskan,
luas areal kelapa Tanjabtim saat ini tercatat 61.116 hektare atau mencakup
sekitar 50 persen di wilayah Provinsi Jambi. Hasil produksinya sebanyak 54
persen dari produksi Provinsi Jambi.
“Namun adanya intruksi (rembesan) air laut di daerah yang
belum dibangun tanggul menyebabkan produksi belum maksimal,” katanya.
Dia menyebutkan, daerah-daerah yang potensial terhadap
perkebunan kelapa dalam ini adalah Kecamatan Muarasabak Timur, Rantau Rasau dan
Berbak. Sebagian besar daerah ini belum dibangun tanggul untuk mencegah air
laut masuk ke areal perkebunan.
Ambo Tang menegaskan, jika semua kendala tersebut bisa
diatasi, kelapa dalam dapat menjadi modal yang menggiurkan untuk membangun
industri hilir yang berbasis produk kelapa berikut turunannya.
Produksi itu seperti tempurung yang mengandung unsur karbon,
nata de coco, sabut, lidi dan batang kelapa tua untuk furniture.
Disebutkan,
pihaknya telah mendapatkan bantuan bibit kelapa dari Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Provinsi Jambi. Bantuan ini bukanlah berbentuk uang, melainkan
berupa alokasi penanaman (lahan) seperti intensifnya berupa bibit serta pupuk.
“Dari APBN,untuk lahan seluas 500 hektar. Serta dari APBD 1 Provinsi Jambi untuk lahan penanaman karet seluas 250 hektar. Kalau pupuknya untuk tananaman kelapa, 1 hektarnya dibutuhkan 25 kilogram untuk setiap hektarnya,” katanya.
Disebutkan,
Pemkab Tanjungjabung Timur melalui Dinas Kehutanan dan Perkebunan
(Hutbun) telah melaksanakan pembangunan pabrik kelapa
dalam.
Peremajaan
Kelapa
Terpisah,
Kabid Perkembangan dan Produksi Dinas Perkebunan Tanjabar Ir Edi Daru,
mengatakan, saat ini tercatat 118,5 hektar lahan perkebunan kelapa dalam petani
yang rusak. Pemkab Tanjabar menganggarkan dana sebesar Rp 700 jutaan guna program
peremajaan areal kebun kelapa yang di 13 kecamatan di Tanjabar, diantaranya di Kecamatan
Kuala Betara, Bram Itam, Senyerang, Pengabuan.
“Tanjabar
merupakan sentra produksi kelapa. Kelapa dalam petani di Tanjabar umumnya
dijual ke Lampung dan Jakarta, maka perlu dilakukan peremajaan kelapa.
Soalnya, tren permintaan kelapa bulat saat ini cukup tinggi. Dari Januari
hingga April, permintaan kelapa bulat terus meningkat. Dan, harga kelapa bulat
saat ini juga cukup tinggi dipasaran,” katanya.
Dijelaskannya,
kelapa bulat dihargakan Rp 700 di tingkat petani. Kenaikan dari harga dasar ii
terjadi sejak April 2014. Kini harga kelapa bulat naik mencapai Rp 1.100 di
tingkat petani.
Jika
petani ingin membawanya langsung ke pinggir jalan, harga kelapa bulat per
buahnya bisa menjadi seharga Rp 1.600. Tetapi, jika hanya dikebun, harganya Rp
1.100 perbuah.
Berdasarkan
data produksi kelapa dalam (kelapa yang tumbuh di lahan gambut dan aliran
pasang surut) pada 2012 lalu, sebanyak, 59,359,4 ton. Dengan luas areal
perkebunan kelapa 53 ribu hektar lebih. 53 ribu hektar lebih perkebunan kelapa.
Dari
jumlah yang ada itu, ditegaskan dia semua tersebar di beberapa Kecamatan
yakni Kecamatan Kuala Betara, Sebrang Kota, Senyerang, Bram Itam,
Pengabuan serta Tungkal Ilir.
“Pemerintah
pusat tahun ini membantu bibit. Sedangkan untuk sarana dan produksi (Sabrodi)
dari APBD Tanjab Barat dibantu dana sebesar Rp 700 jutaan dan ditambah dana
insentif untuk tebas tebang dan penanaman sekitar Rp 550 ribuan. Untuk tebas
tebang Rp 200 ribu, pembuatan parit Rp 200 ribu, dan Rp
150 ribu untuk pembuatan lobang dan penanaman,” katanya.
Disebutkan,
dari 53 ribu areal perkebunan kelapa dalam yang ada diTanjabar, yang belum
menghasilkan sekitar 5643,6 hektar, dan tanaman menghasilkan 38.839,3 hektar.
Sedangkan tanaman tua dan rusak ada sekitar 118,5 hektar.
Potensi Kelapa Terabaikan
Sementara Menteri Pertanian Suswono mengakui potensi kelapa
cukup bagus tetapi sekarang banyak yang terabaikan. “Kalau ada dananya kita
juga mau melaksanakan gerakan nasional kelapa, sayang kita terkendala
keterbatasan anggaran,”kata Suswono seperti dikutip dari www.mediaperkebunan.net.
Disebutkan, saat ini kelapa di Riau, Sumut, Jambi dan
lain-lain banyak yang diekspor dalam bentuk kelapa bulat ke Thailand. “Setelah
itu Thailand sekarang banyak mengekspor santan kelapa ke sini,” kata Suswono.
Sebelumnya anggota Komisi IV DPR, Hardisoesilo minta supaya
Kementerian Pertanian mengadakan gernas kelapa. “Negeri kita dari dulu
merupakan negeri nyiur melambai, bukan negeri kelapa sawit,”katanya.
Potensi kelapa sangat besar, buktinya banyak perusahaan
meubeul mencari kayu kelapa, demikian juga batok kelapa banyak dicari untuk
arang aktif.
Industri Pengolahan Kelapa Berdasarkan data dari Kementerian
Perindustrian RI, Indonesia merupakan negara yang memiliki lahan tanaman kelapa
terbesar di dunia dengan luas areal 3,88 juta hektar (97% merupakan perkebunan
rakyat), memproduksi kelapa 3,2 juta ton setara kopra.
Industri Hulu: Industri kelapa hulu merupakan industri
kelapa paling hulu dalam rangkaian industri kelapa, seperti kelapa segar, kopra
(kopra hitam dan putih).
Industri Antara : Industri kelapa antara merupakan industri
kelapa yang memproses bahan baku menjadi produk-produk turunan, seperti
tempurung kelapa, Copra Meal, Desiccated Coconut.
Industri Hilir : Industri kelapa Hilir adalah industri
kelapa yang mengolah bahan yang dihasilkan oleh industri kelapa antara menjadi
berbagai produk akhir yang digunakan oleh industri . seperti Karbon aktif,
Minyak kelapa, Coconut cream/milk dan lain-lain.
Meskipun seluruh bagian tanaman kelapa dapat dimanfaatkan
untuk peningktan kesejahteraan manusia, namun perkembangan industri pengolahan
berbasis kelapa di Indonesia dimulai dengan pengembangan industri kopra sebagai
bahan baku industri minyak kelapa.
Pada tahun 2006 Indonesia merupakan negara yang memiliki
lahan tanaman kelapa terluas di dunia dengan luas areal sekitar 3,82 juta ha
dimana 97% nya merupakan perkebunan rakyat dengan produksi 15,9 milyar butir
atau setara dengan 3,2 juta ton kopra.
Permintaan dunia akan produk turunan kelapa masih cukup baik,
terutama untuk pemakaian organic foods, functional drink, cosmo centicals, oleo
chemicals, biofuel dan bio lubricants dan lain-lain.(lee)
HARIAN JAMBI EDISI RABU PAGI 21 MEI 2014 |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar