Penyakit Aeromonas Pada Ikan Lele |
Muarojambi, MR-Puluhan ribu ikan lele milih Petani Ikan di Tangkit,
Kabupaten Muarojambi diserang Penyakit
Aeromonas. Dampak dari virus itu, puluhan petani ikan lele mengalami kerugian
hingga jutaan rupiah. Penyakit airomonas tersebut dikarenakan perubahan cuaca
sehingga suhu pada air berubah dan membuat air berbakteri. Akibatnya banyak
petani ikan lele yang dirugikan.
Abu, salah satu petani ikan lele yang berada di Desa Tangkit
RT 12, Kecamatan Sungai Gelam, Kabupaten Muarojambi kepada Media Regional, Rabu
(3/6) lalu mengaku penyakit yang menyerang ternak ikan lele sagat merugikan,
karena penyakit Aeromonas tersebut dapat menular. “Ternak ikan lele kami di serang penyakit mas. Katanya sih
penyakit aeromonas,” ujar Abu saat disambangi ke kolam ikan miliknya.
Kata Abu, penyakit Aeromonas yang melanda ternak ikan lele
tersebut awalnya menyerang ikan lele yang siap panen. Akibatnya terpaksa gagal
panen karena ikan yang terkena penyakit aeromonas tersebut seperti kurap pada
manusia. Kulit ikan lele tersebut terkelupas dan seperti ada jamurnya.
“Pertama kena ikan yang besar. Tapi masih mending ikan lele
yang sudah besar yang kena penyakit airomonas kerena masih bisa diobati. Tapi
kalau yang kecil yang kena penyakit itu banyak yang mati,” katanya.
“Saya rasa, penyakit aeromonas itu diakibatkan oleh
pergantian cuaca dari musim penghujan ke musim panas. Mungkin juga karean
airnya berbakteri,” ujarnya.
Upaya yang dilakukan untuk menyelamatkan ternak ikan lele
yang terkena penyakit aeromonas diatasi dengan mengobati secara tradisional,
dengan menaburkan cuka dan garam ke ikan yang terkena penyakit aeromonas
tersebut. “Ya kami obatin sendiri pakai ramuan tradisional seperti garam dengan
cuka,” kata Abu.
Hingga kini belum ada petugas dari instansi terkait yang
turun untuk memeriksa keadaan air dan penyebab penyakit aeromonas tersebut
sehingga membuat petani ikan lele bingung untuk berbuat apa.
Sementara itu Amin yang juga petani ikan lele Desa Tangkit menyebutkan,
setelah ternak ikan lele miliknya terserang penyakit aeromonas banyak sekali
ternak ikan lele yang mati.
“Saya masukkan bibit ikan sebanyak 3000, setelah terkena
penyakit aeromonas paling tinggal 500 yang hidup. Kalau kayak ini jangan untung
balik modal aja tidak. Kini kami memanen ikan lele dibawah ukuran 10 ekor satu
kilonya untuk mengatasi kerugian,” ujarnya.
“Kalau sudah terkena penyakit aeromonas itu, nafsu makan
ikan turun. Bahkan tidak mau makan, makanya banyak yang mati,” kata Amin.
Pengamatan Media Regional di lapangan terlihat ikan lele
yang terserang penyakit itu berbeda dengan ikan yang normal. Ikan yang terkena
penyakit seperti luka-luka, ada di bagian kepala bagian tengah dan bagian ekor.
Ikan yang terkena penyakit tersebut tidak bisa menyelam lama sehingga kepalanya
diatas terlihat seperti berdiri.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Jambi,
Saifuddin mengaku belum menerima laporan adanya ribuan lele yang terserang
penyakit di Tangkit. "Nanti akan saya cek dahulu," kata Saifuddin.
Pabrik Pakan
Sementara itu, pabrik pakan ikan yang berada di Desa Tangkit,
Kecamatan Sungai Gelam, Kabuapten Muarojambi yang digadang-gadang dapat
memenuhi kebutuhan pakan ikan untuk Petani ikan di sekitarnya tidak dapat
beroperasi secara maksimal. Pasalnya seharusnya dapat menghasilkan 5 ton
perharinya, saat ini baru dapat menghasilkan sekitar 3 ton perharinya.
“Seharinya maksimal menghasilkan pakan ikan sekitar 5 ton. Namun
saat ini belum mencapai target dikarenakan masih mengunakan genset," kata Saifuddin.
Menurutnya, saat ini arus listrik untuk memenuhi Pabrik
Pakan Ikan yang berada di Desa Tangkit masih dalam proses oleh pihak PLN. “Listriknya
sedang proses oleh pihak PLN," ujarnya.
Sementara ini, pabrik pakan ikan tersebut hanya dapat
memproduksi pakan ikan sekitar 3 ton perharinya. Dengan alasan masih
menggunakan genset yang memakan biaya besar.
“Karena genset biayanya besar. Cuman kita terus setiap hari
karena permintaan pakan ikan untuk petani Ikan banyak, semakin tinggi
permintaannya,” katanya.
Kebutuhan pakan ikan untuk petani ikan yang ada Desa Tangkit
membutuhkan 25 ton perhari. Namun parbik yang ada hanya bisa memproduksi 5 ton
perhari jika berjalan normal. Dengan alasan tidak adanya listrik makanya
produksi tidak bisa maksimal dan hanya bisa memproduksi pakan ikan sebanyak 3
ton perhari.
Sementara itu, petani ikan yang berada di Tangkit kurang
meminati pakan ikan dari pabrik pakan ikan yang telah di buat oleh pemerintah.
Pasalnya kualitas dari pakan ikan yang di hasilkan kurang baik.
“Pakan ikan dari pabrik kurang bagus. Kandungan vitaminnya
kurang. Makanya kami kurang minat dengan pakan ikan dari pabrik itu,” kata Yunus,
petani ikan patin Desa Tangkit.
Untuk kebutuhan pakan ikan, pihaknya lebih memilih membeli
pakan ikan yang dijual oleh pedagang yang ada di Tangkit. Karena menurutnya
pakan ikan yang dibelinya dari pedagang mempunyai kualitas yang bagus dan
mempunyai kandungan vitamin.
“Kalau untuk ikan saya beli pakan sama pedagang yang ada di Tangkit.
Soalnya pakannya bagus dan kandungan vitamin nya tinggi,” ujarnya. (Kahar/ Lee)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar