Pdt Defri Judika Purba STh dan Inang. Foto Ist FB. |
@Sinode Bolon GKPS: Apakah aku penjaga adikku?
Sebenarnya saya tidak terlalu tertarik menulis tentang
Sinode Bolon GKPS yang sebentar lagi akan digelar. Bagi saya itu adalah
peristiwa biasa dan normal. Telah diaturkan dlm sebuah sistem dan aturan
bagaimana pelaksanaan nya.
Bagi saya semua org yg terlibat di dlmnya sdh mafhum dan
dewasa akan apa arti dan hun an sinode dilaksanakan. Sebagai wadah tertinggi,
sinode adalah suatu kesempatan untuk menggumuli evaluasi pelaksanaan
program kerja dan anggaran yg sudah ditentukan sebelumnya dan menggariskan arah
kebijaksanaan pelayanan untuk selanjutnya.
Tentu itu semua harus diletakkan dalam kerangka tujuan
(visi-misi) dari sebuah gereja dlm menjawab harapan umat dan tantangannya.
Selain pembahasan lpj, sinode yg digelar juga dipakai utk memilih pemimpin yg
akan menjadi pemegang mandat dari semua hasil sinode.
Begitulah sederhananya saya memahami tujuan, makna
pelaksanaan suatu sinode digelar. Tidak ada yg luar biasa disana. Tetapi satu
malaman ini saya sungguh 2 tidak dpt tenang tidur.
Pikiran saya digelisahkan dgn percakapan saya dengan
perutusan tempat saya melayani. Secara prt saya memang tidak dapat mengikuti
sinode ini. Masa dinas saya masih empat tahun. Sementara yang diperbolehkan
mengikuti sinode ini kalau sudah masa dinasnya di atas lima tahun.
Betapa tidak hati ini terkejut ketika beliau bercerita,
bahwa dia mengaku ditelepon oleh seseorang yang bekerja disalah satu instansi
pemerintahan. Dia diminta hadir di salah satu tempat yang sudah ditentukan,
karena ada satu hal yang perlu dibicarakan.
Karena beliau adalah seorang PNS beliau beranggapan bahwa yang
dibicarakan itu berkaitan dengan pekerjanya. Beliau pun berangkat ke tempat yang
sudah ditentukan.
Tapi betapa terkejut nya beliau ketika pertemuan itu
ternyata tidak berbicara tentang pekerjaan seperti dugaannya. Narasumber yang
berbicara di depan terus terang memaparkan apa tujuan pertemuan itu digelar.
“Kita harus mengatur strategi. Dan strategi kita harus
terbuka,” kata salah satu sumber yg ditirukan beliau. Parahnya beberapa
narasumber itu atau yang berbicara saat itu berasal dari kalangan eksekutif di pemerintahan.
Lebih parahnya lagi beberapa pelayan juga hadir saat itu.
Tidak nyaman dengan percakapan, beliau pun memilih pulang. Makan siang yang
sepertinya sudah disiapkan tidak beliau gubris.
Sambil bercerita beliau menyerahkan dua lembar kertas yang
berisi daftar nama2 yang sudah ikut pada hari sebelumnya di salah satu tempat
di Kota Siantar. Ternyata pertemuan yang beliau ikuti tersebut bukan yang
pertama. Bah apa pula ini? Hati ini pun bertanya.
Peristiwa yang beliau ceritakan itu lah yang terus
menggelisahkan saya semalam ini. Saya ingin berteriak kuat-kuat karena ada
kemarahan yang luar biasa bergejolak di hati. Kemarahan terhadap orang-orang yang
berniat mengotori kekudusan gereja-Nya dengan cara duniawi.
Saya melihat disinilah masalah yang sangat serius. Dalam
tatanan kemitraan gereja dan negara itu adalah sejajar. Masing-masing diberi
mandat dan wewenang untuk mengatur tujuannya.
Masing 2 berjalan dlm tujuan membawa damai sejahtera. Kalau
ada yg melanggar masing2juga memiliki senjata. Gereja memakai tongkat gembala
negara memakai undang 2.
Tapi dari peristiwa yang beliau ceritakan saya melihat
gereja sudah dibawah negara (baca: pemerintah).negara sudah mau mendikte
kehidupan gereja. Mau memasuki kehidupan gereja yang kudus tersebut dengan
praktek-praktek dunia. Apa hak seseorang yg bekerja di salah satu instansi
pemerintahan mengundang pelayan gereja untuk berkumpul?
Apa hak seseorang yang bekerja di salah satu instansi
pemerintahan berbicara terus terang di hadapan pelayan gereja untuk mengatur
strategi untuk kemenangan calon tertentu (Ephorus GKPS)?
Bagi saya itu Tidak lah etis.tapi di atas semua itu?
Kemarahan saya yang paling besar saya tujukan kepada beberapa orang yang
mengaku pelayan gereja tapi mengotori altar suci-Nya dengan melacurkan harga
diri, kebenaran, dan panggilan nya di depan madu kekuasaan.
Besok (Selasa 9 Juni hingga Jumat 12 Juni 2015) perhelatan Sinode
Bolon GKPS akan digelar. Saya masih optimis dengan pemahaman sederhana saya
dengan arti, makna dan tujuan sinode itu dilaksanakan.
Saya percaya doa-doa yang tulus yang dipanjatkan jemaat dari
berbagai tempat akan menjadi benteng yg kuat melawan pengaruh si jahat.
Saya percaya Dia Sang Kepala Gereja sangat mengasihi gereja
gkps ini. Walaupun saya tidak bisa mengikuti sinode ini, tulisan inilah yang
menjadi suara nuraniku untuk semua peserta sinode.
Tulisan ini tidak bermaksud buruk hanya berangkat dari
kegelisahan pribadi sebagai seorang pelayan dan sebagai autokritik. Kita
semua adalah saudara. Kesalahan/kekurangan dari saudara kita adalah kesalahan
kita bersama. Kitaa adalah penjaga saudara kita.
Sinode Bolon GKPS ini biarlah ajang saling mendekatkan diri
dan saling menjaga. Menjaga untuk sama-sama terhormat, menjaga untuk hidup
kudus, menjaga untuk saling bermitra.
Biarlah hati kita dihangatkan melalui diskusi yg saling mendukung,
mengingat kan, menopang bukan saling menjegal, memojokkan dan menjatuhkan.
Semoga akhir dari semua proses sinode ini menjadi berkat untuk semua warga
GKPS. Akhir kata, selamat Bersinode. Tambun Raya, 08 Juni 2015. (Oleh: Pdt Defri Judika Purba STh)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar