Pimpinan Pusat GKPS yang Baru: Pdt Paul Ulrich Munthe
(kiri), Pdt Martin Rumanja Purba (dua dari Kiri). Pimpinan Pusat GKPS Lama: Pdt
Dr Jaharianson Saragih (tiga dari kiri) dan Pdt El Imanson Sumbayak MTh (paling
kanan). FotoIST
|
Seluruh warga GKPS bersyukur karena Synode Bolon GKPS ke 42
berakhir dengan baik. Kita menghargai lelah 450 orang perutusan, serta panitia
Synode yang bekerja keras menyelesaikan seluruh agenda dan tugas-tugas mereka
sejal 9 Juni 2015 lalu.
.
Synode telah pula mensyahkan Program GKPS Lima Tahun ke depan,
serta memilih Pimpinan Pusat GKPS 2015-2020 yang pelantikannya akan
diselenggarkan di Gereja GKPS Jalan Sudirman Pematangsiantar, Minggu 14 Juni 2015.
Dilantik Pendeta Tertua
Sesuai dengan tradisi di Gereja Kristen Protestan Simalungun
(GKPS), pendeta aktif tertua--Pdt Saur Pardomuan Saragih, STh akan melantik Pdt
M Rumanja Purba MSI dan Pdt Dr Paul Ulrich Munthe sebagai Ephorus dan Sekjen
GPKS periode 2015-2020, di gereja GKPS Sudirman, Pematangsiantar, hari ini 14
Juni 2015. Pria yang mulai bertugas sebagai pendeta di GKPS 12 April 1982 dan
sudah berusia hampir 60 tahun ini, dan jabatan terakhirnuya di GKPS adalah
Sekretaris Distrik IV Medan dan merupakan pendeta aktif tertua di GKPS.
“Benar saya akan melantik Pimpinan Pusat GKPS periode
2015-2020 pada Minggu (14/6) di GKPS Sudirman. Penunjukan itu merupakan
persyaratan di GKPS, yakni pendeta aktif tertua yang melantik,” ujar Pdt Saur
Pardomuan Saragih, seperti dikutip harian METRO Siantar.
Beberapa Catatan
Pergantian kepemimpinan di GKPS merupakan sebuah agenda yang
paling banyak menyedot perhatian dari agenda-agenda yang lain dalam pelaksanaan
42 kali Synode, sejak GKPS mandiri dari HKBP, 1 September 1963.
Perhatian jemaat yang cukup besar terhadap agenda pergantian
kepemimpinan di GKPS cukup beralasan karena lima tahun kedepan, kedua Pimpinan
tersebut akan memimpin amanah Synode Bolon ke -42 untuk memimpin lebih
dari 200 ribu jemaat dan tersebar di lebih dari 20 provinsi di
Indonesia.
Mengamati Synode Bolon GKPS ke 42 ini, saya memiliki
beberapa catatan sebagai berikut:
Pertama, GKPS menunjukkan sikap yang semakin dewasa dalam
memilih pemimpin. Pemilihan Pimpinan Pusat GKPS berlangsung lancar, dan
berakhir damai, indikator gereja yang diamanatkan Yesus Kristus saat bangkit ke
surga. “Aku mewariskan damai”.
Usai pemilihan, pengakuan tanpa syarat dari calon yang belum
mendapat kesempatan menjadi Pimpinan Pusat, menjadi catatan dan pelajaran
berharga bagi para pemimpin gereja, mulai dari yang tertinggi hingga terendah
di jemaat. Setelah pemilihan tidak justru menambah beban yang harus dihadapi
Pemimpin berikutnya.
Pergantian kepemimpinan bukan soal kalah menang, tetapi
adalah sebuah amanah Tuhan sebagai Kepala Gereja. Dalam Synode sikap
menghargai keputusan, khususnya Pemilihan Pimpinan Pusat, cukup melegakan dan
membesarkan hati. Beberapa saat setelah pemilihan berlangsung, Pimpinan
Pusat yang lama--kebetulan menjadi salah satu calon Ephorus, dalam hal ini Pdt
Dr Jaharianson Sumbayak secara spontan memberikan dukungan dan ucapan selamat.
Calon Pimpinan Pusat GKPS yang bersaing harus menghormati keputusan
Synode Bolon.
Kedua, kita berharap ke depan, Pimpinan Pusat yang baru
menghargai, mempelajari dan mampu mengoreksi karya-karya mereka, serta
menjadikan para pimpinan terdahulu sebagai partner, bukan sebagai oposisi (di
gereja tidak dikenal oposisi) dalam menjalankan roda kepemimpinan ke depan.
Sikap seperti ini penting untuk menjaga keutuhan dan
kesatuan langkah ke depan, sehingga GKPS mampu memelihara kesinambungan
program dan mengembangkan program-program baru, membawa jemaat sesuai
dengan amanat Synode Bolon, menghadapi berbagai tantangan kehidupan mereka di
era globalisasi ini.
Menggalang persatuan dan kesatuan tindak adalah tugas
Pimpinan Pusat yang baru dalam memanfaatkan seluruh potensi yang ada di GKPS.
Pengelompokan pihak menang dengan yang kalah adalah tradisi dunia yang sama
sekali bertentangan dengan kehendak Tuhan.
Ketiga, sebuah peristiwa unik dan belum pernah terjadi di
GKPS, dan bahkan mungkin di gereja lain anggota LWF. Synode Bolon GKPS
ke-42 memilih Pimpinan Pusat GKPS (Ephorus dan Sekjen) secara kebetulan adalah
putra Mantan pasangan Pimpinan Pusat hasil Synode Bolon GKPS 1970.
Terpilihnya Pdt Marthin Rumanja Purba sebagai Ephorus dan
Pdt Dr Paul Ulrich Munthe sebagai Sekjen GKPS 2015-2020 mengingatkan kita pada
Synode Bolon GKPS 1970. Saat itu Pdt Lesman Purba, STh ayah Pdt Rumanja
Purba terpilih sebagai Ephorus GKPS, dan Pdt Armencius Munthe, ayah Pdt Paul
Munthe terpilih sebagai Sekjen.
45 tahun kemudian, putra kedua Pimpinan Pusat tersebut
menjadi pasangan Pimpinan Pusat GKPS. Sebelumnya, putra Pdt Samuel P Dasuha,
mantan Ephorus GKPS (1972-1977). almarhum Pdt Belman Purba Dasuha STh, menjadi
Ephorus GKPS (2005-2010)
Keempat, lima tahun ke depan, GKPS akan melaksanakan tahapan
Visi GKPS 2030. Tahap dimana GKPS menekankan pengembangan sumberdaya manusia
dan kepemimpinan, di tengah gereja yang pada umumnya yang menghadapi tantangan
dan permasalahan khususnya masalah moral, kerohanian, teologia, organisasi dan
keuangan gereja, politik, sosial, ekonomi, budaya, dan lain-lain.
Menghadapi permasalahan-permasalahan ini GKPS membutuhkan
pemimpin yang sungguh-sungguh melayani, memiliki kemampuan kemepimpinan dan
manajerial yang baik, mampu bersinergi dengan seluruh elemen yang ada.
Jemaat GKPS, berharap agar Pimpinan Pusat periode 2015-2020
senantiasa memiliki keinginan untuk terus belajar (mampu), takut akan
Allah--menghormati hukum-hukum Allah, dapat dipercaya--yakni melaksanakan
amanat Synode Bolon ke 42, dan benci pada pengejaran suap, dan anti
korupsi. Hal yang seperti diamanatkan oleh Keluaran 18:21 sebagai
persyaratan pemimpin yang baik.
Jemaat juga berharap agar Pimpinan Pusat yang baru tidak
terlalu lama menoleh ke belakang, tetapi langsung memandang jauh ke depan,
melihat persoalan serta mencari solusinya.
Keduanya pernah bersama-sama bekerja di kantor pusat,
sewaktu Pdt Rumanja menjabat sekjen, Paul adalah Kepala Litbang mulai tahun
2000-2005. “Jadi kita terus bersama-sama. Artinya, kita sudah saling
kenal dan kita sudah saling tahu yang mau kita lakukan bersama-sama. Tentu akan
kita tingkatkan lagi,” ujar Paul, seperti dikutip harian Metro Siantar.
Jika didasari dengan niat baik, didukung kemampuan dan
pengalaman di atas, doa seluruh jemaat, Pimpinan Pusat yang baru ini
tentu akan mampu mengemban amanah Synode Bolon 2015 dan membawa GKPS lima
tahun ke depan menjadi lebih baik.
Selamat kepada Pdt Rumanja Purba, MSi sebagai Ephorus dan
Pdt Dr Paul Ulrich Munthe sebagai Sekjen GKPS periode 2015-2020.
Profil Pimpinan Pusat GKPS 2015-2020.
Ephorus GKPS Pdt Martin Rumanja Purba, MSi telah berkarier
selama 26 tahun sebagai pendeta di GKPS. Selama keriernya, ayah tiga orang
Anak- Andro Purba, Nia br Purba, Nisura Purba mendapat beragam penugasan
seperti Pendeta Resort, dan terakhir adalah Pendeta Resort Cempaka Putih,
Jakarta.
Sebelumnya suami dari Leoni br Silalahi ini pernah menjadi Sekjen GKPS
selama 2000-2010 pada masa kepemimpinan Ephorus Pdt Dr Edison Munthe, MTh dan
Pdt Belman Purba Dasuha STh. Pdt Martin Rumanja Purba adalah Alumnus STT
Jakarta dan memperoleh gelar Magister dari Program Pasca Sarjana Universita Kristen Satya Wacana Salatiga.
Sekjen GKPS Pdt Dr Paul Ulrich Munthe telah berkarier di
GKPS sejak 1996 dan pernah melayani di Resort Gloria Haranggaol, kemudian
menjadi Kepala Litbang di Kantor Pusat sampai 2006. Sejak 2010, suami
dari Darty br Purba ini menjabat Kepala Biro Administrasi di Kantor Pusat GKPS,
dan terakhir sejak 2013 Pendeta GKPS Resort Polonia Medan. Pdt Paul Ulrich Munthe ini pernah megikuti
studi di Korea Selatan program Master Theologia Tahun 2000-2001. Pada 2006,
ayah Steven Munthe ini menempuh studi doktor di Singapura. (Penulis St Jannerson Girsang—mantan Perutusan Synode Bolon GKPS
(2000—2005) dan Pengantar Jemaat GKPS Simalingkar (2010-2015)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar