"Walikota Jambi Sy Fasha Compeni, Karena Mengharuskan Calon Siswa Membawakan Bukti Pelunasan PBB Rumah Yang dihuni Orang Tua Mereka sebagai syarat penerimaan calon siswa baru pada tahun pelajaran 2015/2016" ujar Febri Timoer Timur saat orasi di depan kantor Walikota Jambi, Senin 8 Juni pagi. |
Lecehkan Profesi Wartawan
JAMBI, MR-Tingginya intensitas pemberitaan media massa di Jambi soal
kinerja dan kebijakan Walikota Jambi Syarif Fasha yang tak berpihak kepada
rakyat, menimbulkan rekasi dari Walikota Jambi Syarif Fasha. Bahkan dirinya
dengan terang-terangan melakukan pelecehan terhadap profesi wartawan di hadapan
orang banyak, pada Selasa 26 Mei 2015, sekitar pukul 13.00 WIB di Kota Jambi.
Pelecehan secara lisan itu dilakukan Fasha terhadap wartawan
di Jambi di sebuah rumah makan di kawasan Telanai.
Menurut salah seorang wartawan yang tengah meliput kegiatan
walikota saat itu, Fasha yang merasa gerah dengan pemberitaan salah satu media
online yang mengkritisi kebijakan Walikota Jambi, bertanya kepada sejumlah
wartawan yang sehari-hari bertugas di Balaikota Jambi.
“Siapa wartawan “Berita Jambi”? tanya Fasha di sebuah rumah
makan, usai melakukan kunjungan ke Kantor Camat Telanaipura, Selasa siang itu,
seperti ditirukan salah seorang wartawan yang hadir saat itu.
Sejumlah wartawan yang tidak paham konteks dan maksud
pertanyaan Fasha spontan menunjuk seorang wartawan online. Kemudian di hadapan
para jurnalis dan Staf Walikota Jmabi lainnya, Syarif Fasha berkata “ wartawan
tidak perlu menyerang atau membuat berita miring soal kebijakan pemerintah dan
walikota”.
Jika media tempat wartawan itu bekerja perlu anggaran, atau
kekurangan dana, bisa dikomunikasikan kepada pemerintah. Dirinya akan menambah
anggaran media tersebut.
“Jadi tidak perlu menyerang-nyerang pemerintah dengan
membuat berita-berita miring. Kalau perlu anggaran, bilang saja ke kami, akan
kami tambah,” kata Fasha lagi, seperti ditirukan wartawan itu.
Menurut Fasha, media (wartawan) itu terdiri atas dua jenis,
komersil dan independen. Jika media komersil, maka jelas butuh anggaran dan
perlu kerjasama dengan pemerintah. Maka, jalinlah hubungan baik dengan
pemerintah dan tidak perlu buat berita miring.
Usai berkata seperti itu, Fasha bertanya, siapa pimpinan
redaksi media di tempat wartawan bersangkutan berkerja. “Jika kau tidak betah
di media itu, bilang ke saya mau kerja di media mana. Biar saya acc dan
rekomendasikan masuk ke media lain,” kata Fasha, sambil menyebut nama dua media
bertiras besar di Jambi yang berjaringan secara nasional.
Menurut catatan wartawan, Fasha tidak kali ini saja
melakukan pelecehan terhadap profesi wartawan. Dalam berbagai kesempatan, Fasha
kerap melakukan intervensi secara lisan kepada wartawan yang tengah bertugas.
Dia acap meminta wartawan jangan membuat berita miring soal
pemerintah dan kebijakan walikota dengan bunyi bertekanan memerintah.
Walikota Jambi Syarif Fasha usai Sidang Istimewa DPRD Kota
Jambi Kamis (28/5) menolak untuk dikonfirmasi terkait dengan pelecehan profesi
wartawan tersebut. Dirinya tak bersedia menjumpai para wartawan yang sudah lama
menanti dirinya.
Tanggapan AJI Jambi
Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jambi, Hery
Novialdi, kepada wartawan mengatakan, Walikota Jambi Sy Fasya harusnya bisa
memilah mana wartawan yang bertugas secara independen dan manajemen media.
“Bicara soal anggaran atau kerjasama antara pemerintah dan
media tidak seharusnya langsung kepada wartawan. Wartawan bekerja secara
independen tidak dapat diatur-atur oleh orang lain di luar redaksi mereka,”
kata Heri.
Menurut Heri, jika Walikota Jambi Syarif Fasha merasa
dirugikan oleh pemberitaan di salah satu media, dia dapat mengunakan hak jawab.
“Hak jawab itu dilindungi Undang-Undang. Walikota harusnya
menggunakan itu, sehingga media yang bersangkutan dapat menerbitkan hak jawab
tersebut. Jika hak jawab tidak diterbitkan, maka dia dapat mengadukan ke Dewan
Pers. Dan Dewan Pers yang akan mengambil langkah selanjutnya terhadap media
tersebut. Itulah prosedurnya. Sebagai walikota, seharunya Syarif Fasha paham
prosedur tersebut,” ujar Heri.
Heri sangat menyangkan pernyataan Walikota Jambi itu. Dia
juga meminta Walikota Jambi meminta maaf kepada wartawan. “Wartawan itu profesi
terhormat. Walikota tidak dapat melecehkan seperti itu. Dia harus minta maaf,”
tegas Heri.
Hingga kini, Walikota Jambi Syarif Fasha belum dapat
dikonfirmasi terkait pelecehan yang dilakukannya terhadap wartawan.
Saat berita ini diturunkan, Masurai.com, mendapati Walikota
Jambi Syarif Fasha tengah membuka pameran batu akik di halaman balaikota Jambi.
PWI Desak Syarif Fasha Minta Maaf
Menanggapi sikap Walikota Jambi Syarif Fasha itu, Ketua
Persatuan Wartawan Indonesia Provinsi Jambi Mursyid Songsang dengan tegas
mendesak Walikota Jambi harus meminta maaf kepada seluruh wartawan.
“Ini bukan lagi persoalan personal (wartawan terkait), tapi
sudah tindakan pelecehan terhadap profesi wartawan. Walikota harus minta maaf
kepada seluruh wartawan. Dia harus mencabut kata-kata itu segera dan berjanji
tidak lagi melecehkan wartawan,” kata alumnus Lembaga Pertahanan Nasional
(Lemhanas) ini.
Kata Mursyid, tidak dapat seenak perutnya mengatur-ngatur
kebijakan redaksi sebuah media. Pers merupakan lembaga yang diatur dalam
Undang-Undang dan bertindak secara independen.
“Dia juga tidak dapat mengaku-ngaku dapat memasuk atau
mengeluarkan seorang wartawan di media-media tertentu. Jika dia punya kerjasama
atau pengaruh terhadap media tertentu. Jangan digeneraslisir dan jangan
menyamaratakan seluruh media,” kata Mursyid.
Menurut Mursyid, yang dikelola oleh Pemerintah Kota Jambi
adalah uang rakyat. Jadi Walikota tidak bisa seenaknya menggunakan anggaran
semau dia, termasuk “membeli” media-media tertentu agar pemberitaan soal dia
menjadi selalu baik.
“Fasha tidak dapat menggunakan uang rakyat semau dia,
termasuk “membeli” media untuk kepentingan pencitraan dirinya,” ucap Mursyid.
Kata Mursyid, tugas wartawan dan media memang mengawasi
setiap kebijakan dan program pemerintah. Dan soal kerjasama antara Pemda dan
media itu adalah soal lain.
“Jadi tidak ada hubungan soal kerjasama antara media dengan
pemerintah daerah, terhadap kebijakan redaksi dan tugas wartawan di lapangan
yang mengawasi kebijakan itu. Wartawan tugasnya memang mengawasi,” katanya.
(Lee)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar