Meteran yang digunakan untuk mengukur besaran penggunaan gas pada program City Gas. |
Proyek City Gas yang bernilai Rp 50 miliar di Kota Jambi terancam jadi barang rongsokan. Proyek intlelasi pipa gas mengalirkan gas bahan bakar kebutuhan rumah tangga itu ke rumah-rumah warga telah berjalan sejak tahun 2012 lalu. Namun realisasi dari program tersebut hingga April 2014 belum dirasakan masyarakat Jambi manfaatnya.
ROSENMAN M,
Jambi
Konvensi
minyak tanah ke gas elpiji telah digagas pemerintah sejak lama. Namun kelangkaan
gas elpiji kerap terjadi pada
ukuran 12 kilogram. Kelangkaan terjadi di
pasaran elpiji tiga kilogram, akibat kenaikan elpiji 12 kilogram ini.
Kondisi ini cukup
membingungkan masyarakat.
Masyarakat juga bertanya, atas
apa sebenarnya yang diinginkan pemerintah dengan mengkonvensi minyak tanah ke
gas, yang kemudian menaikkan harga gas elpiji 12 kilogram.
“Sebenarnya heran juga. Dulu
kita disuruh ganti ke gas. Tapi gas malah dinaikkan,” ujar Derlina, salah satu
pengguna gas elpiji di Kebun Handil
Kota Jambi.
Ketika
kelangkaan ini terjadi, masyarakat mulai teringat dengan proyek-proyek penanaman pipa jaringan gas untuk kebutuhan rumah tangga di Kelurahan
Handil Jaya dan Thehok Kota Jambi. Pipa jaringan gas itu merupakan
pipa yang akan dialirkan gas bumi untuk ke rumah-rumah sebagai bahan bakar memasak.
Pipa
yang ditanam sejak tahun 2012 ini ternyata membawa sempat membawa dampak negatif terhadap masyarakat karena jalan-jalan berlobang akibat galian saluran gas
tersebut.
Proyek
ini bernama City Gas, yakni dengan
membuat instalasi aliran gas ke rumah-rumah warga seperti instalasi air bersih milik PDAM.
Sehingga, masyarakat tidak perlu lagi membeli gas elpiji kemasan tabung lagi.
Ini merupakan proyek nasional yang digagas oleh Kementerian Energi dan Sumber
Daya Mineral (ESDM), untuk mengurangi ketergantungan masyarakat dengan elpiji
tabung.
Selain
itu, ini merupakan wujud serius pemerintah dalam mewujudkan gagasan tentang
konvensi minyak tanah ke gas elpiji. Proyek nasional ini melibatkan Provinsi
Jambi. Yang dalam hal ini, Kota Jambi yang mendapatkan jatah proyek nasional sebagai percontohan.
Tidak
semua warga mendapatkan sentuhan progam ini. Hanya mereka yang berada di dua
kelurahan saja yang mendapatkan sentuhan proyek ini, yaitu Kelurahan Thehok dan
Kelurahan
Handil Jaya.
Tampak programnya maju, tapi hingga kini masih
terkatung-katung. Seolah tidak ada tindak lanjut
dari pemasangan pipa-pipa besar dan instalasi yang telah dilakukan di
rumah-rumah.
“Pemasangan intalasi pipa gas hingga meteran sudah
terpasang sejak tahun 2012 lalu. Namun hingga kini belum juga terealisasi.
Jangan-jangan material proyek ini jadi barang rongsokan sebelum dimanfaatkan,”
ujar Dono, warga Perumnas jelutung Kota Jambi.
Proyek Tanpa Akhir
Proyek yang dimulai sejak
tahun 2012 dan instalasi yang dilakukan ke rumah-rumah itu, ternyata belum
juga dapat dinikmati warga.
Pipa-pipa dan meteran itu pun belum berfungsi hingga kini.
Gardu-gardu yang terpasang di titik-titik tertentu juga belum berfungsi.
Hal
ini menimbulkan pertanyaan di masyarakat, apakah program ini akan terus atau
hanya sebatas pemasangan instalasi ini saja. Isu tentang proyek gagal, proyek
main-main bahkan sampai isu kontraktor lari pun terdengar di masyarakat.
“Belum
lagi rumah kami yang dipasang instalasi ini sudah sedikit rusak, karena pipa
besi yang di tanam di dalam tembok-tembok rumah. Yang sedikitnya telah merusak
keindahan rumah sendiri,” ujar Edi Suyatmo, salah Handil Jaya yang rumahnya mendapat program City Gas ini.
Menurut
Edi, dirinya telah mengisi formulir untuk pemasangan dan persetujuan itu sejak
tahun 2012. Namun hingga saat ini, iapun belum merasakan wujud dari program
tersebut.
“Kebetulan
waktu itu kabarnya rumah kami kebagian jatah untuk program city gas. Namun belum juga dapat kami nikmati sampai 2014 ini,”
ujarnya.
Menurutnya,
instalasi yang dilakukan oleh pihak kontraktor tersebut sebenarnya telah
selesai di akhir tahun 2012. Namun city gas belum juga terealisasi.
“Meterannya
sudah dipasang sejak lama, tapi
sampai sekarang belum juga ada realisasinya. Bahkan saya pernah uji coba untuk
melihat kondisi pipa yang terpasang apakah bocor atau tidak. Tapi sampai
sekarang belum ada pihak mereka datang lagi untuk ngecek ataupun untuk
sosialisasi sebagainya,” ujarnya.
Proyek Dana
APBN
Semacam gardu atau sentral kendali gas di setiap wilayah atau RT |
Disebutkan, permasalahan
yang terjadi di masyarakat saat ini terletak pada kurangnya publikasi. Jika
terdapat kendala dama ralisasinya ia mengatakan, harus ada publikasi dari dinas
Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Agar, masyarakat memahami kondisi yang
terjadi.
“Ini
merupakan proyek pemerintah pusat, menggunakan APBN. Ini adalah pilot project, selayaknya program ini selesai
dan dapat dimanfaatkan. Memang seharusnya, Desember ini selesai. Tapi sampai
sekarang belum launching. Kita
berharap pihak terkait dapat ke lapangan, yaitu pihak ESDM, untuk melihat
kondisi di lapangan. Jika terjadi kendala-kendala, hendaknya disampaikan ke
publik, agar publik memahami kendala-kendala tersebut,” ujarnya.
Proyek
Percontohan
Ditanya
tentang ada atau tidak pembahasan atau pleno di DPRD Provinsi Jambi, Bambang
mengatakan tidak ada pembahasan tentang hal itu. Menurutnya, hal tersebut
adalah program pusat.
“Tapi
saat rapat dengan mitra kita yang dalam hal ini ESDM tentang pipanisasi gas ke
rumah-rumah ini, kami minta mereka untuk menindak lanjuti dan memantau tentang
program ini. Untuk launching itu
semua hal sudah harus siap. Baik sosialisasinya, pemeliharaannya dan
sistem-sistemnya juga sudah harus siap dan dipahami betul oleh masyarakat
terkait gas ini,” katanya.
Terkait
sosialisasi, Bambang mengatakan belum ada. “Berdasarkan laporan dan pengaduan
oleh masyarakat tentang program ini, kami minta kepada pihak ESDM untuk
memantau dan bersosialisasi secara serius,” katanya.
“Sebenarnya program ini
solusi bagus untuk masyarakat untuk meringankan masyarakat juga, apalagi
sekarang gas harganya naik. Harapan kita secepatnya ini launching agar
masyarakat dapat menikmati program ini,” ujarnya.
Sementara Kepada Bidang Migas Dinas
Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jambi Gamal Husein mengatakan, bahwa program city gas tersebut akan lounching
dalam waktu dekat.
“Memang
kemarin sempat direncanakan tentang launching
city gas bulan Desember lalu 2012 lalu. Namun karena
ada beberapa kendala jadi belum bisa dilaksanakan,” ujarnya.
Gamal
mengatakan, kendala-kendala yang terjadi merupakan kendala teknis. Baik dari
pihak pengelola gas, pemilik pipa primer dan tersier maupun dari masyarakat
sendiri.
“Karena
yang kita alirkan ini gas, maka kita harus benar-benar teliti dalam mengerjakan
ini. Bisa-bisa bocor dan membahayakan masyarakat. Selain itu, juga belum ada pembicaraan tentang siapa yang
menjadi operator dan siapa yang bertanggung jawab tentang pipa primer dan
tersier,” katanya.
Kendala
dari masyarakat juga mempengaruhi belum bisanya dioperasikan city gas ini. Menurutnya, beberapa
masyarakat yang telah dihimbau untuk tidak merubah posisi pipa. Namun
kenyataannya, masih ada beberapa masyarakat yang merubahnya.
“Kita
sudah memberikan himbauan kepada masyarakat untuk tidak melakukan perombakan
posisi pipa. Namun ada sebagian rumah yang ingin diubah posisinya dari semula. Sehingga
ini mempengaruhi banyak instalasi yang berada di sekitarnya dan
juga instalasi lainnya. Yang ada saat ini sekitar 4000 instalasi,” kata Gamal Husein.(*/lee)
***
City Gas
Proyek APBN Senilai Rp 200 Miliar Secara Nasional
Gamal Husein |
“Rp
50 miliar itu untuk dua kelurahan di Kota Jambi. Yakni Thehok dan Handil Jaya.
Total program ini seluruhnya sekitar Rp 200 miliar, untuk beberapa kota di
Indonesia,” kata Kepada Bidang
Migas Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral
(ESDM) Provinsi Jambi Gamal Husein.
Gamal
memaparkan, program ini merupakan salah satu wujud serius dalam program
konvensi minyak tanah ke gas elpiji. Selain itu, program ini untuk mengurangi
ketergantungan masyarakat terhadap elpiji tabung.
“Dengan
program ini, dapat menghemat penggunaan gas elpiji. Karena penggunaannya
dibatasi. Secara nominal, batasnya nanti sekitar Rp 48 ribu atau senilai tiga tabung
gas elpiji tiga kilogram. Itu yang disubsidi pemerintah, lewat dari patokan itu
maka akan ada penambahan biaya dan harga sudah tidak subsidi lagi. Makanya, gas
ini dikatakan dapat menghemat kebutuhan gas nasional juga,” ujarnya.
Dikatakan, sangat
beruntung warga yang mendapatkan program ini, karena hanya terbatas oleh dua
kelurahan dengan 4000 unit pemasangan.
“Sangat
beruntung sebenarnya masyarakat yang terjamah program ini. Karena nilai
instalasi sebenarnya adalah sekitar Rp 10 juta, untuk satu unit instalasinya,” sebutnya.
Soal
keamanan, Gamal mengatakan gas ini sangat aman karena tekanannya sangat rendah.
“Tekanannya sekitar
35 -50 milibar. Sehingga cepat menguap dari gas lainnya.
Bahkan, tekanan gas pada korek api gas lebih tinggi dari pada gas pada proyek city gas ini. Jadi seperti air mengalir
saja. Namun tetap harus diantisipasi keamanannya,” ujarnya.
Terkait tentang kondisi pasokan gas elpiji tiga kilogram dan 12
kilogram, Gamal mengatakan tidak akan ada pengurangan pasokan gas elpiji.
“Kita tidak akan mengurangi pasokan dan kuota gas elpiji, tetap 86
ribu per bulannya untuk Kota Jambi. Hanya saja pergeseran pengguna terjadi. Dari
yang awalnya menggunakan elpiji tiga kilogram sebanyak 4000 pengguna bergeser
ke city gas dan 4000 unit ini dapat
dialihkan kepada mereka yang belum menggunakan elpiji tiga kilogram,” jelasnya.
Program yang merupakan pilot
project ini menurutnya, akan dilaunching
pada akhir Januari 2014. Menurutnya,
saat ini pihak ESDM sedang melakukan pembicaraan lebih lanjut. Karena, harus
ada persiapan teknis dan pertimbangan lainnya yang harus dimatangkan sebelum lounching dilaksanakan.
“Kita sedang rapatkan persiapan launching ini di pusat, bukan sekedar
teknis launchingnya saja. Melainkan teknis penanggungjawab pemeiliharaan pipa
dan operator yang akan menjadi pengelola dalam pembayaran tagihan dan segala
macamnya. Setelah persoalan ini rampung maka akan fix launching-nya,” katanya.
Gamal menghimbau kepada masyarakat untuk bersabar dan tidak
termakan isu. Karena menurutnya, kendala-kendala yang terjadi saat ini hanyalah
proses persiaoan yang harus benar-benar matang.
“Isu program gagal, program main-main ataupun kontraktor lari itu
hanya isu belaka. Untuk masyarakat yang terjamah program ini diharapkan
bersabar. Maklum, namanya juga program pertama jadi persiapannya harus matang
dan tidak boleh ada kesalahan sedikit pun. Karena gas ini walaupun tekanan
rendah namun tetap ada sisi bahaya juga kalau ada kesalahan dalam prosesnya,” katanya.
Dari program ini nanti pihak ESDM berharap, bahwa program tersebut
nantinya, dapat dilanjutkan oleh pihak pemerintah provinsi ataupun pemerintah kota.
“Ini merupakan pilot project,
jika ini berhasil harapannya pemerintah baik provinsi maupun kota melanjutkan
juga dengan dana APBD. Karena manfaat dari program ini sangat besar,” ujarnya.
Namun, Gamal mengatakan untuk daerah-daerah yang tidak padat
penduduk belum akan diterapkan program ini, mengingat biaya yang dikeluarkan
sangatlah besar untuk ini.
“Rp 50 miliar saja hanya dapat 4000 unit. Program ini butuh dana
yang besar dan garapan yang sangat serius,” ujarnya.
Ketika ditanya tentang biaya yang dikeluarkan untuk distribusi gas
kerumah-rumah melalui city gas,
perbandingan dengan menggunakan elpiji tabung sangatlah jauh.
“Lebih kecil biaya distribusi dengan elpiji tabung. Kalau city gas dengan Rp 50 miliar, bisa
menjangkau 4000 unit instalasi. Kalau elpiji paling kita butuh empat sampai Rp
5 miliar untuk unit yang sama dengan membangun kilang elpiji,” ujarnya.(lee) (HARIAN JAMBI EDISI CETAK RABU PAGI 2 APRIL 2014)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar