Ketua KPK Abraham Samad |
Misteri Pertemuan Samad dan PDIP
Pelaksana Tugas Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto
membeberkan sejumlah pertemuan politik dengan Ketua KPK Abraham Samad. Muncul
desakan agar Samad diadili di komite etik. Bagaimana reaksi KPK dan Samad?
Hingga kini, masih dinanti.
Mantan wakil ketua KPK Erry Riyana Hardjapamekas meyakini,
KPK bakal menyikapi persoalan ini dengan baik. Apabila Samad faktanya memang
hadir, bakal ada tindakan.
“Pimpinan KPK akan mengambil tindakan apakah membentuk komite etik dan sebagainya. Mudah-mudahan tidak seperti itu," kata Erry usai diskusi di Warung Daun, Cikini, Jakpus, Kamis (22/1/2).
“Pimpinan KPK akan mengambil tindakan apakah membentuk komite etik dan sebagainya. Mudah-mudahan tidak seperti itu," kata Erry usai diskusi di Warung Daun, Cikini, Jakpus, Kamis (22/1/2).
Jadi, apa pun keputusan KPK nanti, bakal tergantung klarifikasi
Samad dan pemeriksaan ulang fakta-fakta yang terjadi.
Deputi Pencegahan KPK Johan Budi saat ditanya soal persoalan
ini sempat berkomentar. Namun dia menegaskan, kapasitasnya sudah bukan lagi
sebagai juru bicara.
“Siapapun boleh melakukan apapun asal jangan sampai dalam rangka mendeskreditkan orang. Kalau disampaikan ternyata benar ya tentu kami harus melihat sejauh mana dokumen soal rekam jejak itu, apalagi ini adalah lembaga KPK meskipun yang terlibat ketua KPK, tentu KPK terlibat di sana," jawab Johan singkat.
Samad disebut pernah menggelar enam kali pertemuan dengan PDIP. Agendanya, membahas penjaringan Samad sebagai calon wakil presiden Joko Widodo. Bila kabar ini benar, sebagai pimpinan KPK, Samad tentu tidak diperkenankan melakukan ini. Bila dia hendak berpolitik, wajib menanggalkan jabatannya dulu di KPK. Ada kode etik yang harus dipertanggungjawabkan.
Tudingan Hasto Fitnah Belaka
KPK telah melakukan klarifikasi terhadap Ketua KPK Abraham
Samad terkait tudingan Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto. Samad membantah
mentah-mentah tudingan tangan kanan Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri ini.
“Beliau mengatakan itu fitnah belaka," kata Deputi
Pencegahan KPK, Johan Budi, dalam konferensi pers di Gedung KPK, Jl HR Rasuna
Said, Kuningan, Jakarta, Kamis (22/1).
Karena itu KPK tak akan buru-buru memenuhi keinginan Hasto
untuk memproses Abraham Samad di komite etik.
“Tentu tadi harus diklarifikasi dulu apakah tuduhan itu
benar atau tidak. Pak Abraham Samad mengatakan bahwa yang dituduhkan itu adalah
fitnah belaka dan fitnah itu lebih kejam," tegas Johan.
Johan pun menantang Hasto mengungkap bukti yang dimilikinya.
Tanpa bukti kuat, KPK bisa memperkarakan tudingan Hasto tersebut.
“Jika Hasto dan kawan-kawan punya bukti yang kokoh tentu
kami akan mengambil langkah-langkah. Apa langkah-langkah itu terlalu dini kalau
saya menyampaikan itu," tegas mantan Jubir KPK ini.
Beri Bukti
KPK bereaksi merespons tudingan Plt Sekjen PDIP Hasto
Kristiyanto soal upaya lobi Ketua KPK Abraham Samad untuk jadi cawapres Jokowi.
KPK menuntut Hasto menyajikan bukti dari tudingannya.
“Jika tuduhan-tuduhan itu kemudian tidak didasari oleh
bukti-bukti, hanya sekadar tuduhan lebih kepada fitnah, akan lakukan
langkah-langkah yang diperlukan nantinya," kata Deputi Pencegahan KPK Johan
Budi SP kepada wartawan di Gedung KPK, Jl HR Rasuna Said, Kuningan, Jakarta,
Kamis (22/1).
Johan mengatakan KPK sudah mengonfirmasi ke Abraham Samad
soal tudingan Hasto. Abraham sudah menegaskan bahwa tudingan itu tidak benar.
“Kami meminta apabila tuduhan itu disertai dengan
bukti-bukti, maka sebaiknya tuduhan itu disampaikan kepada kami sehingga kami
memverifikasi tuduhan-tuduhan yang disampaikan tadi," ujarnya.
Soal langkah-langkah yang diperlukan, Johan belum mau
bicara. KPK masih akan membahasnya di internal.
Hasto Klaim Disadap, KPK: Kami Hanya Menyadap Pihak Terkait
Penanganan Perkara
Jakarta - Plt Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto mengaku
disadap. Telepon selulernya yang memasang alat anti sadap memberi reaksi. Hasto
menuding terkait urusan dengan Ketua KPK Abraham Samad.
Apa kata KPK soal ini? “Kami tidak menyadap pihak yang tidak
terkait dengan penanganan perkara," jelas Deputi Pencegahan KPK Johan Budi
dalam jumpa pers di KPK, Jl Rasuna Said, Kuningan, Jakarta, Kamis (22/1/2014).
Johan hanya menjawab diplomatis saat ditegaskan apakah Hasto
termasuk salah satu yang disadap KPK.
“Ada orang yang masuk sadapan, ketika seseorang kami tangani
perkaranya itu soal lain," urai Johan.
“Kami tidak menyadap orang-orang yang tidak terkait perkara.
Itu saya tegaskan," tutup dia.
Hasto Pamer Alat Pendeteksi Penyadap HP
Pelaksana tugas Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto menyerang
Ketua KPK Abraham Samad. Dia bilang, Samad pernah melakukan lobi politik sampai
6 kali pertemuan dengan dia ketika hendak dicalonkan sebagai cawapres dari
PDIP.
Jumpa pers itu dilakukan pada hari Kamis (22/1), di dua
lokasi yang berbeda, di Jalan Cemara nomor 19, Jakarta Pusat dan di The Capital
Residence, SCBD, Jakarta Selatan. Dalam dua kesempatan itu, dia memamerkan satu
alat warna hitam yang disebutnya sebagai bukti bahwa handphone-nya disadap oleh
Abraham Samad.
“HP saya disadap. Indikatornya kalau ini menyala
dua-duanya,” kata Hasto sambil mengangkat alat yang disebutnya sebagai
pendeteksi penyadapan. Saat ditanya apa nama alat tersebut dan mereknya, Hasto
tidak menjawab.
Dia menempelkan alat berbentuk segiempat warna hitam itu di
belakang handphone Blackberry-nya. Saat ditempel, indikatornya warna merah
menyala dan ada bunyi kemeresek meski tidak terlalu kencang.
Ketika ditanya apakah dia menyerang Samad sebagai balasan
karena KPK menetapkan Komjen Budi Gunawan sebagai tersangka, Hasto membantah.
Menurutnya semua berawal dari munculnya tulisan tentang pertemuan Samad dalam
sebuah blog.
“HP kami disadap. Terus muncullah (tulisan) rumah kaca
Abraham Samad. Setelah dikonfirmasi Bapak AS, katakan itu fitnah. Saya nyatakan
bahwa sebagian besar dalam tulisan itu adalah benar,” katanya.
Hasto mengenakan masker dan topi hitam. Dia menyebut
begitulah gaya Samad dalam beberapa kali pertemuan dengan PDIP di apartemen The
Capital Residence. “Capek juga ya menyamar,” kata dia sambil terkekeh setelah
berpose selama beberapa menit di depan para pewarta foto.(dtk/lee)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar