KUALATUNGKAL-Konversi bahan bakar minyak menjadi bahan bakar gas untuk
nelayan di Tanjabbar terancam gagal. Bantuan 300 alat konventer kit yang
diresmikan oleh Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Susilo Siwoutomo
beberapa waktu lalu tidak dilengkapi alat pengatur gas.
ANDRI DAMANIK, Kualatungkal
Sekretaris KUB Kualatungkal Rezki, mengatakan alat konverter
tersebut tidak berguna untuk nelayan. Banyak nelayan tidak memanfaatkan alat
bantuan tersebut. Selain itu, nelayan menganggap jika peralihan bahan bakar
tersebut tidak cocok dengan mesin pompong.
“Alasannya, pemakaian bahan bakar gas elpiji tidak cocok
untuk mesin diesel," kata Rezki kepada wartawan kemarin.
Di samping itu, kata dia, penggunaan BBG ini juga berdampak
kurangnya tenaga dari mesin perahu. Dengan jarak tempuh lumayan jauh, nelayan
lebih cenderung menggunakan bahan bakar minyak ketimbang gas.
“Tidak ada keuntungannya pakai BBG itu bagi nelayan kita.
Jauh dekat, nelayan kita pergi melaut, biaya pengeluarannya sama saja," sebutnya.
Senada juga disampaikan Ketua Koperasi Lembaga Ekonomi
Pengembangan Pesisir (LEPP) Arsyad. Dikatakannya, bahwa penggunaan BBG hanya
cocok untuk mesin berbahan bakar premium.
Saat ini, dari 43 paket konverter kit, hanya sekitar 10 perahu nelayan yang
masih menggunakan bahan bakar gas tersebut. “Itu dipakai oleh nelayan pancing
dan nelayan pemasang luka (bubu)," jelasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas ESDM Kabupaten Tanjab Barat dikonfirmasi
wartawan, mengatakan, sebanyak 50 unit konverter kit telah terealisasi.
Hanya saja, sebagian yang digunakan nelayan.
“Sebagian belum, karena mereka mengaku alat yang digunakan
tidak cocok dan laju kapal lebih lambat, tapi sekarang masih dalam perbaikan
oleh konsultan," katanya.
Ia mengatakan, Pemkab terus berupaya bersama pertamina untuk
membangun Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas. Sebab, SPBG di Tanjabbar belum
berdiri. “Sementara ini, nelayan masih memakai LPG 3 Kg," timpal dia.
Terpisah, Humas Petrocina Anjas ketika dikonfirmasi
wartawan, mengaku tidak tahu apa-apa soal konverter kit tersebut. "Masalah
itu kita memang belum mengerti, nanti saya pelajari lagi," ungkap Anjas.(*/lee)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar