Kantor OJK Pusat di Jakarta |
JAKARTA-Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mendorong perbankan untuk
meningkatkan penggunaan teknologi informasi (IT) dalam setiap transaksinya,
bukan lagi mengandalkan kantor cabang. Ini dilakukan untuk menyebarkan akses
keuangan (financial inclusion) hingga ke pelosok wilayah di Indonesia. Pasalnya,
selama ini akses sektor keuangan bagi masyarakat pelosok sulit dicapai.
Akibatnya potensi pengumpulan Dana Pihak Ketiga (DPK) tidak optimal.
Kepala Departeman Penelitian dan Pengaturan Perbankan OJK
Gandjar Mustika menyebutkan, IT memungkinkan memobilisasi dana yang lebih
besar. Dia mencontohkan, dalam lima tahun saja dengan perkiraan 100 juta orang
menaruh uang sedikitnya Rp 2 juta bisa terkumpul dana hingga Rp 200 triliun.
“Saya optimistis Rp 200 triliun bisa terkumpulkan kalau 100 juta orang
masing-masing menabung Rp 2 juta. Itu kan sebagai tabungan awal," kata
Gandjar di acara IDC Financial Insights Financial Services Summit 2014, di
Hotel JW Marriot, Kuningan, Jakarta, Selasa.
Selain mengoptimalkan potensi dana, lanjut Gandjar,
penggunaan IT juga lebih efisen. Bank tidak perlu membuka banyak cabang, karena
calon nasabah bisa terjaring dengan IT.
“Tentunya bank tanpa IT itu nothing ya. Dengan penggunaan IT ini dia
akan bisa menekan biaya, kemudian keamanan juga akan makin ditingkatkan. Saya
kira ini akan meningkatkan jasa atau produk yang bisa di-deliver oleh bank
melalui ponsel atau internet," paparnya.
Namun, tambah Gandjar, bank juga harus mewaspadai risiko pemanfaatan IT. "Bad
news-nya, mereka harus me-manage risiko. Bank Indonesia sudah mengeluarkan
peraturan risk management mengenai IT dan itu harus dipatuhi oleh
semua dan intinya bahwa mereka harus me-mitigate semua risiko yang muncul
dengan penggunaan IT," katanya.
Lebih jauh Gandjar menjelaskan, pihaknya tengah merampungkan
Rancangan Peraturan OJK untuk payung hukum layanan perbankan tanpa cabang (branchless
banking). Aturan tersebut ditargetkan selesai akhir tahun ini.
“Saya juga sudah melakukan dengar pendapat minggu lalu dengan berbagai pihak.
Kami mengundang ahli, asosiasi, akademisi, termasuk industri agar mereka
memberikan masukan. Laku Pandai, Layanan Keuangan dalam Rangka Financial
Inclusion," ungkapnya.
Menurut Gandjar, penerapan branchless banking akan membuat masyarakat
semakin melek terhadap jasa keuangan. Dengan begitu, dana-dana masyarakat bisa
lebih produktif.
“Kami ingin agar perbankan mendukung program ini dalam rangka pengurangan
kemiskinan. Agar mereka yang uangnya tidak produktif menjadi lebih produktif.
Mungkin karena baru, sebetulnya di negara lain ada sharing cost antara
pelaku, misalnya bank, telko, dan provider lain yang terkait dengan
internet. Jadi biaya yang dikenakan ke nasabah minim, bahkan nol,"
jelasnya.(dtk/lee)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar