TERBESAR: Kelenteng Siau San Teng yang terletak di RT 10
Sungai Asam Kampung Manggis Kelurahan Cempaka Putih Kota Jambi. ROSENMAN
MANIHURUK/HARIAN JAMBI
MENELUSURI SUKU TIONGHOA DI JAMBI
Masyarakat Jambi etnis Tionghoa di Jambi paling banyak Tionghoa
Hokkian karena terdiri dari lima bagian suku yakni suku Angke (Angkoi), Lamoa,
Tang Ciok, Un Ling dan Hok Pho Chien. Berbagai tradisi dan kepercayaan suku
Hokkian ini banyak dilaksanakan di Jambi.
R MANIHURUK, Jambi
Pengurus Yayasan Teo Chew (Suku Hokkin), Joni Attan
mengatakan, suku Hokkian paling banyak penyebarannya di Jambi. Suku ini terdiri
dari lima suku lagi (bagian) yang masih tergabung dalam satu daerah.
“Maka suku inilah yang paling banyak di Jambi. Salah satu
penyebab banyaknya jumlah warga yang memiliki suku Hokkian, karena Hokkian juga
merupakan nama provinsi di negara China,” ujarnya.
Joni mencontohkan, warga yang tinggal di Tebo dan Bungo itu juga termasuk warga Provinsi Jambi. Maka, begitu jugalah dengan suku Hokkian yang juga terdiri dari beberapa suku di dalamnya. Tetapi mereka tetap bagian dari suku Hokkian.
Joni mencontohkan, warga yang tinggal di Tebo dan Bungo itu juga termasuk warga Provinsi Jambi. Maka, begitu jugalah dengan suku Hokkian yang juga terdiri dari beberapa suku di dalamnya. Tetapi mereka tetap bagian dari suku Hokkian.
Disebutkan, Suku Teo Chew merupakan jumlah penduduk
terbanyak kedua yang ada di Jambi. Ketiga adalah suku Ke, dilanjutkan dengan suku
Kwan Gu dan terakhir adalah suku Haiman.
Masing-masing suku memiliki yayasan dan kegiatan sendiri. Kegiatan mereka selalu diikuti atas nama suku sehingga hanya terbatas pada orang-orang tertentu. “Hal ini karena kita sudah memiliki yayasan masing-masing, kegiatan masing-masing sehingga sudah terkotak-kotak,” ujarnya.
Masing-masing suku memiliki yayasan dan kegiatan sendiri. Kegiatan mereka selalu diikuti atas nama suku sehingga hanya terbatas pada orang-orang tertentu. “Hal ini karena kita sudah memiliki yayasan masing-masing, kegiatan masing-masing sehingga sudah terkotak-kotak,” ujarnya.
Hal serupa juga dikatakan Abu, pengurus Yayasan Teo Chew.
Menurut Abu, Hokkian di Jambi tetap satu, yaitu tergabung dalam keturunan Tionghoa
yang tinggal dan menetap di Jambi dan tetap menghargai budaya Jambi.
Dikatakan, suku Kwan Gu yang tidak memiliki yayasan sendiri.
Semua kegiatan mereka tergabung dengan Yayasan Dharmabakti yang menerima semua suku,
ras dan agama dalam setiap kegiatan mereka.
“Saat ini di Jambi ada sepuluh suku yang tersebar di Jambi,
diantaranya suku yakni suku Angke (Angkoi), Lamoa, Tang Ciok, Un Ling dan Hok
Pho Chien. Masing-masing suku ini memiliki tradisi dan kepercayaan tersendiri.
Mulai dari makanan khas, kebiasaan hingga pantangan tersendiri,” katanya.
Pada hari kesembilan setelah memasuki Tahun Baru Imlek, bagi
suku Hokkian, mereka akan melakukan sembayang tengah malam. Dilakukan di
halaman rumah sambil membakar garu dan kertas sembayang.
“Kebiasaan ini merupakan tradisi Hokkian. Di luar suku
tersebut tidak melakukan sembayang ini. Meskipun banyak perbedaan, kami tetap
tergabung dalam warga Tionghoa di Jambi,” ujar Abu.
Meskipun tetap melaksanakan tradisi dan kebiasaan
masing-masing, tetapi tidak melupakan kebudayaan Jambi dengan mempelajari budaya
dan ikut serta dalam setiap kegiatan yang digelar. “Kita tetap satu. Meskipun
banyak perbedaan, itu tidak menjadi permasalahan,” ujarnya. (*/lee)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar