Jakarta-Publik Indonesia sempat tersentak dengan kabar
penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara perusahaan otomotif asal Malaysia
Proton Holdings Bhd dengan PT Adiperkasa Citra Lestari, milik A.M.
Hendropriyono.
Kerja sama ini dianggap akan melahirkan sebuah 'mobil
nasional' (mobnas). Namun hal ini langsung diklarifikasi oleh Menteri
Perindustrian (Menperin) Saleh Husin bahkan Presiden Jokowi. Benarkah Proton
akan jadi mobnas?
Mantan Menteri Perindustrian MS Hidayat mengatakan, sejak
dulu sampai saat ini, tak pernah ada definisi soal mobnas. Sehingga ia
berharap, rencana masuknya Proton membangun manufaktur mobil di Indonesia tak
perlu dikaitkan dengan program mobnas.
Hidayat mengatakan, yang terpenting saat ini adalah,
Indonesia membuka diri terhadap berbagai investor otomotif, terutama yang
mendukung berkembangnya industri komponen lokal.
Ia sangat memahami soal rencana Proton, apalagi sejalan dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang berlangsung akhir tahun ini. Tentunya Proton butuh pasar, dari 600 juta penduduk ASEAN, hampir 50%-nya adalah Indonesia.
Ia sangat memahami soal rencana Proton, apalagi sejalan dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang berlangsung akhir tahun ini. Tentunya Proton butuh pasar, dari 600 juta penduduk ASEAN, hampir 50%-nya adalah Indonesia.
"Jadi nggak perlu diusung mobnas, nggak ada kriteria
mobnas, tetapi bagaimana membangun industri komponen," kata Hidayat Senin
(9/2).
Menurutnya, dengan berkembangnya industri komponen di
Indonesia, maka ke depannya mayoritas komponen mobil sudah bisa dipasok dari
dalam negeri. Sehingga impor komponen bisa ditekan atau diminimalisir.
Hidayat mengatakan, program Low Cost and Green Car (LCGC)
atau mobil murah yang dikeluarkannya saat jadi Menteri, merupakan salah satu
model yang bisa menopang berkembangnya industri komponen mobil. Dalam LCGC,
disyaratkan komponen lokal minimal 85% harus dipenuhi secara bertahap.
“LCGC harus minimal 85% dalam 5 tahun, dalam 2 tahun ini
kandungan lokalnya 60%. Kalau komponen sudah kita kuasai, sebagai bentuk
kemandirian kita," katanya.
Mantan Ketua Kadin ini juga mengatakan, saat ini sudah tak
mungkin lagi Indonesia mengusung Mobnas yang pernah diterapkan pada Zaman
Presiden Soeharto. Program mobnas terkendala oleh Organisasi Perdagangan Dunia
(WTO), karena dianggap diskriminatif dan protektif, alasannya condong pada
produsen otomotif tertentu.
“Apalagi sudah ada MEA, 10 negara ASEAN sudah sepakat,
menuntut tak ada lagi hal yang diskriminatif," katanya.
Jokowi Klarifikasi
Presiden Joko Widodo (Jokowi) meluruskan kabar yang
mengatakan, nota kesepahaman (MoU) antara PT Adiperkasa Citra Lestari dengan
Proton Holdings Bhd terkait program mobil nasional di Indonesia yang
dihadirinya.
Dikutip dari situs Sekretariat Kabinet, Senin (9/2), Jokowi
mengatakan, MoU tersebut bersifat business to business antar dua
perusahaan swasta.
Kehadiran Jokowi dalam MoU tersebut, karena memenuhi
undangan mantan Perdana Menteri (PM) Malaysia Mahathir Mohammad dan PM Dato Sri
Mohammad Najib Tun Abdul Razak.
"Jadi kemarin karena diundang Doktor Mahathir dan Pak PM Najib, ya saya datang jadi masih awal-awal sekali," kata Jokowi.
"Jadi kemarin karena diundang Doktor Mahathir dan Pak PM Najib, ya saya datang jadi masih awal-awal sekali," kata Jokowi.
Jokowi tidak menjawab pertanyaan mengenai spesifik mobil
Proton dimaksud, karena itu menyangkut kesepakatan antar dua perusahaan.
"Ditanya ke sana, saya sampaikan itu business to business, jadi
ditanyakan ke sana," tukasnya.
Kemudian, Jokowi juga tidak menjawab soal rencana menjadikan
Proton sebagai mobil nasional.
"Saya mesti harus melihat studi kelayakan seperti apa kemudian targetnya yang musti dicapai itu seperti apa," kata Jokowi.
"Saya mesti harus melihat studi kelayakan seperti apa kemudian targetnya yang musti dicapai itu seperti apa," kata Jokowi.
Dia mengatakan, Indonesia adalah negara yang sangat terbuka,
yang menerima investasi dari manapun, termasuk dari Malaysia.
"Ya kalau investasi ya silakan, mau dari Korea juga
silakan, mau dari Jepang yang sudah banyak dan mau investasi lebih besar lagi
silakan, kita butuh investasi," tutur Jokowi. (dtk/lee)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar