Sahala Tua Saragih menyayangkan penyalahgunaan TIK untuk pornografi. (Foto: Facebook) |
BANDUNG, Menurut Sahala Tua
Saragih, Dosen Prodi Jurnalistik Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas
Padjajaran, Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sering
disalahgunakan terutama terkait pornografi.
Dalam wawancara melalui surat elektronik pada Sabtu (10/5), Sahala
menyayangkan terus meningkatnya korban penyalahgunaan internet dan
produk-produk TIK meskipun UU Antipornografi dan UU ITE telah lama
diterapkan.
Menurutnya, teknologi termasuk TIK sesungguhnya bersifat netral, akan
berfaedah jika digunakan dengan baik dan sangat merugikan jika
digunakan dengan buruk.
"Banjir informasi buruk seperti pornografi, pornoaksi, pornowacana
(porno-bahasa verbal), perilaku atau tindak kekerasan, dan berbagai
tontonan yang sungguh tak senonoh melalui internet telah berefek sangat
buruk terhadap masyarakat, terutama yang masih tergolong anak berusia di
bawah 18 tahun," ungkap dia.
Menurut Sahala, hal ini bisa terjadi karena pemerintah sejak awal
tidak bekerja dan berupaya mengajar dan mendidik masyarakat mengenai
penggunaan TIK secara baik dan benar. Padahal, pendidikan tentang
penggunaan TIK itu harus dilakukan sebelum TIK digunakan secara massal
di seluruh pelosok negeri.
"Masyarakat dibiarkan belajar sendiri. Tampaknya pemerintah
menganggap masyarakat kita sanggup belajar sendiri. Setelah banyak kasus
dan korban, barulah dibuat UU ITE. Celakanya pula, pemerintah tidak
mengomunikasikan atau menyosialisasikan hukum baru itu secara intensif
kepada seluruh lapisan masyarakat," kata Sahala.
Ia juga mengatakan pemerintah seperti membiarkan masyarakat belajar
sendiri seakan setiap pengguna TIK dianggap telah mengetahui isi UU
ITE selain UU Pornografi. Hal ini menurut Sahala menyebabkan penggunaan
TIK selama ini cenderung liar atau anarkis.
"Jangankan memedulikan etika dan etiket berkomunikasi melalui TIK,
hukum pidananya saja pun tak dipedulikan. Masyarakat tak mau tahu
berbagai larangan dalam UU ITE dan UU Pornografi. Hal yang pasti, setiap
waktu mereka sangat bebas menggunakan TIK, apa pun motif dan
tujuannya," sambungnya lagi.
"Warisan" untuk Pemerintah Baru
Dalam pandangan Sahala, pemerintah saat ini akan mewariskan hal buruk
untuk pemerintah yang baru, terutama terkait penggunaan TIK.
"Pemerintah sekarang akan mewariskan TIK yang sampai saat ini
dipergunakan dengan sangat massif dalam situasi buta alias tidak melek
TIK dengan segala efek buruk atau korbannya. Warisan lainnya adalah UU
ITE dan UU Pornografi yang tak pernah diketahui oleh hampir semua
pengguna TIK," ungkap Sahala.
Ia menambahkan, "sejarah dunia telah membuktikan secara konsisten,
hukum selalu tertinggal jauh oleh teknologi. Kita patut bangga karena
banyak warga masyarakat kelas bawah dan masyarakat di desa-desa atau
daerah pedalaman telah menggunakan TIK. Akan tetapi yang masih jadi
pertanyaan besar, apa motif dan tujuan mereka menggunakan TIK? Untuk
kegiatan produktif dan pencerdasan ataukah untuk kegiatan konsumtif dan
pamer status sosial-ekonomi belaka?"
Tidak Perlu Iklan Internet
Sahala tidak mengetahui pasti ada atau tidaknya anggaran terkait
teknologi komunikasi dan informasi. Menurutnya, hanya Kemenkominfo dan
Kemenkeu serta DPR yang tahu dengan pasti mengenai anggaran tersebut.
Namun hal yang pasti menurut Sahala,"setiap hari kita dibombardir iklan
kampanye penggunaan internet melalui berbagai media massa, terutama
televisi. Untuk apa ini dilakukan? Tanpa iklannya pun warga masyarakat
sudah memakai TIK secanggih dan semahal apa pun. Akan tetapi banyak
pengguna atau konsumen TIK yang buta TIK."
Oleh karena itu, pemerintah seharusnya menurut Sahala harus melakukan
berbagai upaya serius agar masyarakat benar-benar melek TIK. "Dengan
demikian, mereka tak menjadi korban penyalahgunaan TIK. Anggaran iklan
yang pasti sangat besar itu semestinya dipakai untuk mengajar dan
mendidik masyarakat agar benar-benar melek TIK," katanya lagi.
Menkominfo yang Baru
Pada akhir wawancara, Sahala mengusulkan satu nama yang dirasanya tepat menjadi Menkominfo yang baru.
"Usul saya, Dr. Onno W. Purbo, mantan dosen Jurusan Teknik
Informatika ITB dan kalau tak salah dosen di Universitas Surya milik
Prof. Dr. Yohanes Surya, cocok menjadi Menkominfo yang baru nanti,"
katanya.
Menurut Sahala, Onno tepat menjadi Menkominfo yang baru karena ia tak
hanya menguasai TIK secara teknis dan ilmiah, namun juga menguasai
penggunaannya secara baik dan benar untuk meningkatkan kualitas hidup
umat manusia.
Namun ada hal lainnya menurut Sahala yang lebih penting, yaitu "semua
pejabat dan pegawai Kemenkominfo dan Dinas Kominfo di tingkat provinsi,
kabupaten, dan kota menyadari kelalaian dan kesalahan besar mereka
selama ini."(SATUHARAPAN.COM)
Editor : Yan Chrisna Dwi Atmaja
Tidak ada komentar:
Posting Komentar