Jika Dua Shift Sekolah Negeri Berlanjut
JAMBI-Jika sistem dua shift di sekolah negeri tidak segera dihentikan, akan mengancam keberadaan sekitar 2.000 guru sekolah sawsta jadi penganguran. Penerapan dua shift di sejumlah sekolah negeri juga akan berpengaruh pada kualitas pendidikan yang ada di Kota Jambi.
Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) gelombang kedua di sejumlah SMAN di Kota Jambi berlanjut mengundang perlawanan dari guru-guru swasta di Kota Jambi. Penerapan sekolah dua shift yang
telah berlangsung di SMAN 2 dan SMAN 5 Kota Jambi ternyata sudah berdampak langsung bagi sekolah
swasta di Kota Jambi.
Seperti diberitakan Harian Jambi pada edisi Sabtu 8 Agustus halaman 11 menyebutkan, kebijakan pemerintah yang menerapkan dobel shift membuat siswa yang mendaftar di SMA Nusantara Jaya Jambi meminta untuk pindah ke sekolah Negeri yang menerapkan dobel shift tersebut.
Kepala Sekolah SMA Swasta Nusantara Jambi yang juga menjabat Ketua Forum Sekolah Swasta Kota Jambi Jaya Sumantri Minggu (10/8) mengatakan, kebijakan pemerintah menerapkan sisten dobel shift sangat merugikan sekolah swasta.
“Karena dengan adanya penerapan sistem itu ada siswa kita ada yang minta pindah ke sekolah X itu. Di sekolah Nusantara sudah 6 orang siswa yang meminta surat pindah dari sekolahnya dengan alasan anaknya akan ikut orang tuanya ke daerah dengan alibi ikut orang tuanya pindah dinas,” katanya.
Namun pada kenyataanya siswa tersebut sudah diterima di sekolah SMAN 5 Kota Jambi. Hal tersebut diketahui kepala sekolah setelah lama berdiskusi. “Di sekolah kita aja sudah 6 orang yang pindah dengan berbagai alasan. Setelah ditelusuru ternyata siswa tersebut telah diterima di SMAN 5 Kota Jambi,” katanya.
Dikatakan, dengan adanya kebijakan pemerintah tersebut, maka hal tersebut akan memperburuk dan membuat minim siswa yang ada di sekolah swasta.
Di sekolah sekolah swasta yang lain juga mengalami hal sama denganya.Buruknya lagi, jika semua sekolah negeri setingkat SMA menerapkan sistem dua shift akan membuat sekolah SMA swasta tidak mendapatkan
siswa.
Menurut Jaya Sumantri, jika tidak segera disikapi, sekolah yang menerapkan dua shift tersebut akan menurunkan kualitas pendidikan. Sebab proses pembelajaran yang dilakukan dengan kesan dipaksakan akan menimbulkan efek negatif terhadap proses belajar megajar.
“Penerapan dua shift ini merupakan masalah yang besar. Jika tidak cepat disikapi akan memperburuk citra pendidikan di Kota Jambi,” katanya.
Di tambahkan, selain kualitas pendidikan yang menurun, sistem dua shift tersebut, juga dapat menjadi penghambat kemajuan bagi sekolah swasta. Untuk tahun ini 2 sekolah yang menerapkan dua shift yakni SMAN 2 dan SMAN 5 Kota Jambi kedepannya akan bermunculan sekolah negeri yang menerapkan dua shift.
“Standar nasional pendidikan hanya membolehkan dalam satu kelas jumlahnya 32 siswa, namun dengan adanya sistem shift jumlah siswa perkelasnya menjadi 40 hingga 46 siswa per lokal. Hal itu dapat menurunkan kualitas pendidikan,” katanya.
Dilanjutkan, dengan demikian penerapan sistem dua shift tersebut terkesan dipaksakan. Hal tersebut akan berdampak buruk kepada sekolah swasta. Jika terus diterapkan maka sekolah-sekolah swasta akan tutup.
“Jika sekolah swasta tutup, sekitar 2000 guru swasta akan menjadi pengangguran. Dan sekolah swasta bisa saja beralih fungsi mejadi hotel, rumah sakit, dijadikan pusat perbelanjaan, bahkan di jual,” katanya.
Dengan adanya kebijakan tersebut, maka bagaimana nasib 2000 guru swasta yang selama ini juga berjuang dalam memajukan pendidikan di Jambi. Pihaknya mengatakan keputusan pemerintah dalam menerapkan sistem dua shift merupakan kebijakan yang salah karena akan membuat mati sekolah swasta.
“Coba Pemerintah Kota Jambi memikirkan juga nasib kami yang swasta ini. Jika sekolah swasta ditutup, berapa banyak kerugian sosial yang ditimbulkan akibat kebijakan itu," katanya. (KAHARUDDIN, Jambi/lee) (Harian Jambi)
JAMBI-Jika sistem dua shift di sekolah negeri tidak segera dihentikan, akan mengancam keberadaan sekitar 2.000 guru sekolah sawsta jadi penganguran. Penerapan dua shift di sejumlah sekolah negeri juga akan berpengaruh pada kualitas pendidikan yang ada di Kota Jambi.
Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) gelombang kedua di sejumlah SMAN di Kota Jambi berlanjut mengundang perlawanan dari guru-guru swasta di Kota Jambi. Penerapan sekolah dua shift yang
telah berlangsung di SMAN 2 dan SMAN 5 Kota Jambi ternyata sudah berdampak langsung bagi sekolah
swasta di Kota Jambi.
Seperti diberitakan Harian Jambi pada edisi Sabtu 8 Agustus halaman 11 menyebutkan, kebijakan pemerintah yang menerapkan dobel shift membuat siswa yang mendaftar di SMA Nusantara Jaya Jambi meminta untuk pindah ke sekolah Negeri yang menerapkan dobel shift tersebut.
Kepala Sekolah SMA Swasta Nusantara Jambi yang juga menjabat Ketua Forum Sekolah Swasta Kota Jambi Jaya Sumantri Minggu (10/8) mengatakan, kebijakan pemerintah menerapkan sisten dobel shift sangat merugikan sekolah swasta.
“Karena dengan adanya penerapan sistem itu ada siswa kita ada yang minta pindah ke sekolah X itu. Di sekolah Nusantara sudah 6 orang siswa yang meminta surat pindah dari sekolahnya dengan alasan anaknya akan ikut orang tuanya ke daerah dengan alibi ikut orang tuanya pindah dinas,” katanya.
Namun pada kenyataanya siswa tersebut sudah diterima di sekolah SMAN 5 Kota Jambi. Hal tersebut diketahui kepala sekolah setelah lama berdiskusi. “Di sekolah kita aja sudah 6 orang yang pindah dengan berbagai alasan. Setelah ditelusuru ternyata siswa tersebut telah diterima di SMAN 5 Kota Jambi,” katanya.
Dikatakan, dengan adanya kebijakan pemerintah tersebut, maka hal tersebut akan memperburuk dan membuat minim siswa yang ada di sekolah swasta.
Di sekolah sekolah swasta yang lain juga mengalami hal sama denganya.Buruknya lagi, jika semua sekolah negeri setingkat SMA menerapkan sistem dua shift akan membuat sekolah SMA swasta tidak mendapatkan
siswa.
Menurut Jaya Sumantri, jika tidak segera disikapi, sekolah yang menerapkan dua shift tersebut akan menurunkan kualitas pendidikan. Sebab proses pembelajaran yang dilakukan dengan kesan dipaksakan akan menimbulkan efek negatif terhadap proses belajar megajar.
“Penerapan dua shift ini merupakan masalah yang besar. Jika tidak cepat disikapi akan memperburuk citra pendidikan di Kota Jambi,” katanya.
Di tambahkan, selain kualitas pendidikan yang menurun, sistem dua shift tersebut, juga dapat menjadi penghambat kemajuan bagi sekolah swasta. Untuk tahun ini 2 sekolah yang menerapkan dua shift yakni SMAN 2 dan SMAN 5 Kota Jambi kedepannya akan bermunculan sekolah negeri yang menerapkan dua shift.
“Standar nasional pendidikan hanya membolehkan dalam satu kelas jumlahnya 32 siswa, namun dengan adanya sistem shift jumlah siswa perkelasnya menjadi 40 hingga 46 siswa per lokal. Hal itu dapat menurunkan kualitas pendidikan,” katanya.
Dilanjutkan, dengan demikian penerapan sistem dua shift tersebut terkesan dipaksakan. Hal tersebut akan berdampak buruk kepada sekolah swasta. Jika terus diterapkan maka sekolah-sekolah swasta akan tutup.
“Jika sekolah swasta tutup, sekitar 2000 guru swasta akan menjadi pengangguran. Dan sekolah swasta bisa saja beralih fungsi mejadi hotel, rumah sakit, dijadikan pusat perbelanjaan, bahkan di jual,” katanya.
Dengan adanya kebijakan tersebut, maka bagaimana nasib 2000 guru swasta yang selama ini juga berjuang dalam memajukan pendidikan di Jambi. Pihaknya mengatakan keputusan pemerintah dalam menerapkan sistem dua shift merupakan kebijakan yang salah karena akan membuat mati sekolah swasta.
“Coba Pemerintah Kota Jambi memikirkan juga nasib kami yang swasta ini. Jika sekolah swasta ditutup, berapa banyak kerugian sosial yang ditimbulkan akibat kebijakan itu," katanya. (KAHARUDDIN, Jambi/lee) (Harian Jambi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar