Rabu, 02 Mei 2012

Rati Boru Galingging Keguguran Saat Berunjukrasa di Depan Kantor Gubernur Jambi


Perjuangkan Lahan Pertanian di Desa Mekar Jaya, Kabupaten Sarolangun

Jambi, BATAKPOS

Perjuangan Rati boru Galingging (36), ibu rumah tangga, yang merupakan peserta demo petani dalam memperoleh lahan pertanian berujung pada keguguran. Bayi yang dikandungnya yang sudah berusia enam bulan itu keguguran saat berunjukrasa di depan gedung Gubernur Jambi, Selasa (1/5) petang.

Rati boru Galingging ini meminta jenazah bayinya dikebumikan di halaman kantor Gubernur Jambi. Petani dari Desa Mekar Jaya, Kabupaten Sarolangun ini, saat ikut demo diketahui sedang hamil enam bulan.

Diduga mengalami tekanan mental dan shock, ibu ini merasa kesakitan. Dalam keadaan lemas, Selasa sore korban dilarikan ke RS Raden Mattaher Jambi. Namun ketika menjalani operasi, ternyata bayi dalam kandungannya sudah meninggal.

Korban diduga mengalami tekanan mental dan tidak kuat menghadapi permasalahan konflik lahan yang tak kunjung selesai. Selain itu, korban juga diperkirakan tertekan karena harus berjuang bersama petani lainnya untuk memperjuangkan haknya.

Joko Supriyadi Nata, koordinator aksi, Rabu (2/5) saat orasi di DPRD Provinsi Jambi  mengatakan, ketika pihak RSUD Raden Mattaher melakukan pemeriksaan terhadap ibu tersebut, petugas dan pihak rumah sakit menyatakan bayi yang ada dikandungannya sudah meninggal dunia. “Ibu itu berpesan agar bayi tersebut dikuburkan di halaman kantor gubernur,”kata Joko.

Ratusan petani yang tergabung dalam Gerakan Nasional Pasal 33 (GNP 33) dari tiga desa di Provinsi Jambi  menuding Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jambi “pembohong” karena tidak mampu menyelesaikan sengketa 15.032 Hektar lahan antara petani dengan perusahaan. Mereka menuding Pemprov Jambi hanya mengumbar janji-janji tanpa adanya bukti nyata.

Hal tersebut terungkap saat ratusan petani dari Suku Anak Dalam (SAD) 113 Tanah Menang, Kabupaten Batanghari, Dusun Kunangan Jaya II, Kabupaten Batanghari dan Dusun IV Mekar Jaya, Kabupaten Sarolangun melakukan unjukrasa di depan kantor gubernur Jambi dan DPRD Provinsi Jambi, Senin, Selasa dan Rabu (30 April hingga Rabu 2 Mei).

“Kami petani kecewa. Pasalnya kesepakatan-kesepakatan yang dibuat pemerintah tidak berjalan. Verifikasi dan pemetaan yang semestinya selasai pada awal Mei 2012, tapi macet. Pemda Sarolangun dan Pemda Batanghari selalu “melempar bola” ke perusahaan,”kata Joko Supriyadi Nata. RUK
 
Berjuang : Ratusan petani dari tiga kabupaten melakukan unjukrasa di depan kantor gubernur Jambi, Rabu (2/5). Mereka menuntut 15.032 Hektar tanah ulayat untuk dikembalikan kepada petani. Foto batakpos/rosenman manihuruk

Tidak ada komentar: