Sidang Gugatan Jemaat HKBP HKBP Syaloom Aurduri Terhadap Walikota Jambi di PTUN Jambi
Selasa tanggal 9 Mei 2012 kembali sidang di Pengadilan Tata Usaha Negara terhadap gugatan terhadap Walikota Jambi digelar.
Sidang digelar setelah Pdt TOGU H. SITORUS dan KRISTOK DAMANIK merasa Surat Keputusan Walikota Jambi tanggal 14 Desember 2011 Nomor: 452.2/1231/kesra tentang Penghentian Kegiatan Pembangunan dan Aktivitas Gereja HKBP Syaloom di RT.12 Aur Duri bertentangan dengan PERATURAN BERSAMA MENTERI AGAMA DAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 9 TAHUN 2006 dan NOMOR : 8 TAHUN 2006. Didalam pasal 6 PERATURAN BERSAMA MENTERI AGAMA DAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 9 TAHUN 2006 dan NOMOR : 8 TAHUN 2006.
Agenda persidangan hari ini mendengarkan jawaban dari pihak tergugat. Sidangkali ini serasa istimewa, karena pihak H, Sitorus dan Kristok Damanik datang bersama dengan anggota jemaat HKBP yang pembangunan gerejanya dihentikan oleh Walikota Jambi. Kedatangan jemaat HKBP memberikan semangat dan inspirasi kepada tim Penasehat Hukum yang menghadiri persidangan.
Kedatangan jemaat HKBP menghadiri persidangan selain ingin mendengarkan jawaban dari Walikota terhadap gugatan yang telah disampaikan, kedatangan juga memberikan warna tersendiri persidangan PTUN. Sembari menunggu persidangan, kedatangan jemaat memberikan dukungan, semangat dan optimis kepada gugatan yang telah mereka sampaikan.
Mereka percaya kepada ”keadilan” Tuhan yang akan berbicara melalui tangan hakim, melalui mata hati hakim dan tentu saja melalui palu hakim yang akan memihak kepada kebenaran.
Namun pelajaran penting yang didapatkan justru ”sikap” teladan dan memberikan akal sehat (common sense) didalam melihat persoalan ini. Saya tersentak, ketika pernyataan yang disampaikan, sama sekali tidak pernah terpikirkan selama ini.
Saya tidak akan mengulasnya dari ranah konstitusi. Karena sudah tercantum tegas didalam rumusan UUD 1945. rumusan yang menjadi bahan yang mudah dimengerti namun sulit diimplementasikan. Biarlah itu menjadi materi gugatan didalam persidangan.
Tuhan kita Sama
Ya, Tuhan kita sama. Manusia karena keyakinan dan agama yang dipelajari kemudian menyebutkan nama Tuhan yang berbeda-beda. Keyakinan saya yang beragama Islam menyebutkan ”Allah”. Dalam berbagai budaya - kemudian sebagai bentuk tunduk - kemudian menyebutkan ”Gusti Allah”, ”
Dalam konsep agama Budha, misalnya, seorang Buddhis tidak menyebutkan nama Tuhannya. Dalam sebuah buku berjudul Be Buddhist Be Happy, misalnya, ditulis: "Seorang umat Buddha meyakini adanya Tuhan Yang Maha Esa yang dikenal dengan sebutan: "Atthi Ajatam Abhutam Akatam Asamkatam", yang artinya: Sesuatu yang tidak dilahirkan, tidak dijelmakan, tidak diciptakan, Yang Mutlak. Tuhan Yang Maha Esa di dalam agama Buddha adalah Anatman (Tanpa Aku), suatu yang tidak berpribadi, suatu yang tidak dapat digambarkan dalam bentuk apa pun. (Lihat, Jo Priastana, Be Buddhist Be Happy, (Jakarta: Yasodhara Puteri Jakarta, 2005).
Agama Hindu juga mempunyai konsep Tuhan sendiri. Alain Danielou, menulis dalam bukunya, Gods of India: Hindu Polytheism, (New York: Inner Traditions International, 1985): "Hinduism, or rather the "eternal religion" (sanata dharma), as it calls irself, recognizes for each age and each country a new form of revelation and for each man, according to his stage of development, a different path of realization, a different of worship, a different morality, different rituals, different gods." (hal. X).
Jadi, masing-masing agama memang memiliki konsep Tuhan dan juga nama Tuhan sendiri-sendiri. Karena melihat fenomena agama-agama semacam itu, kaum Pluralis agama, lalu dengan sederhana menyimpulkan, bahwa Tuhan memang punya banyak nama. Tuhan itu satu. Tetapi, cara memanggilnya tergantung persepsi dan tradisi masing-masing agama. Semuanya benar. Semua agama adalah jalan menuju kebenaran.
Iya. Betul. Makanya Tuhan menciptakan manusia dengan bentuk yang sama. Apabila Tuhan kita berbeda, tentu saja bentuk manusia berbeda-beda antara satu agama dengan yang lain. Bisa saja karena Tuhannya berbeda, maka letak telinga, letak hidung akan berbeda antara satu agama dengan agama lain.
Hm... Pelajaran penting. Sederhana dan berbekas.
Selasa tanggal 9 Mei 2012 kembali sidang di Pengadilan Tata Usaha Negara terhadap gugatan terhadap Walikota Jambi digelar.
Sidang digelar setelah Pdt TOGU H. SITORUS dan KRISTOK DAMANIK merasa Surat Keputusan Walikota Jambi tanggal 14 Desember 2011 Nomor: 452.2/1231/kesra tentang Penghentian Kegiatan Pembangunan dan Aktivitas Gereja HKBP Syaloom di RT.12 Aur Duri bertentangan dengan PERATURAN BERSAMA MENTERI AGAMA DAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 9 TAHUN 2006 dan NOMOR : 8 TAHUN 2006. Didalam pasal 6 PERATURAN BERSAMA MENTERI AGAMA DAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 9 TAHUN 2006 dan NOMOR : 8 TAHUN 2006.
Agenda persidangan hari ini mendengarkan jawaban dari pihak tergugat. Sidangkali ini serasa istimewa, karena pihak H, Sitorus dan Kristok Damanik datang bersama dengan anggota jemaat HKBP yang pembangunan gerejanya dihentikan oleh Walikota Jambi. Kedatangan jemaat HKBP memberikan semangat dan inspirasi kepada tim Penasehat Hukum yang menghadiri persidangan.
Kedatangan jemaat HKBP menghadiri persidangan selain ingin mendengarkan jawaban dari Walikota terhadap gugatan yang telah disampaikan, kedatangan juga memberikan warna tersendiri persidangan PTUN. Sembari menunggu persidangan, kedatangan jemaat memberikan dukungan, semangat dan optimis kepada gugatan yang telah mereka sampaikan.
Mereka percaya kepada ”keadilan” Tuhan yang akan berbicara melalui tangan hakim, melalui mata hati hakim dan tentu saja melalui palu hakim yang akan memihak kepada kebenaran.
Namun pelajaran penting yang didapatkan justru ”sikap” teladan dan memberikan akal sehat (common sense) didalam melihat persoalan ini. Saya tersentak, ketika pernyataan yang disampaikan, sama sekali tidak pernah terpikirkan selama ini.
Saya tidak akan mengulasnya dari ranah konstitusi. Karena sudah tercantum tegas didalam rumusan UUD 1945. rumusan yang menjadi bahan yang mudah dimengerti namun sulit diimplementasikan. Biarlah itu menjadi materi gugatan didalam persidangan.
Tuhan kita Sama
Ya, Tuhan kita sama. Manusia karena keyakinan dan agama yang dipelajari kemudian menyebutkan nama Tuhan yang berbeda-beda. Keyakinan saya yang beragama Islam menyebutkan ”Allah”. Dalam berbagai budaya - kemudian sebagai bentuk tunduk - kemudian menyebutkan ”Gusti Allah”, ”
Dalam konsep agama Budha, misalnya, seorang Buddhis tidak menyebutkan nama Tuhannya. Dalam sebuah buku berjudul Be Buddhist Be Happy, misalnya, ditulis: "Seorang umat Buddha meyakini adanya Tuhan Yang Maha Esa yang dikenal dengan sebutan: "Atthi Ajatam Abhutam Akatam Asamkatam", yang artinya: Sesuatu yang tidak dilahirkan, tidak dijelmakan, tidak diciptakan, Yang Mutlak. Tuhan Yang Maha Esa di dalam agama Buddha adalah Anatman (Tanpa Aku), suatu yang tidak berpribadi, suatu yang tidak dapat digambarkan dalam bentuk apa pun. (Lihat, Jo Priastana, Be Buddhist Be Happy, (Jakarta: Yasodhara Puteri Jakarta, 2005).
Agama Hindu juga mempunyai konsep Tuhan sendiri. Alain Danielou, menulis dalam bukunya, Gods of India: Hindu Polytheism, (New York: Inner Traditions International, 1985): "Hinduism, or rather the "eternal religion" (sanata dharma), as it calls irself, recognizes for each age and each country a new form of revelation and for each man, according to his stage of development, a different path of realization, a different of worship, a different morality, different rituals, different gods." (hal. X).
Jadi, masing-masing agama memang memiliki konsep Tuhan dan juga nama Tuhan sendiri-sendiri. Karena melihat fenomena agama-agama semacam itu, kaum Pluralis agama, lalu dengan sederhana menyimpulkan, bahwa Tuhan memang punya banyak nama. Tuhan itu satu. Tetapi, cara memanggilnya tergantung persepsi dan tradisi masing-masing agama. Semuanya benar. Semua agama adalah jalan menuju kebenaran.
Iya. Betul. Makanya Tuhan menciptakan manusia dengan bentuk yang sama. Apabila Tuhan kita berbeda, tentu saja bentuk manusia berbeda-beda antara satu agama dengan yang lain. Bisa saja karena Tuhannya berbeda, maka letak telinga, letak hidung akan berbeda antara satu agama dengan agama lain.
Hm... Pelajaran penting. Sederhana dan berbekas.
(Sumber : http://musri-nauli.blogspot.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar