SEPI: Pasca penutupan Pucuk Senin (13/10) lalu, kini Pucuk
tampak sepi. Mereka masih bertahan karena tak kunjung dapat bantuan seperti
dijanjikan Pemkot Jambi untuk ongkos pulang kampung. EDWIN EKA PUTRA/HARIAN
JAMBI
Dikuatirkan Salah Sasaran
Pasca penutupan aktifitas Pekerja Seks Komersial (PSK) di
Lokalisasi Payosigadung yang terletak di RT 04 dan RT 05, Kelurahan Rawasari,
Kecamatan Kotabaru, Kota Jambi 13 Oktober lalu, kini ratusan PSK Payo Sigadung
masih bertahan karena belum mendapatkan biaya pemulangan mereka ke tempat asal.
R MANIHURUK, Jambi
Bahkan Pemerintah Kota (Pemkot) Jambi juga kewalahan untuk
menyalurkan bantuan kompensasi pemulangan para PSK karena dikwatirkan tidak
tepat sasaran. Pemulangan para PSK kini terkendala karena para PSK sebelumnya
ke Jambi dijanjikan oleh agen untuk bekerja di hotel atau salon. Namun pada
kenyataannya mereka dijadikan PSK.
“Pemberian biaya konpensasi pemulangan Rp 5 juta itu adalah
lewat rekening, bukan uang tunai. Pemulangan juga akan dikawal oleh petugas
hingga diserahkan ke Dinas Sosial asal mereka. Kalau sudah para PSK di tempat
asal, baru mereka bisa mencairkan dana tersebut,” kata Walikota Jambi, Syarif
Fasya kepada Harian Jambi, Kamis (6/11).
Syarif Fasya mengatakan, para PSK malu hendak diantar ke
tempat asal. Karena para PSK itu sebelumnya dijanjikan oleh agennya untuk kerja
di Rumah makan atau salon kecantikan.
“ PSK sudah banyak yang mendaftar untuk dipulangkan. Mereka
banyak yang mengambil dana tersebut, namun mereka ingin pulang sendiri. Namun
itu tidak kita perbolehkan. Takutnya saat sampai di pintu daerah mereka, duit
diambil di ATM dan balik lagi ke Jambi. Buku tangunan itu hanya bisa dicairkan
di kabupaten mereka,” katanya.
Disebutkan, PSK tersebut akan diantar oleh petugas dari
Jambi dan dijemput oleh Camat setempat para asal PSK tersebut. PSK tersebut
juga didata di dinas sosial asal mereka. Dinas Sosial setempat juga akan bisa
memantau keberadaan para PSK eks Pucuk tersebut.
“Jadi kita pastikan anggaran konpensasi pemulangan PSK eks
Pucuk tidak akan sia-sia,” kata Fasya.
Sementara Nursari, seorang eks PSK Payosigadung yang
terletak di RT 04 dan RT 05, Kelurahan Rawasari, Kecamatan Kotabaru, Kota Jambimenuturkan,
mereka kini hidup terkatung-katung.
Komitmen Pemerintah Kota Jambi dalam menutup lokalisasimasih
setengah-setengah atau lipsservice semata. Pasalnya, pasca deklarasi penutupan,
beberapa Eks PSK yang ditemui mengaku sedang menunggu jadwal pemulangan.
Nursari, eks PSK asal Indramayu di Wisma Eka mengatakan ia
tidak lagi menerima tamu sejak lokalisasi ditutup, mereka kini kelaparan.
Bahkan secara diam-diam mereka juga menerima tamu untuk menutupi kebutuhan
makan.
Hal senada juga diungkapkan eks PSK lain. Rianty asal Sumedang
mengatakan ingin segera pulang. Namun ia terkendala biaya untuk pulang karena
belum diberikan oleh Pemerintah Kota Jambi. Tapi jika menunggu pemulangan oleh Pemkot
Jambi, ia pun harus mengeluarkan banyak uang untuk bertahan hidup.
“Kami kini kesulitan biaya makan. Pakai garam juga tidak
masalah yang penting makan. Untuk menutupi kebutuhan, kami juga masih nekat
menerima tamu," ujarnya.
Ketua RT 05 Kelurahan Rawasari Sudadi Rahman mengatakan saat
ini sudah ada 27 eks PSK yang mendaftarkan diri padanya untuk pulang kampung.
Namun ketidakjelasan waktu pemulangan membuat eks PSK semakin susah. (lee)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar