Kamis, 20 Februari 2014

Bubur Ayam Mang Ojak Dengan Omzet Rp 5 Juta per Hari




BUBUR AYAM: Gerobak bubur ayam milik Mang Ojak. Saat ini, ia telah mengoperasikan 15 gerobak bubur ayam. Gerobak ini tersebar di berbagai sudut di Kota Jambi.FOTO-FOTO: RIRIN/HARIAN JAMBI
Dijual dengan menggunakan gerobak, bubur ayam Mang Ojak mampu meraih omzet yang besar. Tidak tanggung-tanggung, omzet yang dicapai pun mencapai Rp 5 juta per hari.

RIRIN, Jambi                                                     
Bubur ayam, makanan ini tidaklah asing bagi warga Jambi dan sekitranya. Maklum, makanan yang bahan dasarnya beras itu kerap menjadi pengganti nasi saat masyarakat menyantap sarapan atau makan malam. Karena bubur ayam ini sifatnya sama dengan makanan berat (nasi) tapi cara penyajiannya berbeda, sehingga penyajian bubur banyak disukai masyarakat.

Pada umumnya, setiap orang pasti mengenal bubur ayam. Bubur ayam adalah jenis masakan dari beras yang dimasak hingga begitu lunak.  Selain itu, bubur ayam juga merupakan menu favorit makan pagi bagi banyak orang. 

Bubur ayam biasanya disajikan dalam sebuah mangkuk di lengkapi dengan kuah kaldu, cakwe potong, suwiran daging ayam, emping atau krupuk, irisan daun seledri, daun bawang dan bawang goreng, dilengkapi dengan sambal.

Oleh karena itu, tidak heran jika bubur ayam merupakan salah satu jenis makanan yang cukup digemari di daerah Jambi. Kondisi ini mebuat bubur ayam dapat dimanfaatkan sebagai peluang usaha yang cukup menjanjikan.

Salah satu kuliner bubur ayam yang terkenal di Jambi adalah “Bubur Ayam Mang Ojak” ini. Keistimewaannya yang utama adalah kekentalan buburnya, Dalam membuat bubur, ia selektif memilih bahan baku. Bubur Ayam Mang Ojak ini cukup legendaris dan memiliki pelanggan setia.

Pria bernama lengkap Abdul Rozak ini lahir di Kuningan, 10 Juni 1968. Memulai usaha bubur ayam sejak tahun 2005. Namun sebelum merintis usaha bubur ayam, Mang Ojak (sapaan akrab) sudah mencoba berbagai usaha lain.

“Saya dulu sebelum ke Jambi, berjualan roti di Jakarta tapi berhenti terus saya pindah ke Jambi untuk mencoba usaha yang lain,” ungkapnya.

Sejak pindah ke Jambi itulah, Mang Ojak memulai usaha baru. Mulai dari berjualan es doger, tekwan, Q-tela dan bubur ayam. Mang Ojak berjualan es doger selama 12 tahun. Setelah itu beralih untuk berjualan tekwan dan Q-tela selama lima bulan. Namun setelah tidak ada perkembangan, barulah Mang Ojak tertarik untuk membuka usaha bubur ayam.

Ayam Dibubur?
BUBUR AYAM MANG OJAK
Awal mula Mang Ojak tertarik untuk membuka usaha bubur ayam karena pada waktu itu usaha yang dijalani Mang Ojak dirasakan belum ada peningkatan. Karena usaha sebelumnya tidak ada peningkatan, ketika jalan bersama keluarganya mencoba membeli bubur ayam di daerah kantor Walikota Jambi. Mulai dari situlah ia bersama dengan Ade Vera Wati (istrinya) mencoba untuk membuat bubur ayam.
”Ketika pertama kali jualan bubur ayam, itu di SD 47, alhamdulillah laku,” ujarnya.
Setelah itu, ia mencoba untuk berjualan bubur ayam dengan gerobak dorong. Setelah berjualan keliling, ternyata untuk masyarakat Jambi pada waktu itu belum terlalu mengenal bubur ayam. Bahkan dulu banyak masyarakat yang mengira bahwa makanan yang dijual oleh Mang Ojak adalah makanan langka. “Ayam kok dibubur,” ungkap Mang Ojak meniru ucapan salah satu orang.

Sejak saat itulah, Mang Ojak mulai gencar melakukan survei di berbagai daerah untuk melihat masyarakat mana yang mengenal bubur ayam. Setelah dilakukan survei, ternyata di daerah sekitar kantor Gubernuran setiap hari minggu itu rame, akhirnya Mang Ojak berniat untuk berjualan bubur ayam hanya di setiap minggu pagi.

“Mulai dari saya berjualan di kantor Gubernuran, itulah lama-lama banyak masyarakat mulai mengenal bubur ayam,” tuturnya.

Tetap Berjualan Es Doger
Setelah usaha bubur ayam Mang Ojak mulai dikenal, bersama dengan salah satu keluarganya Mang Ojak saling bekerja sama untuk berjualan. Salah satu keluarganya berjualan bubur ayam, sedangkan Mang Ojak tetap berjualan es doger.

Namun ternyata, penjualan bubur ayam sangat bagus. Setiap jam delapan pagi, persediaan bubur ayam semakin banyak  dan peminatnya pun meningkat. Tapi meskipun penjualan bubur ayamnya meningkat, ia belum berani untuk melepaskan jualan es doger. Karena ia khawatir kalau nanti usaha bubur ayamnya hanya sebentar.

“Kalau dulu, pagi jualan bubur ayam, siangnya jualan es doger,” paparnya.
Setelah itu, ternyata datang keluarga dari Jawa untuk ikut bekerja dengannya. Akhirnya ia pun setuju, hanya saja belum bisa memberi gaji. Tapi kalau ada keuntungan, dibagi bersama. Pada waktu itu Mang Ojak hanya memiliki dua orang karyawan.

Omzet per Hari
Mang Ojak
Karena banyaknya permintaan, satu tahun kemudian Mang Ojak menambahkan dua gerobak dan dua karyawan, bahkan sampai saat ini setiap tahun Mang Ojak selalu menambah dua orang karyawan dan dua gerobak untuk berjualan bubur ayam. Sekarang Mang Ojak sudah mempunyai 20 orang karyawan dan 15 gerobak dorong untuk berjualan bubur ayam. Omzet yang didapat pun tak tanggung-tanggung. Setiap harinya, ia mampu meraup untung Rp 5 juta per hari.

“15 orang untuk berjualan dan 5 orang untuk memasak bubur,” ujarnya.

Dalam hal ini, untuk proses pembuatan bubur ayam dimulai dari pukul 03.00 WIB dini hari. Untuk proses memasak bubur, ia percayakan dengan karyawannya. Tapi untuk proses pemberian cita rasa, masih diambil alih penuh oleh isterinya. Karena, Mang Ojak dan isterinya, selalu ingin memberikan cita rasa tinggi kepada bubur tersebut.

Setiap pembuatan bubur, Mang Ojak memasak sekitar dua karung beras, yang masing-masing karung berisi sekitar 25 kilogram. Beras yang dipakai pun bukan hanya berasal dari Jambi, tetapi ada juga yang langsung dipesan dari daerah Jawa.

Karena banyaknya peminat, sampai saat ini bubur ayam Mang Ojak cukup terkenal di Jambi. Bahkan hampir di setiap sudut di Kota Jambi bisa menemui bubur ayam Mang Ojak. Untuk saat ini bubur ayam Mang Ojak bisa ditemui di daerah Sungai Kambang (depan SD Al-Azhar), depan SD 47 Kota Jambi, Broni (samping kantor pos), Simpang Pulai, Rumah Sakit Umum, depan SMP 7 Kota Jambi, Telanai Pura (depan KUA), depan MMC Mayang, depan SD 64 Mayang, Simpang Asparagus, Simpang Kawat (depan SMP 11), Simpang Rimbo, Depan Rumah sakit Jiwa dan juga di depan kampus UNJA Mendalo.

Dengan adanya kegigihan dan kesabaran yang dimiliki Mang Ojak dalam berjualan, kini Mang Ojak bisa menikmati hasil keringatnya selama ini. Kalau dulu berjualan tidak ada untung, kini bisa menabung. Mang Ojak pun berharap, untuk ke depannya usaha bubur ayam miliknya tetap diminati oleh masyarakat Jambi. Bahkan Mang Ojak akan terus mengembangkan usaha ini.(*/poy)
*****


Resep Pembuatan Bubur Ayam
Cita rasa yang dihasilkan dari bubur dipengaruhi oleh jenis beras yang digunakan. Oleh sebab itu, dalam pembuatannya perlu menggunakan beras yang pulen untuk menghasilkan cita rasa bubur yang berkualitas. 

Selain itu, penggunaan daging ayamnya pun harus yang masih dalam keadaan segar. Jika bubur yang dibuat memiliki rasa yang enak, maka pelanggan pun akan semakin bertambah. Berikut kami sertakan resep membuat bubur ayam :

Bahan:
-          300 gram beras
-          3000 ml kaldu ayam dari rebusan 1 ekor ayam, diangkat ayamnya disuwir-suwir
-          5 siung bawang putih, dicincang halus
-          2 sendok teh garam

Pelengkap:
-          Ayam suwir
-          3 buah cakwe, diiris-iris
-           1 butir telur pitan, dipotong-potong
-          12 buah pangsit, dipotong kotak 1 cm, digoreng
-          1 tangkai seledri, diiris halus
-          1 tangkai daun bawang, diiris halus
-          3 sendok makan bawang goreng
-           
Bahan sambal (aduk rata):
-          5 buah cabai rawit, diiris-iris
-          3 sendok makan kecap asin

Cara membuat:
-          Rebus beras di dalam kaldu ayam bersama bawang putih sampai mendidih
-          Tambahkan garam dan merica. Masak sambil diaduk-aduk sampai matang dan kental, angkat
-          Sajikan bubur bersama suwiran ayam, cakwe, telur pitan, pangsit,  seledri, daun bawang, bawang goreng dan sambal.(rin/poy) (HARIAN JAMBI EDISI CETAK PAGI KAMIS 20 FEBRUARI 2014)

Tidak ada komentar: