Minta Harga Daging Sapi Tertinggi Rp 85 Ribu
Jambi , Bute Ekspres
Menteri Pertanian Republik Indonesia, H.Suswono meminta harga paling tinggi daging sapi lokal di Jambi dipatok Rp 85.000 per kilogram. Selama ini ada spekulan yang mencari keuntungan besar hingga menjual daging sapi hingga mencapai Rp 100.000 per kilogram. Padahal harga sapi dalam timbangan hidup hanya berkisar Rp 32.000 hingga Rp 35.000 per kilogram di pasar ternak.
Kalau kita lihat harga di pasar ternak, harga di angka Rp 32 ribu sampai Rp 35 ribu. Katakanlah ambil rata-rata Rp 32 ribu. Maka sebetulnya harga Rp 80 Ribu sampai Rp85 ribu harga itu masih masuk sekali di Jambi ini. Di sini ada yang mengambil keuntungannya agak tinggi, di pedagang ini kelihatannya. Jadi saya berharap, harga daging sapi bisa Rp 85 ribu karena harga sapi hidupnya tidak terlalu tinggi, masih cukup.
Hal itu dikatakan Menteri Pertanian Republik Indonesia, H.Suswono didampingi Gubernur Jambi, H.Hasan Basri Agus (HBA) melakukan inpeksi mendadak (sidak) ke pasar ternak di Kelurahan Rengas Condong, Kecamatan Muara Bulian, Kabupaten Batanghari dan lokasi peternakan sapi milik PTPN VI, di Desa Muhajirin, Kabupaten Muaro Jambi, Jumat (26/7/13).
Sidak tersebut berkaitan dengan upaya pemenuhan kebutuhan daging untuk masyarakat. Kebutuhan akan daging biasanya meningkat pada Bulan Ramadhan, apalagi menjelang dan saat Idul Fitri.
Guna mengupayakan pemenuhan kebutuhan daging bagi masyarakat, pemerintah melakukan berbagai upaya, upaya untuk membuat harga daging bisa dijangkau oleh masyarakat, artinya tidak terlalu mahal, dan upaya untuk memenuhi ketersediaan daging tersebut.
Di pasar ternak itu, sebagian besar ternak yang diperjualbelikan adalah sapi dan sebagian kecil lagi kerbau. Dalam peninjauan tersebut, Suswono berbincang-bincang langsung dengan para pedagang dan pembeli sapi dan kerbau di pasar ternak.
Suswono menjelaskan, dari peninjauan ini didapat bahwa harga sapi hidup masih normal antara Rp30 ribu sampai Rp35 ribu. “Sebetulnya, kalau saja bisa di angka normalnya, Rp32 ribu, maka harga daging di pasar mestinya bisa di angka Rp 80 ribu. Tadi, saya dengar dari Pak Gubernur, harga masih di angka Rp100 ribu, saya kira ini terlalu tinggi, ini masih terlalu tinggi dari konversi sapi hidup ke daging,” ungkap Suswono.
Suswono berharap adanya pengertian dari para pelaku usaha, khususnya setelah pemotongan dan penjualandaging di lapak-lapak di pasar penjualan daging. “Nampaknya, ini adayang mengambil keuntungannya terlalu tinggi. Saat ini, pemerintah mengupayakan penambahan sapi siap potong, Rp 25 ribu ekor untuk menurunkan harga ini,” ujar Suswono.
Kata Suswono, agar kekurangan kebutuhan daging sapi di Jambi bisa disuplai dari Lampung. “Kelihatannya, mengapa suplainya masih stabil, karena suplai dari Lampung (untuk Jambi) masih kurang. “Mudah-mudahan dengan adanya sapi siap potong, bisa menyuplai ke Jambi dan kita harapkan bisa turun (harga daging sapi),” harap Suswono.
Dikatakan, disediakannya alat timbang di pasar ternak ini menjadi sesuatu yang positif, sehingga tidak ada yang dirugikan karena ditimbang bobot hidup, tidak hanya sekedar taksir, sehingga ada kepastian berapa bobot hidup dan per kilonya berapa.
“Jadi, saya kira ini merupakan perdagangan yang fair, yang terjadi di pasar hewan ini, mudah-mudahan tetap bisa berlangsung,” ujarnya.
Ketika ditanya penilainnya tentang pasar ternak ini, Menteri Pertanian RI ini menyatakan, pasar ternak di Kabupaten Batanghari ini bagus. “Justru dari beberapa pasar ternak yang saya tinjau, ini relatif baik, artinya lokasi dan penataannya sudah cukup representatif,”katanya.
Suswono menambakan, Kementerian Pertanian RI memberikan bantuan senilai Rp4 miliar untuk perbaikan pasar ternak ini. “Pada dasarnya, ikta ingin supaya pasar ternak ini nyaman dipakai oleh para pelaku usaha dan tentu kita harapkan tadi, dengan penataan yang baik, lalu sistem perdagangan yang terbuka, semuanya menjadi sama-sama diuntungkan, tidak ada yang merasa dirugikan,” ujar Suswono.
Peninjauan Sapi PTPN VI
Usai meninjau pasar ternak, Suswono, HBA, dan rombongan meninjau sapi PTPN VI, di Desa Muhajirin Kabupaten Muaro Jambi. Dalam peninjauan sapi PTPN VI ini, pihak PTPN VI menjelaskan proses pemeliharaan sapi yang pakan utamanya pelepah kelapa sawit yang sudah dilebur menggunakan mesin penghancur pelepah kelapa sawit ini.
Suswono kepada wartawan mengatakan, dengan berbagai upaya yang dilakukan, harga daging sudah bisa diturunkan. “Di Jakarta sendiri sudah mulai turun, sudah mulai di angka Rp 90 (ribu)-an. Memang masih ada yang Rp 91 Ribu dan Rp 92 ribu, tapi trend-nya sudah mulai turun dengan kebijakan importasi siap potong menghadapi lebaran ini.
Menanggapi integrasi sawit–sapi yang dilakukan oleh PTPN VI, Suswono mengemukakan, “seperti yang terjadi di areal ini, ini kan areal integrasi sawit ternak, tetapi sistemnya di sini koloni, artinya tidak dilepas.
“Ada keuntungan sistem koloni sapi tidak dilepas, sapi relatif tidak banyak bergerak, jadi ada percepatan dalam penggemukan. Pelepah dan bungkil sawit adalah baku yang relatif sangat murah dan peningkatan produksinya bisa mencapai 1 Kg per hari untuk sapi ongol. Saya kira ini normal dan bagus,”jelas Suswono.
Disebutkan, dengan harga pakan yang relatif lebih murah, mestinya bisa ikut membantu operasi pasar dengan harga Rp32 ribu, ini sebenarnya masih sangat masuk di PTPN (VI) ini.
“Oleh karena itu, saya berharap ini bisa juga membantu menurunkan harga karena di Jambi ini masih tinggi, masih Rp100 ribu. Jadi, dengan adanya peternakan di sini, lalu kemudian nanti dari Lampung, sapi-sapi yang siap potong, mudah-mudahan nanti tidak lama lagi bisa diturunkan harga,” katanya.
“Kalau kita dilihat harga di pasar ternak, harga di angka Rp 32 ribu sampai Rp 35 ribu, katakanlah ambil rata-rata Rp 32 ribu. Maka sebetulnya harga Rp 80 Ribu sampai Rp85 ribu itu masih masuk sekali di Jambi ini. Di sini ada yang mengambil keuntungannya agak tinggi, di pedagang ini kelihatannya. Jadi saya berharap, harga daging sapi bisa Rp 85 ribu karena harga sapi hidupnya tidak terlalu tinggi, masih cukup,”katanya.
Suswono menyatakan, sapi siap potong didatangkan dari Australia sebanyak Rp 25 ribu ekor, yang tangal 29 Juli sampai akhir bulan akan masuk 13 ribu (ekor), sisanya akan menyusul.
Selain itu, Menteri Pertanian RI ini menuturkan, Bulog juga melakukan operasi pasar daging beku sebanyak 3 ribu ton yang diperkirakan cukup untuk Jakarta, apalagi sebelumnya sudah ada stok Rp 109 ribu ekor.
“Yang menjadi barometer adalah Jakarta dan sekitarnya. Kalau Jakarta dan sekitarnya, harga bisa normal autau turun seperti yang sebelumnya, seperti dua tahun yang lalu, dengan harga yang cukup normal, ini dampaknya ke daerah-daerah, pasti harga di daerah akan ikut turun, karena nanti suplai untuk ke daerah tidak terserap ke Jakarta, namun masih bisa untuk menyuplai daerah. Saya kira dari Lampung nanti tidak lagi ke Jawa, namun bisa untuk memenuhi daerah sekitarnya, khususnya di Jambi ini,” ungkap Suswono.
Turut hadir dalam peninjauan tersebut, Wakil Bupati Batanghari, Sinwan; Sekretaris Daerah Provinsi Jambi, Ir.H.Syahrasaddin,M.Si; Asisten II Sekda Provinsi Jambi, Ir.H.Havisz Husaini,MM; Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Jambi, Ir.H.Sepdinal,ME.
Kemudian Kepala Dinas Pertanian Provinsi Jambi, Ir.Amrin Azis; Kepala Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jambi, Hartono; Kepala Biro Humas dan Protokol Setda Provinsi Jambi, Rahmad Hidayat, S.Sos, M.Si; serta para pejabat terkait lainnya dari Pemerintah Provinsi Jambi dan Pemerintah Kabupaten Batanghari. srg
Tidak ada komentar:
Posting Komentar