Sebuah Rumah dibawah Jembatan Makalam Jambi terendam banjir. |
Ketinggian Debit Sungai Batanghari Status Awas
Jambi, Simantab
Curah hujan yang cukup tinggi di wilayah hulu Sungai
Batanghari menyebabkan debit sungai Batanghari terus mengalami kenaikan hingga
status awas. Ketinggian air di Stasiun Duga Air Automatik (AWLR) Sungai
Batanghari milik Dinas Permukiman dan Prasarana Wilayah (Kimpraswil) Provinsi
Jambi di Taman Tanggo Rajo, Kota Jambi, Selasa (4/12) pukul 15.00 wib,
ketinggian luapan Sungai Batanghari mencapai 12, 90 meter.
Ketinggian luapan sungai tersebut naik drastis dari ketinggian normal permukaan Sungai Batanghari antara 9-10 meter. Ketinggian luapan Sungai Batanghari tersebut terpaut sekitar 1,17 cm dari status Siaga I. Pada kondisi Siaga I, ketinggian permukaan atau luapan Sungai Batanghari sekitar 13,83 meter.
Ketinggian luapan sungai tersebut naik drastis dari ketinggian normal permukaan Sungai Batanghari antara 9-10 meter. Ketinggian luapan Sungai Batanghari tersebut terpaut sekitar 1,17 cm dari status Siaga I. Pada kondisi Siaga I, ketinggian permukaan atau luapan Sungai Batanghari sekitar 13,83 meter.
Saharudin, petugas pencatat ketinggian air (AWLR) di Tanggo Rajo, Selasa (4/12) mengatakan, Senin ketinggian air sudah mencapai 12,95 meter, padahal pada pagi harinya ketinggian air hanya 12,90.
“Beberapa hari sebelumnya kondisi air sempat surut,
hingga ke posisi 11,20 meter, namun belakangan air kembali naik. Dengan berkaca
pada pengalaman yang sudah-sudah, dia menilai, kondisi saat ini patut
diwaspadai,” kata Saharudin.
“Ini karena kenaikan air terus terjadi meski secara
perlahan. Dengan kondisi seperti ini biasanya menyebabkan banjir, karena air
terus mengalami kenaikan meskipun sedikit. Pengalaman saya, kalau air naiknya
secara drastis atau cepat, maka cepat pula surutnya, tapi saat ini naiknya perlahan
tapi terus. Ini patut diwaspadai karena bisa berpotensi terjadinya banjir,” ujarnya.
Sementara itu, guna mengantisipasi terjadinya banjir,
pemerintah Kecamatan Telanaipura telah menyiapkan sejumlah daerah evakuasi. Camat
Telanaipura, Syafrizal Badar, Selasa (4/12) mengatakan, untuk daerah Telanai, yang
rawan itu seperti Legok, Buluran, dan Teluk Kenali.
Disebutkan, adapun daerah evakuasi yang telah
disiapkan untuk daerah Legok adalah di salah satu madrasah yang ada di Legok,
kemudian Teluk Kenali di salah satu eks bangunan milik pemerintah, sedangkan
Penyengat Rendah di daerah Padang Lawas. Sedangkan untuk daerah Buluran, tempat
evakuasi yang disiapkan adalah lapangan bola Buluran.
“Tanggal 6 Desember kita juga akan melakukan latihan
evakuasi bersama BPBD Kota Jambi. Yang jelas kita berharap banjir tidak dating,”ujarnya.
Dampak dari ketinggian Sunai Batanghari, sejumlah
desa di Kecamatan Air Hitam, Kabupaten Sarolangun, terendam banjir. Penyebabnya
hujan turun beberapa hari terakhir dan Sungai Lebo yang melewati kecamatan ini
meluap.
Menurut Kapolsek Air Hitam, Iptu Banjir ini selain
merendam ratusan rumah, banjir juga menenggelamkan ratusan hektar lahan
perkebunan dan pertanian. “Kantor Polsek Air Hitam juga tergenang,”ujarnya.
Banjir juga menyebabkan akses jalan jalan di Kecamatan
Air Hitam menjadi terputus . Penyebabnya jembatan di Desa Jernih ambruk. Wilayah
yang terendam banjir meliputi Desa Semurung, Jernih, Lubuk Jering, Bukit Suban,
dan Mentawak.
Menurut Kapolsek Air Hitam Iptu Pujiarso, ketinggian
air di Desa Semurung mencapai 60 cm dengan jumlah rumah terendam 25 unit,
ketinggian air di Desa Jernih mencapai 50 cm dengan jumlah rumah terendam 100
termasuk kantor Polsek Air Hitam.
Ketinggian air di Desa Lubuk Jering mencapai 50 cm
dengan jumlah rumah terendam kurang lebih 70 rumah, di Desa Bukit Suban
ketinggian air mencapai 80 cm dan jumlah rumah terendam kurang lebih 150 unit
Desa-desa yang terendam banjir ini adalah desa yang
berada di sepanjang Sungai Lebo yang berulu Taman Nasional Bukit Dua Belas.
Berkurangnya hutan di daerah sekitar TNBD diperkirakan menyebabkan air hujan
tidak terserap dengan baik dan menyebabkan banjir.
Hampir seluruh wilayah Kecamatan Tanah Kampung, Kota
Sungai Penuh dilanda banjir, sejak
November lalu. Banjir disebabkan curah hujan yang tinggi membuat debit air
Sungai Bungkal meluap. Akibat banjir ini, 571 rumah di 13 desa tergenang air
dan lumpur. Juga dilaporkan 302 hektar padi siap panen tenggelam, 779 ekor ayam
dan 800 ekor itik hilang dan mati.
Bahkan satu bangunan Sekolah Dasar (SD) Negeri
028/11, Desa Tanjung, Kecamatan Hamparan Rawang, pun tidak luput terendam
banjir. Akibatnya ratusan siswa terpaksa diliburkan.
Kepala SD Negeri 028/11, Rapulis. mengaku sudah
berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan. Dari hasil koordinasi itu, diputuskan
untuk meliburkan kegiatan pembelajaran hingga air yang menggenangi lokal surut.
Hingga Selasa (4/12) ribuan warga enam desa, yakni
Desa Pungut Hilir, Pungut Tengah, Pungut Mudik, Kecamatan Air Hangat Timur, dan
Pasir Jaya, Lubuk Tabun, dan Sungai Kuning, Kecamatan Sulak Mukai, masih
terisolir.
Soalnya, sejak
amblasnya jalan yang menghubungkan kawasan itu dengan Desa Betung Kuning,
Kecamatan Sitinjau Laut, akibat banjir bandang, belum dilakukan perbaikan. (Rosenman Saragih)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar