Muarojambi, Batak Pos
Harga Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit di Jambi hingga kini belum stabil. Padahal pabrik kelapa sawit (PKS) sudah menaikkan harga Rp 800 hingga Rp 950 per kilogram (kg). Namun TBS di penampung masih berkisar Rp 500 hingga Rp 600 per kg. Akibatnya para petani sawit masih mengeluh soal harga tersebut.
Arman (32), seorang penampung (agen) TBS di Desa Sekernan, Kecamatan Sekernan, Kabupaten Muarojambi, Provinsi Jambi, Rabu (11/2) kepada Batak Pos mengatakan, dirinya belum berani beli mahal, karena biaya transportasi cukup besar dan harga pabrik juga masih belum kembali seperti harga sebelum krisis (Rp 1800 per kg).
Menurut Arman, setiap hari dirinya dapat mengumpulkan sedikitnya satu ton kelapa sawit sehari. TBS tersebut didapat dari petani yang ada di beberapa desa di Kecamatan Sekernan. Namun yang paling dominan kelapa sawit tersebut berasal dari tanaman di kebun masyarakat yang tidak terlalu luas.
“Sebelum krisis keuangan global, harga TBS sawit jika dijual ke pabrik mencapai Rp 2100 per kg. TBS yang berkualitas rendah masih dihargai Rp 1.200 hingga Rp 1.500 per kg. Namun harga tersebut pernah anjlok hingga ke level Rp 200 per kg. Ketika itu kami pun malas membeli buah sawit, karena harga jual di pabrik murah dan tidak dapat untung,”katanya.
Sementara itu, Podong, salah seorang petani Desa Sekernan saat menjual TBS sawit di tempat Arman mengatakan, dirinya berharap harga sawit dapat kembali normal seperti semula. Sebab saat ini para petani yang menggantungkan hidup dari hasil kebun dan buruh di kebun kelapa sawit merasa kesulitan.
“Sudah lima bulan harga TBS masih rendah. Ini menjadi beban berat bagi kita petani sawit. Selain harga pupuk mahal, harga kebutuhan pokok juga masih mahal. Padahal harga BBM sudah turun, namun tidak dirasakan petani sawit. Ini semakin menambah penderitaan petani. Kalau harga kembali naik seperti semula, mudah-mudahan kesulitan petani dapat teratasi,” kata Podong. ruk
Tidak ada komentar:
Posting Komentar