St Monang Saragih SH saat Berikan Kata Sambutan. Foto Asenk Lee Saragih. |
BERITASIMALUNGUN.COM, Bandung-“Saya tidak mau mati di rumah
kontrakan!”. Begitulah ungkapan St Adriani Heriaty Br Sinaga MH, istri dari St
Monang Saragih SH saat mengalami sakit awal tahun 2015 lalu. Ungkapan itu pula
sebagai kesaksian St Monang Saragih saat memberikan sambutan (mangampu
parsahapan) pada acara Pamongkotan (Peresmian) Rumah Keluarga St Monang
Saragih/ St Adriani Heriaty Br Sinaga di
Perum Alam Asri, Jalan Ciawitali Selatan, Cimahi Utara, Bandung, Jawa Barat,
Senin 17 Agustus 2015.
Kesaksian Monang Saragih tentang keberadaan rumah itu begitu
mengharukan. “Istri saya mengalami sakit, dan istri saya bilang kalau dia tak
mau meninggal di rumah kontrakan. Ungkapan itu membuat saya tersadar. Dan saya
ingin tidak berbuat dosa lagi buat istri dan anak-anak yang selama 32 tahun
menderita karena berpindah-pindah rumah kontrakan. Saya sadar, saya sudah
merusak pemikiran anak-anak dan istri karena abai terhadap kepemilikan rumah,”
ujarnya.
Monang Saragih juga bercerita kalau baginya rumah bukan hal
penting. Karena menurutnya, tinggal bisa di hotel dan mengontrak rumah. Tapi
hal itu sungguh bertentangan dari keinginan istri dan anak-anaknya yang hidup
selama 32 tahun dei rumah kontrakan secara berpindah-pindah. Namun rumah tersebut juga sebagai Hadiah Spesial buat St Adriani Heriaty Br Sinaga MH yang berulang tahun ke 54 ( 23 Agustus 1961- 23 Agustus 2015) pada 23 Agustus 2015.
“Saya tersadar, rumah memang penting sebagai istana keluarga
untuk berdoa, istirahat, tempat silaturahmi keluarga. Selama 32 tahun saya
menghadapi kemiskinan ini. Saya menangis karena terharu pada akhirnya bisa
memiliki rumah saat memiliki Pahompu (Cucu). Ini adalah doa dari keluarga semua.
Rumah ini sebagai rumah doa, rumah berkat dan rumah berkumpulnya keluarga.
Pahit getirnya hidup ini, sudah saya rasakan, kini Tuhan menjawab doa istri,
anak, pahompu dan keluarga bisa memiliki rumah secara permanen,” ujar Monang
Saragih sembari meneteskan air mata.
“Awalnya perjuangan mendirikan Radio Mora di 32 Provinsi itu
lebih penting daripada rumah. Namun hati saya terenyuh, disaat istri saya sakit
dan mengatakan dirinya tak mau meninggal di kontrakan, itu membuat saya
terpukul. Dan saya berjuang untuk membeli rumah,” ucapnya.
Menurut Monang Saragih, ketertarikan dirinya dan keluarga
rumah di Perum Alam Asri, Jalan Ciawitali Selatan, Cimahi Utara, Bandung, Jawa
Barat, karena letaknya strategis dan aksesnya terbuka. Awalnya rumah itu dibeli
satu unit, dan kemudian dibeli satu unit lagi sehingga dua rumah digandeng jadi
satu dengan arsitek aslinya (Cluster). Nilai rumah tersebut berkisar Rp 2,6
Miliar.
Dibelakang rumah tersebut dibangun sebuah pendopo lengkap
dengan kolam ikan sedalam 2 meter. Monang Saragih memang bercita-cita ingin
memiliki rumah yang bisa dibangun kolam ikan kecil. Hal itu terinspirasi dari
rumah orang tuanya St Efraim Moradim Manihuruk/ R Porman br Haloho di Desa
Hutaimbaru, Kecamatan Pamatang Silimakuta, Kabupaten Simalungun, Sumut. Kampungnya
pescis berada di pinggir Danau Toba.
Monang Saragih juga bercerita tentang pemaknaan Adat
Simalungun saat meresmikan rumahnya tersebut. Sehingga Protokol (Raja Parhata)
pada acara Pamongkotan (Peresmian) Rumah itu khusus diundang dari Raya (Op Purba
Dasuha) Penasehat Partua Maujana Simalungun (PMS) Kabupaten Simalungun.
“Songon namulak Tonduy kai bapa Moses dobkonsi iresmihon
Rumahta ai. Puji Tuhan, Doa kita dijawab oleh Tuhan. Ini berkat doa-doa
keluarga kita semua. Menabung kalian ya anakku, mumpung anak-anak kalian masih kecil-kecil.
Kalau sudah sekolah atau kuliah akan sulit memperoleh rumah sendiri. Walau
kecil yang penting rumah sendiri jangan ngontrak seperti Inang Tongah kalian
ini,” ujar St Adriani Heriaty Br Sinaga.
Prosesi Pamongkotan (Peresmian) Rumah berjalan dalam Adat
Simalungun. Prosesi adat berjalan dengan baik. Acara tersebut juga
didokumentasikan (Video) dan nantinya bisa sebagai panduan pada acara serupa di
Bandung.
Sebelumnya St Dr Bonarsius Saragih Manihuruk dalam
sambutannya mengatakan, perjuangan St Monang Saragih untuk memeiliki rumah
sudah dikabulkan oleh Tuhan. “Lebih baik tidur di rumah sendiri dari pada tidur
di rumah kontrakan. Kalau tidur di rumah sendiri sering bermimpi yang
indah-indah termasuk kisah di kampung halaman. Tapi kalau di rumah kontrakan,
sering bermimpi kapan kontrakan akan dibayar,” ujarnya sembari tertawa lepas.
“Semoga rumah ini menjadi rumah berkat dan rumah doa bagi
keluarga dan jemaat. Seluruh keluarga bersukacita dengan adanya rumah ini.
Khususnya keluarga besar dariu Hutaimbaru dan Medan,” ujarnya.
Sementara itu Kol (Purn) TNI AU St Drs WM Manihuruk MM pada
sambutannya menceritakan, kisah perjalanan dirinya dan saudaranya ke Bandung.
Pada tahun 1960-an dirinya merantau ke Bandung untuk kuliah di Universitas
Padjadjaran.
Setelah merintis di Bandung saudaranya mengikuti jejaknya
merantau ke Bandung yakni, St Berlin Manihuruk, Sudirman Manihuruk, Amin Sar
Manihuruk, Sahala Tua Saragih Manihuruk, Juliamin Manihuruk, Monang Saragih
Manihuruk, Tiurma br Manihuruk, Bonarsius Saragih Manihuruk, Rohniuli Br
Saragih Manihuruk.
“Puji Tuhan semua berhasil meraih sarjana. Bahkan dua
mendapat gelar Dokor yakni Binarsius dan Amin Sar Manihuruk. Sementara dua
saudara saya Berlin Manihuruk dan Sudirman Manihuruk kembali ke kampung halaman
Hutaimbaru. Namun Sudirman Manihuruk sudah meninggal beberepa tahun silam
karena sakit. Perjuangan kami memang sangat pahit untuk seperti sekarang ini.
Kami panginsolat (Pendatang) di Hutaimbaru. Bapak kami dulu tukang dan guru.
Jadi kami merantau ke Hutaimbaru. Kami adalah anak orang miskin yang berjuang
menimba ilmu di perantauan, khususnya di Bandung,” ujarnya.
“Perjuangan hidup Monang Saragih hingga bisa memperoleh
rumah pribadi patut disyukuri. Mendirikan usaha Radio Mora juga sebagai berkat
yang harus disyukuri. Kami bangga, adek kami Monang Saragih bisa sukses seperti
sekarang ini. Empat anak sudah kuliah dan sarjana. Dan juga sudah memiliki cucu
satu orang. Ini adalah berkat Tuhan Yang Maha Kuasa,” ujarnya.
Pada kesempatan itu, Keluarga Besar Manihuruk Hutaimbaru
menyerahkan bingkisan berupa ukiran 12 Murid Tuhan Yesus saat perjamuan kudus.
Kemudian dilanjutkan dengan sambutan dari anak-anak keluarga Besar Manihuruk
Hutaimbaru.
Indonesia Raya (Klik : Video Indonesia Raya)
Pada Pamongkotan (Peresmian) Rumah Keluarga St Monang
Saragih/ St Adriani Br Sinaga di Perum Alam Asri, Jalan Ciawitali Selatan, lagu
Indonesia Raya juga berkumandang. Lagu Indonesia Raya dikumandangkan,
bertepatan dengan HUT RI Ke 70 ( 17 Agustus 1945- 17 Agustus 2015).
Acara dimulai pukul 10.00 WIB dipandu oleh Pendeta GKPS
Resort Bandung, Pdt Jahenos Saragih STh dan Vikaris. Acara Ibadah di luar rumah
meliputi menyanyikan Haleluya No 160: 1-2, Penyerahan Kunci kepada Pendeta dan
Majelis dan Tondong (Haloho, Sinaga, Dasuha).
Usai pengguntingan pita dan pembukaan pintu oleh Pendeta dan
Tondong Haloho, dilanjutkan dengan acara Ibadah Lanjutan di dalam rumah. Ibadah
meliputi Votum, Persembahan Pujian Keluarga, Seksi Wanita GKPS Bandung, Seksi
Pemuda GKPS Bandung, Nyanyian Haleluya No 207: 3-4, Kotbah Pdt Jahenos Saragih
dari Nats Psalm 75: 2 “Ipuji hanami do ham, ale Naibata, ipuji hanami do Ham
anjaha sidilo goran-Mu do mambaritahon halonganan na binahen –Mu”.
Kemudian Nyanyian Haleluya No 459: 1 dan 3, Doa Syafaat,
Haleluya No 411: 1-2, Doa Penutup Berkat. Usai ibadah dilanjutkan dengan
prosesi Adat Simalungun yang telah dipandu Op Purba Dasuha dan St Kalam Saragih.
Prosesi Adat Simalungun mulai dari “manurduk” pemberian “Dayok Binatur”
(masakan khas Simalungun).
Acara tersebut dihadiri sekitar 400 undangan. Undangan juga
dihibur oleh Trio Batarade dan juga personil Ondoz Trio (Fujiderman Manihuruk).
Acara berjalan dengan baik dalam penuh sukacita dan kekeluargaan.
Suksesnya acara itu juga kekompakan Boru Manihuruk dalam
‘Marhobas”. Juga dukungan dari Keluarga Besar dari Ujung Silumbak, Tangga Batu,
Sigungung, Sirpang Sigodang (Saurtua Sipayung-CS) dalam membuat masakan Khas
Adat Simalungun. Selamat Memasuki Rumah Baru. Semoga Menjadi Rumah Doa dan
Rumah Pangalopan Gogoh. (Asenk Lee Saragih)
(Berita Lampau) Sekelumit Tentang Monang Saragih SH
Simalungun - Para perantau dari desa-desa pesisir Danau
Toba, Kabupaten Simalungun, hingga kini masih jarang yang peduli terhadap
kesulitan ekonomi masyarakat di kampung halaman mereka.
Perantau desa-desa pesisir Danau Toba tampaknya tidak miris
melihat kesengsaraan petani di kampung mereka, yang saat ini nyaris tidak
memiliki mata pencaharian, akibat punahnya bawang merah dan bawang putih sejak
tahun 2001.
Namun bagi Hamonangan Saragih SH, perantau asal Desa
Hutaimbaru, Kecamatan Silimakuta, Simalungun, yang sekarang tinggal di Kota
Kembang Bandung, kesulitan ekonomi petani di kampung halamannya itu membuatnya
sedih dan terbeban.
Betapa tidak sedih. Di tengah kesulitan ekonomi warga desa,
ternyata ada oknum-oknum yang memanfaatkan mereka melakukan tindakan kriminal.
Sejak tahun 2003 lalu misalnya, beberapa penduduk desa pesisir Danau Toba di
Simalungun, termasuk desanya sendiri, Hutaimbaru dan Nagori Purba terlibat
penanaman ganja. Bahkan, beberapa warga desa sempat diproses hingga ke
pengadilan akibat tindakan kriminal itu.
Hamonangan yang akrab dipanggil Monang Saragih kepada
kontributor indosiar.com di Desa Hutaimbaru baru-baru ini mengungkapkan, akibat
kesulitan ekonomi, para petani di desa-desa pesisir Danau Toba banyak yang
terjerumus menjadi petani ganja.
Para petani terjebak cengkeraman mafia ganja karena tanaman
bawang tidak tumbuh lagi di daerah itu. Kemudian, para petani menanam tomat
dengan biaya mahal. Tetapi, harganya sering anjlok. Sedangkan hasil tangkapan
ikan di Danau Toba tidak ada.
Akhirnya petani menanam ganja. Selain itu, warga desa yang
mau beribadah ke gereja juga semakin sedikit. Sedangkan sekolah di daerah itu
sudah tutup karena guru tidak betah tinggal di desa terpencil ini, ujarnya.
Melihat keputusasaan para petani itu, Monang Saragih yang
memiliki usaha radio pemancar Mora FM Bandung pun merasa prihatin. Ketika dia
kembali ke kampung halaman, Maret 2004 lalu, dia memberikan bantuan sekitar Rp
70 juta kepada warga Desa Hutaimbaru. Setiap keluarga miskin di kampung itu
mendapat bantuan modal Rp 1 juta. Modal tersebut dimaksudkan untuk menanam kopi
sigarar utang (pembayar hutang) yang bisa panen setahun.
Bantuan yang saya berikan itu sebenarnya hanya sekadar
membangkitkan semangat petani agar kembali bergairah bertani. Bantuan tersebut
dulu saya harapkan mendapat tambahan dari pemerintah setempat atau perantau.
Tetapi ternyata tidak, katanya.
Monang Saragih yang kini juga termasuk pengacara terkenal di
Bandung mengatakan, kurangnya dukungan perantau dan pemerintah terhadap
pemberdayaan ekonomi desa pesisir Danau Toba tersebut, membuat bantuannya itu
tidak berhasil.
Pada saat pulang kampung ketika ibu saya meninggal Minggu
(06/02/2005), ternyata bantuan yang saya berikan tidak berhasil. Bantuan tidak
dibuat untuk modal, tetapi dijadikan biaya rumah tangga. Ini karena kurangnya
pendampingan pemerintah desa terhadap warga desa dalam pemanfaatan modal usaha
dan penyuluhan pertanian, ujarnya.
Kendati bantuannya yang diberikan kepada warga kampung
halaman tidak berhasil, ternyata Monang Saragih yang lahir di Desa Haranggaol,
26 Juni 1957 ini tidak berhenti mengulurkan tangan membantu petani di desanya.
Monang Saragih masih berencana membantu petani di desanya bibit babi. Setiap
keluarga rencananya diberikan sepasang bibit babi untuk dikembangkan.
Kita harapkan bibit babi itu nanti akan dapat dikembangkan
warga desa untuk membangkitkan kembali usaha tani mereka. Dalam setahun, babi
yang mereka pelihara nanti sudah bisa dijual. Harga daging babi di daerah ini
sekarang cukup mahal, mencapai Rp 23.000/Kg, ujarnya.
Menghibur
Foto kenangan Bapatua Charles Simbolon bersama Trio Ambisi Manggung di Desa Hutaimbaru (Saat Ibunda St Monang Saragih SH Wafat) Februari 2005 lalu. |
Ternyata Monang Saragih tidak hanya memberikan bantuan materi
bagi orang kampungnya. Dia juga mau bersusah payah menghibur warga desanya.
Ketika dia pulang kampung ke Desa Hutaimbaru karena ibunya meninggal, dia
sengaja menghadirkan artis ibukota Trio Ambisi ke desa terpencil itu untuk
menghibur warga desa. Baca: (Mengenang Charles Simbolon)
Selain itu, artis Bandung pun turut serta dibawa seperti
Parna Trio dan Wildan Nasution, si pencipta lagu dangdut Hujan di Malam Minggu.
Kehadiran artis nasional dan Kota Kembang Bandung tidak diduga warga desa
tersebut. Karena itu, mereka terperangah melihat artis datang ke kampung mereka
yang terpencil.
Para artis tersebut yang manggung hingga subuh pun
benar-benar mampu menghibur warga desa yang sedang berduka akibat meninggalnya
seorang tokoh masyarakat desa itu yang juga ibunda Monang Saragih.
Menyaksikan penampilan Trio Ambisi, Parna Trio dan Wildan
Nasution yang cukup memikat dan mampu mengobati duka orang kampung, membuat
ratusan warga desa langsung mengelu-elukan Monang Saragih yang mereka nilai
sangat peduli terhadap penderitaan warga miskin di kampung halamannya.
Menurut Monang Saragih, dia bersusah payah mendatangkan Trio
Ambisi, Parna Trio dan Wilda Nasution ke kampung halamannya atas permintaan
almarhum ibunya semasa hidup. Permintaan itu tercetus dari ibunda Monang
Saragih karena melihat kedekatan Monang Saragih dengan Trio Ambisi dan Parna
Trio selama ini. Hal itu sudah pernah disampaikan Monang kepada Trio Ambisi.
Karena itu ketika Monang memberitahukan ibunya meninggal
kepada Trio Ambisi di Jakarta, mereka langsung siap berangkat ke Desa
Hutaimbaru tanpa minta bayaran. Ketika itu, Trio Ambisi sedang rekaman untuk
album terbaru mereka. Hal yang sama juga dilakukan Parna Trio dan Wildan
Nasution di Bandung.
Ya, upaya kita mendatangkan kawan-kawan artis Ibukota ke
desa ini hanya untuk menghibur orang kampung. Hal itu saya lakukan sebagai
ucapan terima kasih saya kepada warga kampung. Merekalah yang selama ini
mendampingi ibunda saya yang sudah menjanda sejak tahun 1975. Kami anak-anaknya
sebagian besar merantau. Hanya seorang yang tinggal di kampung ini, katanya. (RS
Manihuruk)
Nama : Monang
Saragih.S.H.
Acara Radio Mora : Saksi,Maragam-ragam,kasasi.
Position : Direktur
email :
monangsaragih@radiomora.com
facebook : Monang Saragih
RIWAYAT HIDUP SINGKAT
Nama Lengkap :
Hamonangan Saragih Manihuruk,SH
Nama Kecil :
Monang Saragih,SH.
Tempat Lahir :
Haranggaol, 26 Juni 1957
Agama :
Kristen Protestan
Alamat Rumah : Perum
Alam Asri, Jalan Ciawitali Selatan, Cimahi Utara, Bandung, Jawa Barat
Alamat Kantor :
Surapti Coor Bandung
PENDIDIKAN
-Tamatan SD Negeri Hutaimbaru, tahun 1996 Berijazah
-Tamatan SMP Negeri IV P. Siantar, tahun 1972 Berijazah
-Tamatan SMA Kristen LPSK Bandung, Tahun 1975 Berijazah
-Tamatan Universitas Padjajaran Bandung, Tahun 1987-(Sampai Tingkat
Sarjana)
PENGALAMAN BEKERJA
1. Tahun 1970-1974,
sebagai Tukang Keranjang Rotan Industri Rumah di P. Siantar,
2. Tahun 1974-1976,
sebagai Tukang Foto keliling di Bandung,
3. Tahun 1976-1978,
sebagai Penarik Beca, Penjual Susu Mumi BMC, Knek Angkot, Supir Angkot di Bandung,
4. Tahun 1978-1979
di PT. Asuransi Jiwa Pura Nusantara Cabang Bandung, sebagai karyawan Penagih
Premi,
5. Tahun 1979-1981
di PT. Radio Famor sebagai Pesuruh & Operator, tahun 198 1-1983 di PT.
Radio Columbia, sebagai Penyiar dan Bagian Umum, tahun 1983-1985 di PT. Radio
Adhika Swara, sebagai Penyiar & Kepala Studio, 1985 di PT. Radio
Continental, sebagai Bagian Ikian, tahun 1985-1987 di PT. Radio Estrelita
sebagai Direktur,
6. Dan tahun
1987-1988 di Bilfinger J.O. Toll Highway Padaleunyi, sebagai Pengemudi,
7. Dan tahun
1988-1990 di STHB, sebagai Tenaga EdukatifTetap,
8. Dan tahun
1990-1993 di Radio Suara Balenda, Radio Pemda Kab. Bandung, sebagai Direktur,
Tahun 1993 di PT. Radio Dwi Karya sebagai Direktur,
9. Dan tahun
1993-1995 di Monang Saragih, S.H. & Partners Jakarta, sebagai Konsultan
Hukum,
10. Dari tahun
1995-1997 di GM Associates Legal Consultant sebagai Direktur, dan di Koperasi
Jasa Hukum Bandung ( KOPJASKUM Bandung), sebagai Pendiri dan
Ketua,
11. Dan Tahun
1997-sekarang di kantor Pengacara Monang Saragih,S.H. & Rekan sebagai
Pimpinan, dan di Koperasi Jasa Hukum Jawa Barat ( KOPJASKUM Jabar), sebagai Ketua,
12. Dan Desember
1999-sekarang di Radio MORA Jabar FM Bandung, Radio Mora Sumut FM, Radio Mora
Kalbar, Radio Mora Riau, Radio Mora Banten, sebagai Pendiri, Pemilik & Pengelola.
DATA KELUARGA
1. Nama Bapak St. Moradim Efraim. Saragih Manihuruk
(Almarhum)
2. Nama Ibu : R Porman. Br Halolo (Almarhumah)
3. Anak ke-9 dan 12
orang bersaudara, 4 orang saudara Wanita, 7 orang saudara Pria.
4. Kawin dengan
Adriani Heriati br Sinaga, S.H., pada tanggal 15 Juli 1983
5. Mempunyai 4
orang anak, terdiri dan 3 orang Pria, dan I orang Wanita masing-masing bemama:
1. Ferdinan Moratama Saragih, 2. Rezeki Hotdo Gamaliel Saragih, 3. Trivan
Andreas Saragih, 4. Attalya Saragih
KETERANGAN LAIN
1. Aktif di Gereja
Kristen Protestan Simalungun, sebagai Pengurus/Majelis Jemaat (2013-2015
Perutusan Sinode Bolon GKPS Resort Bandung).
2. Aktif di Resimen
Mahasiswa Batalyon II (Mahawarman) Universitas Padjadjaran Bandung.
3. Aktif di
berbagai kegiatan extra kulikuler dan kegiatan kemasyarakatan.
4. Aktif mengikuti
seminar-seminar, antara lain Aspek Hukum, Pembajakan Kaset, dan Hak Cipta Musik
Indonesia, Seminar Perikianan, Seminar Pasar Modal, Seminar Perpajakan
Nasional.
5. Aktif mengikuti
kursus-kursus antara lain, Kursus Guru Militer, Kursus Kader Pimpinan
(SUSKAPIN) Wankamra!Menwa. Angkatan XI Pusadnas Hankam Jakarta, Pendidikan Pers
& Jurnalistik Radio Nasional — 1PM! Cabang Bandung.
6. Aktif di Dewan
Pimpinan Cabang Ikatan Advokat Bandung (DPC Ikadin Bandung), sebagai Anggota,
pemah sbg Koord. Bidang Pengkajian dan Pengembangan Hukum.
7. Aktif di Dewan
Pimpinan Daerah Assosiasi Radio Siaran Swasta Indonesia Jawa Barat (DPD ARSSI
Jabar) sebagai Ketua.
8. Pada tahun 1999
menerima penghargaan “Citra Indonesian Award” dalam prestasi dedikasi bidang Penegakan
Hukum Indonesia.
9. Pada tahun 1999
menerima penghargaan “Indonesian Development Award” dalani prestasi dan
dedikasi bidang membina dunia usaha di Indonesia.
10. Sebagai Nara
Sumber diberbagai Seminar & Panel Diskusi Nasional, Nara Sumber Mata Kuliah
Sosiologi Komunikasi di Institut Teknologi Bandung, Penceramah tetap tentang
Enterpreuneur & Costumer Voice pada Dikiat PT. Telkom, serta Nara Sumber
masalah Penyiaran dan Masalah Hukum di berbagai Media Massa a.l : TVRI Bandung/Jakarta,
INDOSIAR, ANTEVE, SCTV, LATIVI, METRO
TV, H.U. Pikiran Rakyat, H.U. Galamedia, H.U. Suara Pembaharuan,
H.U. Sinar Harapan, H.U. Metro Bandung, RRI Pro 2, El Sintha, dll.
11. Pemah menjadi
anggota/Pengurus (Bid. Hukum) PAN Jabar.
12. Sejak tanggal
12 Desember 2003 menjadi anggota PNBK Bandung dan menjadi Caleg DPR RI, Derah
Pemilihan Jabar I No. Urut: 1.
13. Ketua Gerakan Sejuta Amor (2015).
Rumah Kel St Monang Saragih SH / St Adriani Heriaty Br Sinaga di Perum Alam Asri Jalan Ciawitali Selatan, Cimahi Utara Bandung, Senin 17 Agustus 2015. Foto2: Asenk Lee Saragih |
St Fujidearman Manihuruk.
|
St Monang Saragih SH / St Adriani Heriaty Br Sinaga |
PENDOPO DIBELAKNG RUMAH
|
Ginopparni St Efraim Moradim Manihuruk/ R Porman Br Haloho.
|
Kak Tiurma dan Rohniuli Br Saragih Manihuruk.
|
St Dr Bonarsius Saragih Manihuruk MH/br Simanjuntak
|
St Drs Kol (Purn) TNI AU WM Manihuruk MM
|
Hadiah dari Keluarga Besar Ginopparni St Efraim Moradim
Manihuruk/ R Porman Br Haloho.
|
St Radesman Saragih, St Fujidearman Saragih Manihuruk, Sy
Rosenman Manihuruk saat berikan sambutan mewakili anak (Pohompu St Efraim
Moradim Manihuruk/ R Porman Br Haloho)
|
St Radesman Saragih, St Fujidearman Saragih Manihuruk, Sy
Rosenman Manihuruk saat berikan sambutan mewakili anak (Pohompu St Efraim
Moradim Manihuruk/ R Porman Br Haloho)
|
St Monang Saragih SH / St Adriani Heriaty Br Sinaga |
St Monang Saragih SH |
St Monang Saragih SH |
Rumah Kel St Monang Saragih SH / St Adriani Heriaty Br Sinaga di Perum Alam Asri Jalan Ciawitali Selatan, Cimahi Utara Bandung, Senin 17 Agustus 2015. Foto2: Asenk Lee Saragih |
1 komentar:
Ada berita terbaru gak tentang Monang saragih, kabarnya terjerat hukum kasus investastasi bodong di bandung?
Posting Komentar