Jambi, BATAKPOS
Untuk kalinya pertama orangutan sumatera (Pongo abelii) berhasil dipasang transmiter dengan cara implantasi. Tim dokter hewan Perth Zoo bersama Frankfurt Zoological Society (FZS) melakukan operasi implan transmiter ini pada enam ekor orangutan sumatera di Stasiun Reintroduksi Sungai Pengian, Sumay, Kabupaten Tebo.
Manajer Stasiun Reintroduksi Orangutan Sumatera FZS, Julius Paolo Siregar, Jumat (8/10) kepada BATAKPOS menyatakan kegiatan ini merupakan langkah maju yang sangat penting bagi kegiatan reintroduksi orangutan sumatera. Orangutan yang dipasang transmiter akan memberikan data distribusi di ekosistem Bukit Tigapuluh yang menjadi areal pelepasannya.
“Dengan dipasang transmiter maka akan mempermudah pengamatan dan pengawasan orangutan. Apakah orangutan yang dilepasliarkan mampu bertahan hidup di alam atau tidak. Juga akan diketahui pula daerah jelajah setiap orangutan yang dilepasliarkan,” ujar Julius.
Implan : drh Simone Diane Vitali dari Perth Zoo saat melakukan implan Transmiter Orangutan Sumatera, di lokasi Stasiun Reintroduksi Orangutan Sumatera FZS di Sungai Pengian, Desa Suo-Suo, Kecamatan Sumay, Tebo, Jambi. Foto batakpos/rosenman manihuruk
Keenam orangutan merupakan hasil sitaan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumatera Utara yang berusia 6-14 tahun. Orangutan itu kemudian menjalani program rehabiltasi di Jambi untuk mengembalikan kemampuan hidup di alam liar.
Kepingan transmiter dengan diameter sekitar 3 cm dan tebal 1 cm ini ditanam di tengkuk orangutan. Transmiter ini secara otomatis aktif pada pukul 07.00 hingga 15.00 setiap harinya dan baterainya mampu bertahan hingga dua tahun.
drh Simone Diane Vitali dari Perth Zoo menyatakan sinyal yang dikeluarkan oleh transmiter tidak akan mengganggu perilaku orangutan. Semakin besar ukuran orangutan maka operasi implan akan semakin mudah.
“Menjadi pengalaman besar bagi saya karena berkesempatan melakukan operasi pada satwa dilindungi keberadaannya sudah sangat langka di dunia,” ujar drh Simone. Operasi implantasi keenam orangutan seluruhnya berjalan sesuai rencana dan saat ini masih dalam tahap pengamatan atas luka bekas jahitan.
Primate Section Supervisor, Exotic Mammal Perth Zoo Clare Olivia Campbell menambahkan teknologi ini sangat menguntungkan dan dapat menjadi tolok ukur kesukesesan program konservasi karena memberikan informasi atas habitat orangutan sumatera.
“Implan transmiter ini bisa diterapkan pada primata lain seperti jenis gibbon. Teknologi akan terus berkembang sehingga mungkin saja akan diciptakan transmiter baru yang berukuran lebih kecil sehingga memungkinkan untuk dipasang pada primata dengan ukuran yang lebih kecil pula,” ujar Clare.
Saat ini keenam orangutan tersebut masuk dalam tahap penyembuhan luka bekas jahitan. Setelah dinyatakan tidak ada permasalahan maka orangutan tersebut akan dilepasliarkan di sejumlah titik di kawasan ekosistem Bukit Tigapuluh menunggu musim buah tiba.
FZS bekerjasama dengan Kementrian Kehutanan, Yayasan Ekosistem Lestari (YEL) dan Pan Eco menjalankan program reintroduksi orangutan sumatera di kawasan penyangga Taman Nasional Bukit Tigapuluh. Sejak 2002, FZS telah merehabilitasi 136 ekor orangutan dan 119 ekor diantaranya telah kembali ke alam bebas. ruk
Tidak ada komentar:
Posting Komentar