Jambi, Simantab
Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) kini kayunya dijarah oleh oknum tak bertanggung jawab untuk mencukupi kayu untuk membangun 14 bedah rumah di Desa Danau Tinggi, Kecamatan Gunung Kerinci, yang merupakan program pemerintah Kabupaten Kerinci.
Kepala Seksi Wilayah I TNKS, Agusman kepada wartawan di Kerinci, Jumat (25/1/13) mengatakan, menurut pantaun di Desa Danau Tinggi, Kecamatan Gunung Kerinci, ditemukan puluhan kubik kayu terletak di samping rumah warga yang dibedah. Kayu batangan dan papan berjenis medang dan marantih itu telah diolah dengan gergaji mesin.
Disebutkan, kayu itu untuk membangun rumah, yang diambil dari hutan di kawasan desa sini. Kayu diberikan pihak kecamatan untuk bangun program bedah rumah (bedrum) Pemkab Kerinci.
Dikatakan, seorang tukang bangunan yang mengerjakan bedrum di Desa Danau Tinggi, juga mengaku kayu yang digunakan untuk bedrum diambil dari hutan Desa Danau Tinggi.
“Masalah kayu itu urusan kecamatan, bekerjasama dengan warga di sini. Warga mengambil di hutan dan dibeli orang kecamatan,”kata seorang tukang seperti dikutip Agusman.
Camat Gunung Kerinci, Effendi, menolak memberikan konfirmasi terkait dengan temuan kayu asal TNKS tersebut. Menurut Agusman, Desa Danau Tinggi memang berada di luar kawasan TNKS, hanya saja perbatasan desa dengan TNKS sangat dekat.
Program yang dicanangkan Pemprov Jambi, satu miliar satu kecamatan (samisake) ternyata tidak berjalan maksimal di Kabupaten Kerinci. Di Kecamatan Gunung Kerinci, diduga dana untuk program bedah rumah tidak sepenuhnya diterima masyarakat.
Seperti yang terjadi di Desa Danau Tinggi, diduga kuat dana untuk membedah 14 rumah di desa ini tidak diterima pemilik rumah sebagaimana mestinya.
Seharusnya, setiap warga yang mendapatkan bantuan Rp 10 juta untuk pembelian perlengkapan pembangunanan rumah. Namun, informasi yang didapat Tribun di lapangan, alat bangunan yang diberikan itu nilainya hanya mencapai Rp 6 juta rupiah.
Di Dusun Bukit Buntak, Desa Danau Tinggi, warga penerima bantuan bedah rumah hanya mendapat 2 kubik kayu, 3 kodi seng, 1 tabung cat 25 kg dan 3 buah kuas. Bantuan ini diberikan petugas kecamatan.
“Harga seng diperkirakan Rp 1 juta, bahan bangunan diperkirakan Rp 2 juta. Jika dihitung dengan paku dan transportasi dari kecamatan sebesar Rp 1 juta, ditambah harga harga kayu 2 juta, sehingga jumlah semuanya hanya Rp 6 juta,”ujar seorang tukang bangunan di Desa Danau Tinggi.
Menurutnya, untuk biaya upah pembuatan bedrum dari pihak kecamatan dipatok Rp 1 juta untuk satu rumah. “Upah Rp 1 juta itu dipotong Rp200 ribu untuk kepala tukang dari kecamatan, dan dipotong lagi Rp 200 ribu biaya administrasi. Berarti kami menerima Rp 600 ribu untuk satu rumah,”ujar tukag itu.
Kepala Desa Danau Tinggi, Firman, mengaku tidak mengetahui berapa harga yang diberikan kepada penerima bedrum di desanya. Ia mengaku hanya mendapat laporan dari kecamatan mengenai barang yang sudah disalurkan.
“Setiap warga mendapat jatah Rp 10 juta. Kalau jumlah yang diberikan saya tidak mengetahuinya, karena yang mengerjakannya pihak kecamatan. Tugas kami hanya mendata nama warga yang mendapat bantuan bedrum,”katanya. (rosenman saragih)
Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) kini kayunya dijarah oleh oknum tak bertanggung jawab untuk mencukupi kayu untuk membangun 14 bedah rumah di Desa Danau Tinggi, Kecamatan Gunung Kerinci, yang merupakan program pemerintah Kabupaten Kerinci.
Kepala Seksi Wilayah I TNKS, Agusman kepada wartawan di Kerinci, Jumat (25/1/13) mengatakan, menurut pantaun di Desa Danau Tinggi, Kecamatan Gunung Kerinci, ditemukan puluhan kubik kayu terletak di samping rumah warga yang dibedah. Kayu batangan dan papan berjenis medang dan marantih itu telah diolah dengan gergaji mesin.
Disebutkan, kayu itu untuk membangun rumah, yang diambil dari hutan di kawasan desa sini. Kayu diberikan pihak kecamatan untuk bangun program bedah rumah (bedrum) Pemkab Kerinci.
Dikatakan, seorang tukang bangunan yang mengerjakan bedrum di Desa Danau Tinggi, juga mengaku kayu yang digunakan untuk bedrum diambil dari hutan Desa Danau Tinggi.
“Masalah kayu itu urusan kecamatan, bekerjasama dengan warga di sini. Warga mengambil di hutan dan dibeli orang kecamatan,”kata seorang tukang seperti dikutip Agusman.
Camat Gunung Kerinci, Effendi, menolak memberikan konfirmasi terkait dengan temuan kayu asal TNKS tersebut. Menurut Agusman, Desa Danau Tinggi memang berada di luar kawasan TNKS, hanya saja perbatasan desa dengan TNKS sangat dekat.
Program yang dicanangkan Pemprov Jambi, satu miliar satu kecamatan (samisake) ternyata tidak berjalan maksimal di Kabupaten Kerinci. Di Kecamatan Gunung Kerinci, diduga dana untuk program bedah rumah tidak sepenuhnya diterima masyarakat.
Seperti yang terjadi di Desa Danau Tinggi, diduga kuat dana untuk membedah 14 rumah di desa ini tidak diterima pemilik rumah sebagaimana mestinya.
Seharusnya, setiap warga yang mendapatkan bantuan Rp 10 juta untuk pembelian perlengkapan pembangunanan rumah. Namun, informasi yang didapat Tribun di lapangan, alat bangunan yang diberikan itu nilainya hanya mencapai Rp 6 juta rupiah.
Di Dusun Bukit Buntak, Desa Danau Tinggi, warga penerima bantuan bedah rumah hanya mendapat 2 kubik kayu, 3 kodi seng, 1 tabung cat 25 kg dan 3 buah kuas. Bantuan ini diberikan petugas kecamatan.
“Harga seng diperkirakan Rp 1 juta, bahan bangunan diperkirakan Rp 2 juta. Jika dihitung dengan paku dan transportasi dari kecamatan sebesar Rp 1 juta, ditambah harga harga kayu 2 juta, sehingga jumlah semuanya hanya Rp 6 juta,”ujar seorang tukang bangunan di Desa Danau Tinggi.
Menurutnya, untuk biaya upah pembuatan bedrum dari pihak kecamatan dipatok Rp 1 juta untuk satu rumah. “Upah Rp 1 juta itu dipotong Rp200 ribu untuk kepala tukang dari kecamatan, dan dipotong lagi Rp 200 ribu biaya administrasi. Berarti kami menerima Rp 600 ribu untuk satu rumah,”ujar tukag itu.
Kepala Desa Danau Tinggi, Firman, mengaku tidak mengetahui berapa harga yang diberikan kepada penerima bedrum di desanya. Ia mengaku hanya mendapat laporan dari kecamatan mengenai barang yang sudah disalurkan.
“Setiap warga mendapat jatah Rp 10 juta. Kalau jumlah yang diberikan saya tidak mengetahuinya, karena yang mengerjakannya pihak kecamatan. Tugas kami hanya mendata nama warga yang mendapat bantuan bedrum,”katanya. (rosenman saragih)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar