Jambi, BATAKPOS
Gubernur Jambi H. Hasan Basri Agus menyerukan PNS wanita untuk tidak mengenakan Tengkuluk yang sebelumnya diwajibkan. Namun kini gantinya PNS perempuan memakai tutup kepala dengan baju muslimah bahan dasar batik Jambi. Dipakai setiap Jumat ke –empat saat dilaksanakan pengajian bersama di SKPD masing-masing.
Pemakaian tengkuluk dan seragam kerja baju Melayu Jambi dimulai awal tahun 2010 lalu dengan keluarnya surat Keputusan Gubernur Jambi No.7/Kep.Gub/ORG/2010 tanggal 15 Januari 2010 tentang pakaian dinas, batik, dan pakaian khas Melayu Jambi di lingkungan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Provinsi Jambi.
Dalam surat tersebut dijelaskan pegawai pria memakai baju Teluk Belango lengkap dengan peci hitam dan kain sarung, sedangkan wanitanya memakai baju kurung dengan bawahan kain batik Jambi, lengkap dengan aksesorisnya, termasuk tengkuluk (penutup kepala).
Dalam SK Gubernur ini seragam PNS di lingkungan Pemprov Jambi ditentukan pada Senin memakai seragam Linmas lengkap dengan atribut yang telah ditetapkan, Selasa seragam Pemda lengkap dengan atribut, Rabu pakaian khas Melayu Jambi dengan aksesoris khas daerah Jambi, Kamis baju batik khas Jambi dengan bawahan warna gelap, dan Jumat seragam olahraga.
Menurut Ratu Munawaroh, yang menggagas ide pemakaian pakaian khas Melayu Jambi ini sebagai upaya memasyarakatkan budaya Melayu Jambi. Saking seriusnya Ratu menerbitkan buku Tengkuluk Jambi yang kini telah beredar di pasaran.
Berbagai upaya dilakukan Ratu melalui Dekranasda Provinsi Jambi, salah satunya dengan menggelar peragaan dan pameran, baik di daerah, di Jakarta bahkan di Amerika Serikat, termasuk di gedung PBB di New York pada September 2009.
Tengkuluk adalah tutup kepala, yang juga sering disebut takuluk atau kuluk yang terdiri dari 42 jenis, namun sesungguhnya masih banyak lagi, ada yang berpendapat Tengkuluk Jambi ini ada 60 jenis dan bahkan ada yang menyebutkan sampai 80 jenis.
Gubernur Jambi, HBA mengganti kebijaksanaan. Salah satunya, pemakaian penutup kepala berupa tengkuluk. Walaupun demikian, ide yang pernah digelontorkan Ratu Munawaroh itu, dipandang banyak PNS kurang efektif. Apalagi yang sudah pakai jilbab, harus pakai tengkuluk lagi.
Staf Humas Provinsi Jambi, Retno mengatakan, adanya tengkuluk ini sangat menyiksa sekali. Menurut Retno, gubernur baru tahu betul aspirasi agar tidak lagi memakai tengkuluk dan sarung. “Rasanya sangat risih dan repot, apalagi harus memakai sarung. Ide tanpa tengkuluk ini banyak didukung para PNS,”katanya. ruk
Tidak ada komentar:
Posting Komentar