BI Catat Pertumbuhan Ekonomi
Jambi
Perekonomian Jambi pada triwulan
I-2014 tumbuh sebesar 8,37% (yoy), meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan
pada triwulan sebelumnya sebesar 6,93% (yoy). Serta lebih tinggi dari
pertumbuhan ekonomi nasional 5,21% (yoy). Namun secara triwulanan,
perekonomian Jambi pada triwulan I-2014 tumbuh melambat dibandingkan triwulan
sebelumnya dari 1,94% (qtq) menjadi 0,46% (qtq) (lihat Grafik 1. dan 2).
R MANIHURUK, Jambi
Ditinjau dari sisi pengeluaran,
pertumbuhan ekonomi tahunan Provinsi Jambi utamanya didorong oleh meningkatnya
ekspor dan konsumsi lembaga swasta nirlaba masing-masing sebesar 28,86% (yoy)
dan 22,51% (yoy).
Menurut Kepala
Kantor Perwakilan BI Provinsi Jambi, Vielloeshant Carlusa melalui Kepala
Unit Komunikasi dan Koordinasi Kebijakan Kantor Perwakilan Bank Indonesia
Provinsi Jambi, Ihsan W Prabawa
kepada wartawan, Minggu (20/7).
Berdasarkan strukturnya, 55,74%
perekonomian Jambi ditopang oleh konsumsi rumah tangga, diikuti dengan
investasi fisik 18,41% dan konsumsi pemerintah 15,76%. Pangsa struktur tersebut
cenderung mengalami penurunan dari waktu ke waktu. Pada tahun 2013, pangsa
konsumsi rumah tangga, investasi fisik dan konsumsi pemerintah masing-masing
sebesar 55,81%, 18,51%, dan 16,82%.
Pengeluaran konsumsi rumah tangga
berdasarkan harga berlaku mencapai Rp12,87 triliun atau 55,03% dari total PDRB
Jambi. Mayoritas konsumsi masyarakat Jambi (61,19%) diperuntukkan untuk membeli
makanan yaitu sebesar Rp7,88 triliun.
Disebutkan, pengeluaran konsumsi
rumah tangga meningkat 4,51% (yoy) atau 0,53% (qtq), sedikit lebih tinggi dari
pertumbuhan triwulan sebelumnya (4,43% (yoy)). Tingginya aktivitas perdagangan
seiring dengan perayaan imlek dan masa kampanye Pemilu Legislatif menyebabkan
konsumsi masyarakat dapat tumbuh tinggi.
Namun, meningkatnya harga
barang/jasa seiring dengan tingginya laju inflasi paska kenaikan BBM bersubsidi
serta tren menurunnya harga komoditas karet menjadi faktor penahan laju
pertumbuhan konsumsi masyarakat.
Masih baiknya pertumbuhan
konsumsi rumah tangga di triwulan I-2014 juga tercermin dari masih tingginya
penjualan kendaraan bermotor. Penjualan sepeda motor meningkat 6,18% (yoy) dari
tahun lalu menjadi rata-rata 7.627 unit/bulan.
Meskipun di sisi lainnya
penjualan kendaraan roda empat seperti sedan, jeep dan minibus mengalami
penurunan sebesar 14,47% (yoy) menjadi rata-rata 999 unit/bulan. Penurunan
penjualan kendaraan bermotor roda empat tersebut terjadi karena meningkatnya
suku bunga kredit serta adanya kebijakan minimum
down payment pembelian kendaraan bermotor pertengahan tahun lalu.
“Sementara itu, penyaluran kredit
real estate masih terus meningkat
sebesar 26,38% (yoy) menjadi sebesar Rp3,84triliun. Pangsa kredit real estate di Jambi mencapai 15,07%
dari total kredit,” katanya.
Disebutkan, pengeluaran konsumsi
pemerintah berdasarkan harga berlaku di triwulan I-2014
mencapai Rp3,69 triliun. Pengeluaran tersebut meningkat 3,43% dari tahun lalu,
namun menurun dibandingkan triwulan sebelumnya (-19,48% (qtq)).
Hal ini sejalan dengan realisasi
belanja APBD yang cenderung menumpuk di akhir tahun. Realisasi belanja APBD provinsi
Jambi Triwulan I 2014 sebesar Rp45,87 miliar (1,40%), jauh lebih rendah dari
posisi yang sama tahun lalu Rp360,29 miliar (13,58%).
Investasi
Menurut Ihsan W Prabawa, secara
triwulanan, investasi mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya
sejalan dengan kecenderungan tingginya realisasi investasi di akhir tahun dan
banyaknya proyek investasi yang masih dalam tahap pengadaan di awal tahun.
Sejak tahun 2012 lalu, investasi
di Jambi terus menunjukkan peningkatan yang disebabkan oleh tingginya
pembangunan fisik baik oleh pemerintah ataupun swasta. Kondisi ini juga
didukung oleh peningkatan kredit investasi yang mencapai 47,75% (yoy).
Sementara menurut pendapat
pengusaha melalui hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU), optimisme pengusaha
dalam memandang kondisi bisnis masih cukup baik. Hal ini terlihat dari masih
positifnya indeks situasi bisnis yaitu sebesar 23,40%.
Dari 150 responden yang disurvei,
68,09% responden menyatakan bahwa situasi bisnis kedepan relatif stabil,
sementara 27,66% menyatakan akan baik dan hanya 4,26% yang menyatakan akan
memburuk.
Jumlah investasi Jambi yang
dicatat oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menunjukkan realisasi
penanaman modal dalam negeri (PMDN) sebesar Rp162 miliar. Investasi tersebut
meningkat dibandingkan posisi yang sama tahun lalu yang realisasinya sebesar Rp
0.
Sejalan dengan hal tersebut,
investasi asing melalui penanaman modal asing (PMA) juga meningkat 48,21% dari
tahun lalu menjadi USD 24,24 juta. Investasi Jambi sebagian besar dialokasikan
pada sektor pertanian.
Ekspor
Ekspor provinsi Jambi baik ke
negara maupun daerah lain pada triwulan I–2014 mencapai Rp11,40 triliun.
Perkembangan ekspor Provinsi Jambi (keluar daerah dan luar negeri) mengalami
peningkatan 28,86% (yoy) pada triwulan I-2014
utamanya disebabkan oleh meningkatnya ekspor luar negeri sebesar 65,69%.
Berdasarkan tujuannya, komposisi ekspor Jambi terdiri dari ekspor ke luar
negeri sebesar Rp6,32 triliun (55,43%) serta ekspor ke luar daerah yang
mencapai Rp5,08 triliun (44,57%). Tingginya ekspor ke luar negeri salah satunya
disebabkan oleh meningkatnya ekspor migas dari Provinsi Jambi.
Kata
Ihsan W Prabawa,
berdasarkan dokumen pemberitahuan ekspor barang (PEB), ekspor luar negeri
Provinsi Jambi pada triwulan I-2014 sebesar USD 263,62 juta, meningkat
0,69% dari triwulan yang sama tahun 2013 (USD 261,83 juta). Sementara itu,
impor luar negeri sebesar USD 71,74 juta. Dengan kondisi tersebut, Provinsi
Jambi mengalami net ekspor sebesar USD191,88 juta.
Berdasarkan jenis komoditinya,
nilai ekspor terbesar dicapai oleh komoditas karet mentah (crude rubber) sebesar USD 160,25 juta atau 60,79% dari total ekspor
non migas Jambi, diikuti oleh pulp and paper serta batu bara, kokas
dan briket masing-masing USD 22,89 juta dan USD 19,19 juta. Berdasarkan
struktur ekspor non migas Jambi, terlihat bahwa ekspor produk primer masih
mendominasi baik untuk hasil perkebunan maupun pertambangan.
Disebutkan, di sisi lain, ekspor batu bara tumbuh
sebesar 14,49% (yoy) di triwulan I-2014, namun jika
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya nilai ekspor batubara turun 27,80% (qtq). Dari sisi volume, ekspor batubara
mengalami peningkatan 19,02% (yoy),
namun jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, volume ekspor tersebut
mengalami penurunan sebesar 7,59%
(qtq).
Menurunnya permintaan global serta merosotnya
harga batubara internasional menyebabkan penurunan kegiatan produksi pada perusahaan batubara. Rendahnya kualitas batu bara di Jambi yang memiliki kadar energi
yang rendah turut menyebabkan
terbatasnya harga jual.
Selain itu, adanya peraturan
mengenai distribusi batu bara di Jambi juga menjadi disinsentif bagi pengusaha untuk mengembangkan
produksi batu bara di Jambi. Adanya Perda yang
mengharuskan pengangkutan batubara melalui jalur khusus atau jalur sungai membuat
margin keuntungan semakin menipis.
Sementara dari sisi pemerintah, pendapatan yang didapatkan
dari batu bara juga relatif rendah sementara biaya yang ditimbulkan akibat kerusakan jalan
angkutan relatif lebih tinggi.
Selanjutnya, nilai ekspor minyak dan lemak sayur menunjukkan penurunan sebesar 26,46% (yoy) atau 32,50% (qtq) sejalan dengan berkurangnya volume ekspor sebesar 56,25% (yoy) atau
48,55% (qtq).
Musim kemarau yang
terjadi di Provinsi Jambi selama triwulan I-2014 menyebabkan produktivitas kelapa sawit menurun sehingga
mempengaruhi kinerja ekspor CPO. Berdasarkan negara tujuan, ekspor Provinsi Jambi didominasi oleh negara
Jepang yang mencapai USD 45,79 juta (10,40%) dan diikuti oleh Amerika Serikat sebesar
USD 43,39
juta (9,85%). Menurunnya ekspor Jambi disebabkan oleh menurunnya ekspor ke RRC, Singapura, dan Malaysia terutama ekspor komoditas CPO.
Infrastruktur pelabuhan dan terbatasnya muatan kapal di Jambi merupakan salah satu kendala
yang dihadapi pelaku usaha untuk dapat mengekspor secara langsung ke negara
tujuan.
Impor
Impor provinsi Jambi
pada triwulan I-2014 mencapai Rp9,69
trliun atau lebih rendah dari ekspor provinsi Jambi. Dengan demikian, Provinsi
Jambi mengalami net ekspor sebesar Rp1,71
triliun.
Impor jambi didominasi oleh impor antar daerah
yang mencapai Rp8,76 triliun (90,38%) sementara impor luar negeri sebesar
Rp932,22miliar (9,62%). Perkembangan impor
Provinsi Jambi (dari
luar daerah
dan luar negeri) mengalami peningkatan 21,41% (yoy) pada triwulan I-2014.
Peningkatan impor tersebut utamanya disebabkan
oleh meningkatnya impor luar negeri (310,13% (yoy)) dan impor antar daerah (14,59% (yoy)). Impor non migas provinsi
Jambi tercatat sebesar USD 71,74 juta, turun sebesar 37,65% (qtq).
Namun secara tahunan, impor non migas Provinsi
Jambi meningkat signifikan sebesar 329,84% (yoy). Berdasarkan pangsanya, impor Jambi didominasi oleh mesin
pembangkit tenaga (USD 40,62 juta atau 56,62%).(*/lee)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar