PANCASILA-NKRI |
JAMBI-Sehari jelang pencoblosan Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden, Rabu 9 Juli 2014, suasana tenang cukup terasa di dunia nyata. Namun di dunia maya lewat media jejaring sosial terus saja ada kicauan dan status saling menyudutkan antara pasangan calon dari para simpatisan dan relawan. Tapi itu tak begitu penting, yang jelas pasangan Capres Nomor Urut 1 Prabowo-Hattarajasa dan Pasangan Nomor Urut 2 Joko Widodok-Jusuf Kalla sudah menyerahkan sepenuhnya mandat kepada seluruh Rakyat Indonesia di seluruh dunia.
Rabu, 9 Juli 2014, menjadi hari bersejarah bagi Bangsa Indonesia dalam menentukan Pemimpinnya untuk lima tahun kedepan. Rakyat adalah kunci utama, karena satu suara berharga untuk menentukan nasib bangsa. Soal siapa menang, siapa kalah, itu sudah mandat Rakyat Indonesia.
"Siapa
pun yang menang, rezeki Anda tetap tanggung-jawab pribadi Anda.
Santunlah.Jangan membesarkan kesialan bagi diri sendiri dengan saling
menyebar Fitnah.Siapa
pun yang menang, Anda harus mencari makan sendiri. Utamakan kebaikan
bagi diri dan keluarga. Siapa pun yang menang, hidup Anda harus tetap
baik," demikian Mario Teguh dalam satu statuf FBnya menuliskan.
Kita adalah Bangsa yang besar yang dibungkus dalam Bhineka Tunggal Ika dan Berdasarkan Pancasila. Kita hidup berdampingan dengan berbagai suku, etnis dan RAS yang dibalut dalam satu wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Boleh kita kecewa jika jagoan kita kalah, boleh kita bergembira kalau jagoan kita menang. Namun itu pada akhirnya untuk tujuan mulia untuk memajukan Indonesia lebih baik. Logowo kalah, bersyukur menang, adalah jiwa satria putra-putri Indonesia.
"Kita boleh beda pilihan, namun kita tetap bersaudara. Mari jadikan Pilpres 9 Juli 2014 sebagai kegembiraan demokrasi di Indonesia. Kalah menang itu soal biasa, karena Capres yang terpilih adalah mandat Rakyat Indonesia".
Kalau budaya
saling membenarkan diri dan menyalahkan orang lain terus berlangsung di negeri
ini, maka tidak lama lagi negeri akan hancur. Suasana seperti ini adalah lahan
bagi tumbuh suburnya pemimpin-pemimpin yang suka berbohong, suka korupsi dan menyembunyikan
kesalahan.
Sementara,
rakyat akan terus menerus bingung. Sebab kita MEREKA tidak tau lagi siapa yang
maling berteriak maling. Kita bingung soal penculikan, kasus Mei 1998, kita
bingung siapa Soeharto, kita bingun siapa Prabowo, sebagian rakyat juga bingung
siapa Jokowi, siapa Ahok.
Penegakan hukum
yang konsisten, aturan-aturan yang tidak memihak satu golongan atau kelompok
adalah tugas kita bersama. Patuh dan menghargai hukum dan penegak hukum adalah
kunci negera yang kuat.
Mereka taat
kepada aturan KPU, Bawaslu, penegak hukum dan turut mengawal keadilan bagi
seluruh rakyat Indonesia. Dengan demikian, rakyat tidak lagi saling menghakimi
dan harus tunduk serta menyerahkan keadilan ditegakkan melalui penegak hukum.
Tidak
Ada yang Pasti Menang
Jangan berfikir
"pasti menang". Sama dengan pertandingan bola, bola itu bulat. Diatas
kertas Costa Rica adalah underdog, tetapi lihatlah kenyataannya! Mereka malaju
ke putaran menabjukkan.
Serahkan kepada
rakyat, ambil hati rakyat dengan tulus. Tidak usah pakai kampanye hitam segala,
atau menjelekkan satu sama lain. Jadi Presiden tidak hanya karena silat lidah,
atau jual kecap.
Rakyat sudah tau
siapa yang mau dipilih kok!. Tidak boleh gegabah, apalagi sampai menjanjikan
sesuatu apalagi "serangan fajar" agar rakyat mau mendukung.
Dua-duanya harus menyadari hanya satu yang menang, tapi tidak ada yang
"pasti menang".Jadi, nggak usah serangan fajar, kasihan uangnya
sia-sia.
Tuhan memberkati
Jokowi dan Prabowo. Sedih aku melihat Prabowo, sedih juga melihat Jokowi.
Dua-duanya dihina rakyatnya sendiri. Padahal mereka sudah berkeringat,
menumpahkan segalanya, untuk melayani kita lima tahun ke depan.
Semoga semua
menyadari tindakan-tindakan salah yang saling membenarkan dirinya sendiri, dan
yang menganggap yang lain salah semua. Di mata saya tidak ada yang sempurna
dari kedua Capres itu.
Tapi saya
memilih yang terbaik dari pilihan terburuk yang tersedia. Dan, saya tidak mau
golput. Semua harus menyadarinya, para Capres dan pendukungnya, masyarakat Indonesia
pada umumnya.
Sayapun merasa
berdosa, kok ikut-ikutan menceritakan kejelekan orang lain. Mulai hari ini saya
tidak akan lakukan lagi. Kenapalah KPU meloloskan mereka kalau toh memang punya
masalah. Kalau tokh mereka ada kekurangan, itu kesalahan kita semua.
Khususnya para
Jenderal yang berkuasa, dan penguasa di masa menjelang reformasi dan sesudah
reformasi yang suka menyimpan rahasia. Mereka itu pengecut! Menyimpan bom waktu
selama 16 tahun dan membuat rakyat saling menghakimi.
Begitu juga
rakyat pemilih yang suka "uang" atau hanya mendukung seseorang karena
ikut-ikutan. Saya juga mendoakan kalian berdua agar sehat-sehat saja hingga
kami menentukan pilihan tanggal 9 Juli 2014.
Karena kalau
salah satu dari kalian tidak sehat, apalagi mengalami musibah, maka Pilpres
menurut saya akan gagal, karena tidak seru lagi. Jangan Saling Mengejek lagi
ya! Malu.
Terpaksa
dan Dipaksa
Dulu kita “dipaksa”
penguasa memahami Bung Karno itu PKI, ajarannya berbahaya, makanya meski beliau
sangat besar jasanya bagi negeri ini, lama sekali baru diterima menjadi
pahlawan nasional. Jadi, ternyata penguasa Orde Baru salah! Rakyatlah yang
benar.
Di Masa
Reformasi, para aktivis mempengaruhi rakyat terpaksa membenci Soeharto, makanya
masih ditolak jadi pahlawan nasional. Jadi. tokoh-tokoh reformasi masih
diterima rakyat!
Di masa Pilpres
seperti ini: rakyat terpaksa memilih salah satu Capres Jokowi atau Prabowo dan
sekaligus membenci calon yang bukan dipilihnya, sebagian membenci juga orang
yang tidak memilih calon yang disukainya.
Sesudah
terpilih, nanti kita akan dipaksa juga memusuhi keduanya. Kapan bangsa ini maju
ya. Masak bangsa ini merdeka hanya untuk mempermalukan pemimpinnya. Padahal
syarat sebuah bangsa yang maju adalah kalau mereka menghormati pemimpinnya.
Kalau setiap pemimpin, di akhir jabatannya jadi orang yang dibenci, bagaimana?
Ah...apa yang
salah dengan negeriku ini? Kita terlalu banyak dicecoki dengan rumor, kampanye
hitam, kurang kreatif menggali budaya bangsa yang luhur. Bangsa ini kurang
membaca--persentasi rakyat yang gemar membaca sangat rendah, akhirnya kuranglah
belajarnya. Apa kata orang kebanyakan, itulah yang diikutinya dan diyakininya.
Diskusi berakhir
dengan rasa permusuhan, karena referensinya kadang hanya "perasaan",
keyakinan, bukan ilmu pengetahuan.
Kampanye
Tak Elok
Melawan Jokowi
memang harus dengan kekerasan, karena dia penuh dengan kebaikan. Makanya tidak
heran kalau penyerang Jokowi harus melumpuhkannya dengan kampanye
"hitam". Berhasilkah?
Lembaga survei
Indonesia Indicator (I2) menyebutkan kampanye hitam melalui media sosial
(Twitter) terhadap calon presiden Joko Widodo atau Jokowi lebih tinggi
dibanding Prabowo Subianto.
Siapa yang
melakukannya? Namanya juga kampanye "hitam" sulit melacaknya. Yang
jelas, pasti orang yang tidak senang Jokowi jadi Presiden.
Berkelimpahan
Merasa
kekurangan, merasa cukup hanya untuk dirinya/keluarganya/kelompoknya dan
berkelimpahan (selalu bersyukur) atas keadaannya. Tiga sikap manusia yang umum
memaknai kehidupannya.
Dua yang pertama
adalah orangyang tidak pernah bersyukur, atau bersyukur bersyarat dan yang
terakhir adalah orang bersyukur tanpa syarat. Wajahnya selalu ceria,
menyenangkan, dan mudah dan tulus memberi pertolongan semampunya, sesuai dengan
keadaannya. “When you are grateful, fear disappears and abundance appears” (Anthony
Robbins).
Ketika Anda
bersyukur, hilanglah rasa khawatir dan muncul perasaan berkelimpahan. Bersyukur
atas kesehatan, kekayaan, bahkan kekurangannya sekalipun, sehingga mampu
melakukan sesuatu yang berguna dan membuat orang lain bersyukur.
"Untunglah
ada dia", tentu beda dengan ungkapan "kalau boleh dia nggak usah ada
deh, buat susah aja". Mungkin kita berada dalam transisi-transisi tiga
sikap di atas. Makanya selalu muncul rasa khawatir dan berkekurangan, kurang bersyukur
atau enggan mengungkapkan rasa syukur. Wajah kurang ceria, susah tertawa, mudah
tersinggung, harga diri tinggi.
Koreksi
Anda bisa dengan
mudah mendeteksi apakah pikiran, kata-kata, tulisan, tindakan dan pemaknaan
Anda atas pekerjaan hari ini perlu koreksi atau tidak. Perlu dikoreksi: kalau
pekerjaan itu berujung membuahkan percabulan, kecemaran, hawa nafsu,
penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah,
kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, kekhawatiran,
perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri.
Benar: kalau
pekerjaan itu membuahkan kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran,
kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan DAN penguasaan diri.
Di era dimana
melek huruf, budaya tulis mulai berkembang, ditambah teknologi internet, maka
dokumen peristiwa, tindakan seseorang akan mudah ditemukan.
Dokumentasi
tentang apa yang dipikirkan, dilakukan dan dimaknai seseorang tentang sebuah
peristiwa tidak bisa ditutupi. Karakter baik dan buruk seseorang bisa dilacak
melalui dokumen tertulis itu.
Semua ini
mendidik dan melatih kita untuk melakukan hal-hal yang terbaik bagi umat
manusia. Percayalah kebaikan selalu menang, meski seolah-olah kalah untuk
sementara. Sebaliknya, kejahatan akan selalu kalah, walau untuk sementara
terlihat seperti kuat.
Kampanye hitam,
kampanye negatif mungkin bisa menang dalam Pilpres, tetapi pemenangnya akan
sengsara. Kejahatan itu akan selalu terpatri dalam tulisan yang abadi sepanjang
masa. Pelaku-pelakunya akan mengalami penderitaan, karena telah membuat banyak
orang menderita.
Koruptor memang
untuk sementara, selama kasusnya belum terbongkar, bisa menikmati kenikmatan
dunia. Tetapi boleh lihat apa yang dirasakan Akil Mohtar, Angelina Sondakh,
Nazaruddin, serta beberapa yang saat ini sedang menghadapi dakwaaan korupsi.
Dia,
istri/suami, anak-anak dan keluarga akan tercoreng mukanya di mata dunia,
tercatat sebagai pelaku kejahatan di dunia maya yang dokumentasinya akan abadi.
Bisa saja memang masih diterima publik, tetapi harus mengalami pertobatan,
susah payah untuk merehabilitasi dirinya.
Kejahatan tidak
hanya bentuk tindakan korupsi, penipuan atau kekerasan secara fisik. Memfitnah,
menjelekkan atau merendahkan sesama, menebar ketakutan, memaksakan kehendak
melalui ucapan, tulisan bernada ancaman, adalah kejahatan besar yang sering
tidak tercium hukum, tetapi dampak negatifnya luar biasa bagi umat manusia.
Kampanye Pilpres
adalah momentum bagi kita semua untuk merenungkan apa yang kita sudah lakukan. Mungkin
melalui FB secara tidak sadar kita pernah menghina, mengejek teman kita yang
berbeda pilihan. Tidak ada manusia yang sempurna.
Kadang dalam
keadaan bersemangat, kita tidak sadar sudah banyak orang yang tersakiti,
tersinggung, atau kecewa. Dalam demokrasi yang bertujuan untuk mencapai
kemaslahatan bersama, prosesnya akan melintasi jalan berliku. Menuju yang baik,
kita tidak mengalami hal-hal yang mudah.
Itulah
"salib". Kita mengalami hinaan karena melaksanakan, memberitakan
sesuatu yang baik. Mari semua berlomba-lomba menabur kebaikan, hindari kampanye
hitam, kampanye negatif.
Munculkan
karya-karya Capres yang bisa memberikan inspirasi baru untuk berbuat lebih
baik. Kebaikan yang dibuat keduanya adalah kebaikan Indonesia, sebaliknya
kejelekan mereka adalah kejelekan kita semua.
Dari semua yang
jelek tentang Jokowi dan Prabowo masak nggak ada yang baik! Tapi, mungkin sudah
kadung rasa hati "cinta" dan "benci", jadi susah melihat
sebuah "terang" dari keduanya.
Coba, tanya diri
kita masing-masing. Bosan nggak terus-menerus menceritakan yang jelek tentang
teman kita? Saya sendiri sudah mulai bosan. Hasilnya menggembirakan atau
mengundang kebencian? Jelas tidak!
Bagaimana kalau
sikap itu kita lanjutkan? Bagaimana kalau sikap itu kita rubah dengan sikap
yang lebih elegan? Kita sudah banyak terjerumus pada jurang kebencian yang
dalam dan mungkin akan makin terjerumus lagi lebih dalam kalau kita tidak melakukan
refleksi.
Untuk apa
sebenarnya kita mendukung seseorang. Apakah untuk saling memusuhi atau untuk
membedakan kehebatan negeri ini dipimpin oleh seseorang?.
Jangan-jangan
kita nggak tau alasannya kita menjatuhkan pilihan pada Capres tertentu,
sementara kita menghakimi yang lain salah pilih. Tidak ada pilihan yang salah,
karena keduanya diakui KPU. Pemilih memiliki preferensi memilih seseorang. Mari
melihat wajah kita di cermin!
Kita
Sedang Ditonton Dunia
Kita semua
bersaudara. Kita bersaing sehat menuju kebaikan bersama. Jadi, nggak usah
terlalu ngototlah dengan pendapat atau pendirian kita, apalagi sampai saling
membenci. Semua sikap, pendapat akan teruji oleh waktu. Semua hasil akan ditentukan
9 Juli 2014.
Hari-hari ke
depan kita dalam proses menuju penentuan pemenang. Sikap kita adalah: pemenang
di mata rakyat (pengumpul suara terbanyak), kita harus menghormatinya, apapun
resikonya.
Semua harus
sadar, proses demokrasi kita sedang ditonton, bukan hanya masyarakat Indonesia,
tetapi juga masyarakat dunia. Sikap kita, cara-cara berkampanye kita, diamati
dengan didukung kemajuan teknologi dan jejaring sosial dunia.
Seluruh dunia
dengan mudah mengetahui kebaikan dan kejahatan yang terjadi di seluruh titik di
permukaan bumi. Kampanye hitam sangat dibenci dunia, karena merupakan
pembunuhan karakter yang luar biasa, dan luka yang ditimbulkannya akan membekas
dari generasi ke generasi.
Ingat, dunia
sangat membenci kejahatan dan gemar mencari jalan menuju kebaikan. Dunia
internasional, termasuk media-media asing, mencermati secara serius bagaimana
perkembangan politik Indonesia.
Mereka
membutuhkan informasi perubahan, kehidupan yang lebih baik, dan cara menuju ke
sana. Yang terbaik memberikan solusi di mata rakyat akan menang. Mereka yang
menjanjikan kebaikan, melaksanakan kebaikan yang lebih banyak di mata rakyat
akan disenangi dan dipilih. Tindakan-tindakan mereka menginspirasi orang lain
berbuat lebih baik, bukan menambah ketakutan atau kekhawatiran.
“Terbaik",
bukan hanya definisi baik untuk sekelompok orang, tetapi terbaik bagi Indonesia,
terbaik di mata dunia. Proses menghasilkan tindakan yang terbaik, memberikan
pembelajaran bagi semua.
Kita sedang
menjalani proses demokrasi di negara demokrasi ketiga terbesar di dunia,
setelah India dan Amerika Serikat. Masuk akal, jika pengamat dari dalam negeri
dan seluruh dunia sangat tertarik mengamati proses ini.
Oleh sebab itu
tunjukkanlah yang terbaik, proses yang menjadi pembelajaran tidak hanya menarik
bagi rakyat di negeri ini, tetapi juga masyarakat dunia. Kita berdoa dan terus
belajar, bekerja, berharap, presiden RI mendatang mampu membawa kita ke arah
yang lebih baik.
Mari bersyukur
karena kita mengalami proses demokrasi yang masih dalam batas-batas yang wajar,
jauh dari ketakutan dan kekhawatian, bahkan tidak sempat mengalami gangguan adu
fisik yang berarti. Kita baru belajar demokrasi, dan mari merasakan indahnya
demokrasi dan memperbaiki prosesnya hari demi hari!
Habis
Manis Sepah Dibuang
Karena iklan
Ahmad Dhani bertajuk Indonesia Bangkit mendapat sorotan media terkemuka dunia
TIME, Fadli Zon, Wakil Ketua Umum Partai Gerindra merespon dengan sangat
simpatik, tapi menyakitkan kalau Ahmad Dhani masih manusia yang punya perasaan.
“Terkait
modifikasi lagu di luar tanggung jawab tim jurkam, karena kami hanya membayar
beliau. Itu urusan person Ahmad Dhani,” tulis Fadli Zon di akun Twitternya,
Kamis (26/6/2014), seperti dikutip Suara Pembaruan.
Time menulis
iklan kampanye itu dengan judul: "Video Nazi Indonesia ini adalah salah
satu kampanye politik terburuk sepanjang masa". Sebelum disorot media
asing, semua pada jingkrak-jingkrak. Ahmad Dhani dielu-elukan. Ketika disorot
dan kurang menarik pendukung, bukan urusan tim Jurkam.
Kampanye
Terburuk
Aduh...kok
sampai gini ya. Bingung juga jadinya. Kok, bisa-bisanya, gitu lho! Bahan
kampanye yang dibuat Ahmad Dhani, pendukung Prabowo-Hatta mendapat kritikan
majalah terkemuka dunia TIME. Seorang penulis Amerika, mengungkap penghinaan
Prabowo kepada Gus Dur, sebagai counter video kampanye pujian Gus Dur
kepadanya.
Tapi tunggu
dulu! Lyli Wahid, salah satu adik Gus Dur menuduh Prabowo ngomong mencla mencle.
Makanya! Kampanye penyanyi terkenal Ahmad Dhani pendukung Prabowo ditulis di majalah
TIME dengan judul: "This Indonesian Nazi Video Is One of the Worst Pieces
of Political Campaigning Ever", yang dimuat dalam edisi 25 Juni 2014.
Tau artinya?.
"Video Nazi Indonesia ini adalah salah satu kampanye politik terburuk
sepanjang masa". Aduh, buat yang elegan dan menginspirasi sedikit,
kenapa?.
Belum lagi
kegeraman keluarga Gus Dur yang menggunakan ucapan Gus Dur yang mermuji
Prabowo. Lily Wahid, salah seorang saudara Gus Dur protes.
“Kalau menurut
saya Prabowo tipe orang yang gak punya hati dan nurani. Dia bisa ngomong
mencla-mencle seperti itu tapi sekian tahun beda (pakai perkataan Gus Dur untuk
iklan kampanye). Kalau orang konsisten pasti tetap sama perbuatan dan
perkataannya," kata Lily Wahid,
salah seorang putri almarhum Gus Dus, kepada merdeka.com.
Mengapa? Dulu
mantan Komandan Kopassus itu pernah menghina Gus Dur, menurut penulis Alan
Nairn. Tapi kini, Prabowo memanfaatkan ucapan Gus Dur yang memujinya. untuk
kampanyenya. Dan Lyli sendiri seperti dikutip Merdeka, percaya tulisan Alan
Nairn itu.
Inilah ucapan
Gus Dur dalam kampanye yang mengundang kontroversi itu. “Orang yang paling
ikhlas kepada rakyat Indonesia itu adalah Prabowo."Iklan ini mendapat
protes dari keluarga Gus Dur. Pasalnya, pada 2001, seperti ditulis Allan Nairn,
Prabowo pernah menghina Gus Dur.
Prabowo
mengkritik TNI yang tunduk padanya, apalagi sang presiden buta secara fisik.
"Militer bahkan tunduk pada seorang presiden yang buta! Bayangkan!
Lihatlah dia (Gus Dur), dia sangat
memalukan,"
kata Prabowo seperti dikutip dari http://www.allannairn.org/2014/06/news-do-i-have-guts-prabowo-asked
-am-i.html, Selasa, dan diberitakan media cetak dan elektronik di Indonesia.
Prabowo lalu
membandingkan Gus Dur dengan PM Inggris saat itu Tony Blair, Presiden AS George
W Bush, dan Presiden Rusia Vladimir Putin, yang menurutnya adalah para lelaki
tampan
Tim Kampanye
Prabowo tentu membela diri juga.
“Pernyataan
Allan Nairn adalah bagian dari black campaign yang terkoordinasi oleh
sekelompok jurnalis asing yang tidak menghendaki Prabowo menjadi
presiden," kata Budi Purnomo, di Rumah Polonia, Jakarta, Kamis (26/6/2014)
(Kompas.com).
Budi mengatakan,
Prabowo sangat menghormati Gus Dur. "Prabowo sangat menghormati Gus Dur
dan tidak pernah sekali pun dalam hidupnya, dalam konteks apa pun, mengucapkan
kata-kata yang merendahkan martabat Gus Dur," ujar Budi. Siapa yang betul,
silakan dipercaya!
Rakyat
Bingung, Jangan Sempat Marah
Rakyat Indonesia
benar-benar bingung soal penculikan aktivis 1998. Yang jelas, semua elit sudah
berbohong soal penculikan. Rakyat tak mau dengar lagi. Capeeeek!.
Bahkan satu
partai: Elza Syarif dan Wiranto sendiri--sama-sama pendiri Partai Hanura tidak
satu pandangan soal kebenaran. Statemen Wiranto tentang penculikan yang
dilakukan Prabowo, disanggah Elza, yang bertindak sebagai pengacara Prabowo.
Prabowo yang
menjadi korbanpun diam, seolah menutup sesuatu. Bilang dong yang sebenarnya,
supaya rakyat tidak bingung. Bentar lagi kalian akan menuduh rakyat pula yang
melakukan penculikan! Tidak mungkin tokh, rakyat yang melakukan penculikan?
Tuhan pasti
melindungi rakyat, dan menghukum mereka yang berbohong. Tau nggak? Tuhan tau,
siapa yang menculik dan yang diculik. Suatu saat Dia akan memberitahu rakyat
kok!. Suatu ketika, rakyat akan mengoyak perut kalian kalau terus berbohong!
Rakyat bingung!.
Kok, calon pemimpin negeri ini pada takut kebenaran?. Bukankah berkuasa itu
adalah menegakkan kebenaran, cinta kebenaran? Kalau takut kebenaran, apa berhak
berkuasa?. Bingung deh, ih!
Di masa kampanye
ini, entah mengapa muncul pula issu penculikan. Padahal itu sudah 16 tahun
lalu. Ideologi Partai, kampanye damai, kebocoran Rp 1000 triliun, pemurnian
agama dan kepercayaan, semua membuat kami rakyat ini bingung.
Di tengah
kebingungan itu, yang soornya, banyak pula dari kami rakyat ini yang sok
pintar. Sok tau, kenal Prabowo, kenal Jokowi. Padahal nol besar! Dari mana pula
mereka kenal dekat dengan Jokowi dan Prabowo!. Paling cuma baca di koran,
nonton televisi, dengar-dengar dari orang yang tujuh lapis jaraknya dari sumber
pertama.
Kadang, cuma
karena kakeknya ada hubungan, kebetulan karena partai pendukungnya berjasa bagi
diri dan keluarga, iparnya jadi Ketua Partai, karena dia bekerja di perusahaan
Prabowo, naik gaji, langsung deh bilang Prabowo hebat.
Atau karena dari
dulu sudah cinta Jokowi, apapun yang Jokowi katakan jadi wah, hebat. Kebetulan
pula memang Jokowi luar biasa. Lihatlah penghargaan yang diperolehnya, lihatlah
kesederhanaannya, kepeduliannya.
Pendukungpun
karena punya pengetahuan sedikit, tak tau argumentasi yang rasional, terpecah
seperti berperang, kayak Perang Badar, kata Amin Rais. Memang, yang tak enak,
para pendukung masing-masing Capres ikut-ikutan musuhan pula. Berantam pula di
FB. Salin caci.
Entah apa yang
kami cari. Yang penting bersuara, dukung penuh pilihan masing-masing. Kepedulian
kami memang luar biasa soal Pilpres kali ini. Meski kami belum tau pasti, tapi
setidaknya kami bebas mengungkapkan isi hati kami. Itulah hak rakyat. Sebelum
terpilih, kami sangat berkuasa.
Sesudah itu
terserah sama yang terpilih. Itu kok yang terjadi selama ini. Rakyat juga
bingung apa artinya Dukungan Partai. Para elit partai dengan seenaknya melawan
induk partainya. Orang-orang partai tidak setia pada ideologi partainya.
Rakyat bingung,
apa artinya kampanye damai. Kampanye saling menjelekkan, saling melancarkan
kampanye hitam masih berjalan meski sudah menandatangani dokumen kampanye
damai. Elit-elit kita hanya haus kekuasaan. Di mata mereka, berkuasa adalah
segalanya, menghalalkan segala cara.
Rakyat
benar-benar ditinggalkan, diabaikan. Tunggu ya kalau rakyat nanti melepas
kedaulatannya dari kalian para elit-elit partai, para penguasa. Kalau rakyat
bingung, maka ujung-ujungnya akan marah.
Sekuat apapun
Soeharto di masa Orde Baru, kalau rakyat marah, maka dia akan jatuh juga.
Sehebat apapun Marcos, kalau rakyat Filippina marah, maka akhirnya Powerless juga.
Terjungkal juga!
Bertobatlah hai
para elit, para penguasa. Rakyat sudah mulai "geram" melihat tingkah
kalian. Para elit yang bermain api sekarang ini, ibarat penumpang Titanic yang
mau tenggelam. Mereka masih asyik berdansa, padahal kapal sudah setengah berisi
air laut, lambat laun tenggelam.
Tidakkah kalian
melihat Indonesia ini sudah setengah tenggelam? Orang berbangga karena
negaranya ikut Piala Dunia, bangsa kita hanya bisa jadi penonton. Orang sudah
memikirkan teknologi ruang angkasa yang canggih, para Timses Capres taunya
hanya "Kampanye Hitam". Otaknya tumpul, hatinya kosong. Tega membohongi
bangsa sendiri.
Bertobatlah!.
Revolusi moral!. Jangan buat rakyat bingung, nanti mereka marah Lho!. Kalian
semua akan tercampak, tenggelam ke dasar laut, seperti penumpang Titanic. (Sumber: Dirangkum dari Status FB Jannerson
Girsang-Penulis Senior di Medan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar