Kabid Dikmen Kota Jambi Mulyadi |
JAMBI - Dalam meningkatkan kualitas mengajar guru-guru
diberikan sertifikasi oleh pemerintah. Sementara dalam sertifikasi guru
dituntut untuk mengajar sebanyak 24 jam dalam seminggu.
Nurita, salah satu guru di Kota Jambi kepada Harian Jambi,
Jumat (19/9) mengatakan, selaku guru SMP yang mengajar bidang studi pendidikan
agama Islam pihaknya mengakui harus mencari sekolah lain untuk memenuhi target
jam untuk sertifikasi.
Karena jika kurang dari 24 seminggu maka sertifikasi tidak dibayar.
“Untuk mengejar 24 jam selama seminggu saya mesti mengajar di SD karena jika
saya cuma mengajar di SMP jam mengajar saya tidak sampai. Karena hanya 18
jam seminggu, jadi kekurangannya saya mengajar di SD,” ujar guru perumpuan
berjilbab ini.
Disebutkan, dalam mengejar jam sertifikasi, kebanyakan
guru-guru ada yang mengajar 4 jam hingga 6 jam sehari. Tapi tempat sekolahnya
berbeda. Sehingga banyak guru-guru yang kewalahan dalam mengatur jam mengajarnya.
Selain itu butuh banyak tenaga untuk kesana-kesini mengejar
jam di sekolah lain. “Kalau menurut saya seharusnya 4 jam lah sehari jadi
guru-guru biasa fit. Dan tempat mengajarnya juga ditentukan oleh sekolah. Enak
kalau dapat yang dekat, sempat jauh kan susah,” ujarnya.
Ditambah, yang menjadi kesulitan bagi guru-guru sertifikasi
adalah hampir semua guru-guru sekolah Kota Jambi mengalami kekurangan jam
sehingga ada beberapa guru yang mencari jam mengajar di luar kota.
“Kalau jam mengajar kita tidak cukup ya terpaksa kita cari
tambahan jam di sekolah-sekolah lain sesuai dengan bidang studi yang kita
ajarkan, yang penting harus 24 jam seminggu mengajarnya," katanya.
Dilanjutkan, bagi guru-guru yang mempunyai jabatan fungsional
di sekolah separti kepala sekolah hanya dituntut mengajar 12 jam dalam satu
minggu. Namun bagi guru-guru yang tidak punya jabatan terpaksa kesana-kemari
mencari tambahan jam untuk mencukupi 24 jam seminggu.
“Kalau kepala sekolah enak cuma dituntut 12 seminggu. Tapi
kami yang guru biasani saro, harus pontang-panting cari jam mengajar,” katanya.
Diakuinya, tidak hanya guru agama yang banyak kekurangan
jam, namun guru-guru pelajaran umum juga banyak kekurangan jam mengajar. Tidak
heran jika ada guru yang mengajar di dua tempat bahkan mungkin menjara di tiga
tempat.
“Kalau dulu enak wali kelas diakui. Tapi sekarang dak lagi.
Jadi jangan heran kalau ada guru yang mengajar di banyak tempat, karena
mengejar target 24 jam mengajar dalam seminggu,” katanya.(khr/lee)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar