Pendidikan
merupan hal sangat penting dalam menunjang masa depan seseorang. Pendidikan
di sekolah sepertinya kurang memuaskan bagi sebagian orang tua
sehingga banyak orang tua yang harus mengeluarkan uang lebih untuk menambah
pengetahuan anak-anak mereka dengan cara memasukkan anak-anak mereka di
tempat-tempat kursus untuk bisa
membaca, menulis dan berhitung (calistung).
KAHARUDDIN,
Jambi
Bagian sebagian orang tua bangga di
saat anaknya yang masih usia di
bawah 7 tahun bisa calistung.
Bahkan dengan cara “memaksa” anak wajib calistung dilakukannya
untuk menambah pengetahuan anaknya, disarankan lagi mengulagi pelejaran yang tidak
tuntas di sekolahnya.
Hal tersebut dimamfaatkan sebagian pemilik modal untuk membuka tempat kursus untuk menampung anak-anak yang ingin menambah pelajaran di luar sekolah dan mengulang pelajaran yang tidak tuntas di sekolah.
Hal tersebut dimamfaatkan sebagian pemilik modal untuk membuka tempat kursus untuk menampung anak-anak yang ingin menambah pelajaran di luar sekolah dan mengulang pelajaran yang tidak tuntas di sekolah.
Dalam
hal ini tempat kursus untuk melatih anak-anak membaca dengan cepat telah banyak
bermunculan seperti
salah satu tempat kursus yang berada di Jalan Pangeran Diponegoro No 1
tepatnya di Simpang
Apotik
Kito
Talang
Banjar
Jambi.
Ibu
Dewi Santi pemilik kursus Hosana mengatakan,
untuk menambah kecerdasan anak perlu dilakukan sejak dini karena memberikan
pendidikan bagi anak merupakan tanggung jawab dari orang tua.
“Jadi selaku
orang tua, harus memperhatikan pendidikan anaknya, karena itu penting untuk
masa depannya,” katanya. Hosana
adalah laksana mutiara yang terpendam dan belum semua orang tahu
manfaat dari kursus
Hosana
sebelum mencoba untuk memasukkan anak-anak mereka di tempat kursus ini.
Belum
semua
orang mengerti tentang nilainya, selama mereka belum tahu karya inventasi
sebuah ilmu dan belum khalayak paham, bahwa Hosana merupakan
sahabat yang menyenangkan dalam perjalanan kursus dan bimbingan.
“Jika semua
orang tau pentingnya pendidikan bagi anak maka mereka tak akan segan
mengeluarkan uang untuk menambah
kecerdasan untuk anaknya,” ujarnya.
Di
tempat kursus
Hosana memiliki tenaga pengajar atau instruktur yang berkualitas, profesional
dan ramah adalah modal utama untuk mengajar. Selain tenaga
pengajar yang handal pihaknya juga mempunyai fasilitas berupa ruang belajar
yang lengkap dan nyaman, pihaknya juga menyediakan buku-buku panduan yang
refrensif dan memberikan pelayanan yang maksimal kepada peserta didik.
Ragam Mata
Pelajaran
Adapun
program-program kursus dan bimbingan belajar adalah bahasa inggris dengan
konsep children, toefl, lets. Bahasa mandarin seperti dasar atau mahir.
Bimbingan belajar (MPU) yaitu mata pelajaran umum seperti Pra, TK, SLTA.
Sementara
itu tingkat dan materi,adalah pra TK dan TK seperti pengetahuan calistung.
Untuk SD kelas I- VI seperti matematika, PPKN, Bahasa Indonesia, IPS, IPA, dan science.
Untuk SLTP I- III seperti Matematika,
IPA,
Fisika,
Biologi,
IPS, Sejarah dan Ekonomi Geografi. PPKn Bahasa Indonesia.
“Selain itu kami
juga membantu anak-anak mengerjakan pekarjaan rumah (PR) dari sekolah agar mereka lebih mengerti,” katanya. Program
dari Hosana adalah program pintar 6 bulan, dalam program ini dikhususkan untuk
membaca, menulis, berhitung.
Sementara menyanyi dan
mewarnai adalah modal utama yang harus dimiliki oleh anak usia pra-TK dan TK
persiapan memasuki sekolah dasar. Banyak orang tua yang memasukkan anaknya ke lembaga
kursus atau bimbingan akan tetapi hasilnya tidak maksimal.
Sehingga
guru sekolah dasar terutama kelas I banyak yang mengeluh karena kurangnya
dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan anak dalam pengenalan huruf,angka
menyanyi, dan mewarnai. “Jika
anak masuk sekolah dasar belum bisa baca dapat merepotkan gurunya di sekolah,” katanya. (*/lee)
******
Gagalnya
Pendidikan Formal
Menurut Dewan Pendidikan Provinsi Jambi Muhktar
Latif, kursus yang
menjamur di zaman sekarang ini karena gagalnya pendidikan formal dalam mendidik
anak sehingga hal itu memaksa para orang tua memasukkan anak-anak mereka kursus membaca, menulis dan berhitung.
Namun
sebenarnya hal itu
telah melanggar aturan yang mengatakan anak di bawah usia tujuh tahun belum
wajib untuk dipaksakan membaca dan menghitung. “Jadi
sebenarnya anak-anak di bawah usia tujuh tahun itu belum wajib dipaksakan
kepada anak-anak usia itu. Karena
melanggar
aturan dari kementerian pendidikan,” ujarnya.
Dia
menambahkan, para orang tua juga harus bisa melihat perkembangan anak karena
anak-anak di bawah usia tujuh
tahun masih
dalam proses bermain. Jadi mereka belum saatnya dipaksakan untuk bisa membaca
dan menulis dalam bentuk apapun termasuk kursus-kursus pra TK.
Namun
jika kursus-kursus untuk anak SD dan
SMP menurutnya
tidak masalah, namun
hal itu sering di salah gunakan dengan cara memasukkan anak-anak di TK atau di PAUD yang
mewajibkan anak untuk membaca.
“Jika itu
dilakukan dapat merusak psikologi anak itu sendiri,dan dapat merusak sensorik
belajar anak. Anak-anak
PAUD itu sebenarnya
belum saatnya diperkenalkan dengan calistung. Karena hal itu tidak diwajibkan untuk
anak, makanya
pemerintah akan
membuat suatu peraturan yang isinya bahwa
tidak boleh memaksakan anak di usia PAUD untuk bisa calistung.
Namun saat ini
banyak lembaga-lembaga yang menyalahgunakan hal itu. Dengan cara membuka
kursus-kursus calistung.
Tapi kursus tersebut melibatkan anak-anak di usia PAUD. “Hal itukan
tidak benar dan tidak dibolehkan, karena itu larangan dari pemerintah,” ujarnya.
Muhktar Latif menghimbau
kepada para orang tua agar tidak memaksakan anak-anak mereka yang masih usia dini
untuk bisa calistung.
Karena hal itu akan berdampak pada psikologi anak, dalam bentuk kemampuan
anak untuk belajar di masa-masa berikutnya.
Menurutnya
sekolah-sekolah SD yang menyeleksi anak yang akan masuk kesekolah dengan cara
tes membaca dan menulis
itu melanggar aturan. “Sekolah
yang mewajibkan anak-anak yang akan masuk sekolah harus bisa baca dan
menghitung itu melanggar aturan,” katanya. (khr/lee) (HARIAN JAMBI EDISI CETAK PAGI SELASA 4 FEBRUARI 2014)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar