Selasa, 04 Maret 2014

Melanggar Aturan Memaksa Anak Dibawah 7 Tahun Wajib Calistung


Pendidikan merupan hal sangat penting dalam menunjang masa depan seseorang. Pendidikan  di sekolah sepertinya kurang memuaskan bagi  sebagian orang tua sehingga banyak orang tua yang harus mengeluarkan uang lebih untuk menambah pengetahuan anak-anak mereka dengan cara memasukkan anak-anak mereka di tempat-tempat kursus untuk bisa membaca, menulis dan berhitung (calistung).

KAHARUDDIN, Jambi


Bagian sebagian orang tua bangga di saat anaknya yang masih usia di bawah 7 tahun bisa calistung. Bahkan dengan cara “memaksa” anak wajib calistung dilakukannya untuk menambah pengetahuan anaknya, disarankan lagi mengulagi pelejaran yang tidak tuntas di sekolahnya.

Hal tersebut dimamfaatkan sebagian pemilik modal untuk membuka tempat kursus untuk menampung anak-anak yang ingin menambah pelajaran di luar sekolah dan mengulang pelajaran yang tidak tuntas di sekolah. 

Dalam hal ini tempat kursus untuk melatih anak-anak membaca dengan cepat telah banyak bermunculan seperti salah satu tempat kursus yang berada di Jalan Pangeran Diponegoro No 1 tepatnya di Simpang Apotik Kito Talang Banjar Jambi. 

Ibu Dewi Santi pemilik kursus Hosana mengatakan, untuk menambah kecerdasan anak perlu dilakukan sejak dini karena memberikan pendidikan bagi anak merupakan tanggung jawab dari orang tua.

“Jadi selaku orang tua, harus memperhatikan pendidikan anaknya, karena itu penting untuk masa depannya,” katanya. Hosana adalah laksana mutiara yang terpendam dan belum semua orang tahu manfaat dari kursus Hosana sebelum mencoba untuk memasukkan anak-anak mereka di tempat kursus ini. 

Belum semua orang mengerti tentang nilainya, selama mereka belum tahu karya inventasi sebuah ilmu dan belum khalayak paham, bahwa Hosana merupakan sahabat yang menyenangkan dalam perjalanan kursus dan bimbingan.

“Jika semua orang tau pentingnya pendidikan bagi anak maka mereka tak akan segan mengeluarkan uang untuk menambah kecerdasan untuk anaknya,” ujarnya.

Di tempat kursus  Hosana memiliki tenaga pengajar atau instruktur yang berkualitas, profesional dan ramah adalah modal utama untuk mengajar. Selain tenaga pengajar yang handal pihaknya juga mempunyai fasilitas berupa ruang belajar yang lengkap dan nyaman, pihaknya juga menyediakan buku-buku panduan yang refrensif dan memberikan pelayanan yang maksimal kepada peserta didik.

Ragam Mata Pelajaran

Adapun program-program kursus dan bimbingan belajar adalah bahasa inggris dengan konsep children, toefl, lets. Bahasa mandarin seperti dasar atau mahir. Bimbingan belajar (MPU) yaitu mata pelajaran umum seperti Pra, TK, SLTA. 

Sementara itu tingkat dan materi,adalah pra TK dan TK seperti pengetahuan calistung. Untuk SD kelas I- VI seperti matematika, PPKN, Bahasa Indonesia, IPS, IPA, dan science. Untuk SLTP I- III seperti Matematika, IPA, Fisika, Biologi, IPS, Sejarah dan Ekonomi Geografi. PPKn Bahasa Indonesia.

“Selain itu kami juga membantu anak-anak mengerjakan pekarjaan rumah (PR)  dari sekolah agar mereka lebih mengerti,” katanya. Program dari Hosana adalah program pintar 6 bulan, dalam program ini dikhususkan untuk membaca, menulis, berhitung.

Sementara menyanyi dan mewarnai adalah modal utama yang harus dimiliki oleh anak usia pra-TK dan TK persiapan memasuki sekolah dasar. Banyak orang tua yang memasukkan anaknya ke lembaga kursus atau bimbingan akan tetapi hasilnya tidak maksimal.

Sehingga guru sekolah dasar terutama kelas I banyak yang mengeluh karena kurangnya dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan anak dalam pengenalan huruf,angka menyanyi, dan mewarnai. “Jika anak masuk sekolah dasar belum bisa baca dapat merepotkan gurunya di sekolah,” katanya. (*/lee)
******
Gagalnya Pendidikan Formal

Menurut Dewan Pendidikan Provinsi Jambi Muhktar Latif, kursus yang menjamur di zaman sekarang ini karena gagalnya pendidikan formal dalam mendidik anak sehingga hal itu memaksa para orang tua memasukkan anak-anak mereka kursus membaca, menulis dan berhitung. 

Namun sebenarnya hal itu telah melanggar aturan yang mengatakan anak di bawah usia tujuh tahun belum wajib untuk dipaksakan membaca dan menghitung.Jadi sebenarnya anak-anak di bawah usia tujuh tahun itu belum wajib dipaksakan kepada anak-anak usia itu. Karena melanggar aturan dari kementerian pendidikan,” ujarnya.

Dia menambahkan, para orang tua juga harus bisa melihat perkembangan anak karena anak-anak di bawah usia tujuh tahun masih dalam proses bermain. Jadi mereka belum saatnya dipaksakan untuk bisa membaca dan menulis dalam bentuk apapun termasuk kursus-kursus pra TK.

Namun jika kursus-kursus untuk anak SD dan SMP menurutnya tidak masalah, namun hal itu sering di salah gunakan dengan cara memasukkan anak-anak di TK atau di PAUD yang mewajibkan anak untuk membaca.

“Jika itu dilakukan dapat merusak psikologi anak itu sendiri,dan dapat merusak sensorik belajar anak. Anak-anak PAUD itu sebenarnya belum saatnya diperkenalkan dengan calistung. Karena hal itu tidak diwajibkan untuk anak, makanya pemerintah akan membuat suatu peraturan yang isinya bahwa tidak boleh memaksakan anak di usia PAUD untuk bisa calistung.

Namun saat ini banyak lembaga-lembaga yang menyalahgunakan hal itu. Dengan cara membuka kursus-kursus calistung. Tapi kursus tersebut melibatkan anak-anak di usia PAUD. “Hal itukan tidak benar dan tidak dibolehkan, karena itu larangan dari pemerintah,” ujarnya.

Muhktar Latif menghimbau kepada para orang tua agar tidak memaksakan anak-anak mereka yang masih usia dini untuk bisa calistung. Karena hal itu akan berdampak pada psikologi anak, dalam bentuk kemampuan anak untuk belajar di masa-masa berikutnya. 

Menurutnya sekolah-sekolah SD yang menyeleksi anak yang akan masuk kesekolah dengan cara tes membaca dan menulis itu melanggar aturan.Sekolah yang mewajibkan anak-anak yang akan masuk sekolah harus bisa baca dan menghitung itu melanggar aturan,” katanya. (khr/lee) (HARIAN JAMBI EDISI CETAK PAGI SELASA 4 FEBRUARI 2014)

Tidak ada komentar: