Jambi, BATAKPOS
Sejumlah perusahaan batubara di Provinsi Jambi mengeluhkan lesunya perdagangan batubara. Dua bulan terakhir ekspor batubara terhenti akibat India menghentikan impor batubara dari Jambi. India sebagai negara utama tujuan ekspor saat ini menghentikan permintaan pengiriman batubara asal Jambi karena dampak krisis ekonomi Eropa melanda India.
Kepala Sekretariat Asosiasi Pengusaha Batubara Indonesia (APBI) Provinsi Jambi, Nurhadi kepada wartawan di Jambi, Senin (25/6) mengatakan, ada banyak persoalan yang menyebabkan India menghentikan sementara permintaan impor batubara dari Jambi.
Disebutkan, krisis ekonomi di Eropa telah berdampak kepada perekonomian India. Sebagian besar industri dan pembangkit listrik yang selama ini menggunakan bahan bakar batubara dari Jambi tengah mengurangi produksi, bahkan ada juga yang berhenti produksi.
“Persoalan lain muncul. Nilai tukar mata uang India rupee terhadap Dolar Amerika Serikat (USD) anjlok. Sebelumnya, USD 1 dinilai sekitar 40 rupee, namun saat ini nilai tukar mata uang tersebut turun sekitar 25 persen menjadi lebih dari 50 rupee,”katanya.
Disebutkan, pembayaran batubara Jambi menggunakan dolar, sehingga para importir India harus membayar lebih mahal untuk setiap kontrak pembelian batubara yang telah ditandatangani beberapa bulan lalu.
“Barangkali, karena kondisi demikian akhirnya para pengusaha India menghentikan impor batubara dari Jambi,”ujarnya.
PT Bumi Borneo Inti (BBI) Eko Harwanto menyatakan, para pengusaha juga menahan diri untuk mengekspor batubara keluar negeri. Pasalnya, harga batubara Jambi saat ini anjlok. “Beberapa bulan lalu, harga batubara Jambi di pasaran internasional setiap ton bisa mencapai Rp 350 ribu ke atas. Sekarang ini harganya berkisar Rp 200 ribu atau Rp 250 ribu,” katanya.
Dengan harga tersebut, dipastikan biaya operasional tidak tertutupi. Untuk hauling (angkutan) memakan biaya Rp 105 ribu per ton, belum lagi biaya sewa alat berat, BBM, gaji pegawai, biaya lain-lain, jelas dengan harga sebesar itu dan akan merugi.
Manajer pelabuhan batubara di Desa Kemingking Dalam, Kecamatan Tamanraja, Muarojambi, Rizal Andikari, menyatakan saat ini nyaris tidak ada aktivitas pemuataan batubara ke kapal tongkang untuk dibawa keluar negeri.
“Kalau di awal tahun, rata-rata per bulan kita memuat sekitar 40 ribu ton batubara ke ponton untuk dikirim ke India. Terakhir kami memuat 30 ribu ton pada bulan April lalu. Namun, di bulan Juni ini kita baru memuat 5 ribu ton, itu pun untuk keperluan dalam negeri,”katanya.
Menurut Rizal, saat ini pihaknya mengistirahatkan para karyawan. Meski tidak bekerja, namun pihak perusahaan tetap membayar gaji mereka. Alat berat yang biasanya digunakan untuk proses muat batubara ke ponton terpaksa disewakan ke pihak ketiga.
“Daripada nganggur dan agar ada pemasukan alternatif untuk perusahaan. Karena tidak ada aktifitas pemuatan ke kapal, batu bara pun menumpuk di pelabuhan-pelabuhan yang berjejer di tepi Sungai Batanghari sepanjang Kemingking dan Kemingking Dalam. Tumpukan batubara sudah menggunung. Kedatangan truk membuat gunung batubara tersebut semakin tinggi. Ada belasan stockpile dan pelabuhan di kawasan ini,”katanya.
Sementara Pihak Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jambi belum memiliki data ekspor batubara bulan Mei dan Juni ini. Menurut Kepala BPS Provinsi Jambi, Ahmad Jaelani, data terakhir yang dimiliki adalah bulan April.
“Itu pun data sementara karena pengolahan data belum selesai. Pada bulan April tersebut, angka sementara jumlah ekspor batubara keluar negeri mencapai 541,331 ribu ton. Ada pun nilainya mencapai USD 21,042 juta,”katanya. RUK
Tidak ada komentar:
Posting Komentar