Panti Asuhan Ibadurrahman Jambi yang beralamat di Jalan Kimaja, Arizona Kecamatan Kotabaru, Kota Jambi. |
H Syamsu Rizal SAg |
Orang yang mendustakan agama adalah orang-orang yang
menghardik anak yatim dan tidak menganjurkan untuk memberi makan orang miskin.
Dengan hal tersebut, maka celakalah bagi orang Muslim yang seperti itu, baik
orang yang taat salat.Orang-orang yang lalai salat dan orang yang berbuat Riya’
serta orang yang enggan untuk saling menolong dengan barang yang berguna.
R MANIHURUK, Jambi
Ungkapan itulah yang menjadi dasar serta pengalaman hidup di
waktu kecilnya, Syamsu Rizal berniat untuk mendirikan sebuah panti untuk
membantu anak-anak yatim piatu dan akan-anak yang keluarganya tidak mampu. Nama
panti itu adalah Panti Asuhan Ibadurrahman Jambi yang beralamat di Jalan
Kimaja, Arizona Kecamatan Kotabaru, Kota Jambi.
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia sebagai makhluk Tuhan
tidak akan lepas dari kehidupan sosial. Kehidupan yang saling membutuhkan satu
sama lainnya. Salah satu sisi kehidupan sosial yang sangat kental dan begitu
terasa pada masyarakat adalah budaya saling menolong.
Dalam kehidupan beragama, saling menolong dalam kebaikan
memang dianjurkan. Artinya, sebagai umat beragama, manusia dituntut bisa
membangun rasa saling menolong dengan peduli antar sesama, baik itu antar
agama, antar suku, antar ras, maupun antar kehidupan berbangsa dan bernegara.
Dewasa ini, manusia mungkin sudah mulai gersang mendengar,
bahkan menyaksikan kepedulian antar sesama dalam kehidupan keseharian. Di
tengah masyarakat yang heterogenitasnya begitu luas ditambah dengan kesibukan
sehari-hari, tidak jarang kepedulian antar sesama itu sudah mulai terkikis.
Bagi sebagian orang, mungkin menjadi pengurus ataupun
sebagai kepala panti asuhan tiu bukanlah hal yang mudah. Namun berkat keyakinan
dan juga kesabaran dari Syamsu Rizal, ternyata hal tersebut mampu dilewatinya.
Di usianya yang saat ini sudah lewat setengah abad ini Syamsu masih menikmati
waktu untuk mengurusi anak-anak yatim piatu dan anak yang tidak mampu.
Syamsu merupakan pria asli dari Sumatera Barat. Sejak kecil
Syamsu tinggal bersama keluarganya di sana. Namun siapa sangka, ketika Syamsu
masih duduk di bangku sekolah dasar tepatnya kelas tiga, ternyata ayah Syamsu
meninggal dunia.
“Dulu waktu ayah saya meninggal, saya berhenti sekolah, dan
saya merasakan betul bagaimana rasanya putus sekolah, sedih sekali,” ungkap Syamsu.
Namun di balik kenyataan itu, ternyata rasa kepedulian dari
orang lain masih bisa dirasakan oleh Syamsu. Masih ada tangan yang rela dan
ikhlas untuk memberikan bantuan kepada Syamsu.
Hingga akhirnya, karena adanya belas kasihan dari orang,
akhirnya Syamsu dibawa ke Jambi untuk bisa bersekolah di PGA Jambi tepatnya
pada tahun 1972.
Berprofesi sebagai Tenaga Guru
Setelah selesai sekolah, Syamsu memutuskan untuk merantau ke
Medan untuk berkerja di sana. Selain itu Syam juga pernah pergi ke Pematang
Siantar. Di daerah orang, yang dilakukan Syamsu bermacam-macam.
Mulai dari bekerja buruh, bahkan juga pernah menjadi penarik
becak. Setelah itu Syamsu kembali lagi ke Jambi pada tahun 1980 untuk bekerja
sebagai tenaga guru honor di salah satu Madrasah.
Berkat kegigihannya dalam bekerja, pada tahun 1983 Syamsu
diangkat menjadi pegawai negeri. Setelah menjadi pegawai negeri, Syamsu
ditugaskan untuk mengajar di Madrasah Muhammadiyah.
“Sewaktu saya menjadi tenaga pengajar, saya melanjutkan
pendidikan kuliah di salah satu universitas yang ada di Jambi dengan jurusan
pendidikan Agama Islam. Masa kuliah kurang lebih selama tujuh tahun yaitu mulai
dari tahun 1983 sampai dengan 1990. Namanya juga mengajar sambil kuliah jadi
proses kuliah saya cukup lama,” ujar Syamsu Rizal.
Berhati Mulia Mengasuh Anak Yatim Piatu
Setelah menjadi tenaga pengajar, ternyata di Madrasah
Muhammadiyah itu ternyata membuka panti, tepatnya berlokasi di daerah Sungai
Gelam. Kemudian Syamsu ikut menjadi pengurus anak-anak panti dari tahun 1994
sampai dengan tahun 2005.
Pada tahun 2005 tersebut Syamsu berhenti menjadi pengurus
panti, karena Syamsu ditugaskan untuk bekerja di kantor Departemen Aagama Kota
Jambi.
Karena pindah tugas, akhirnya Syamsu juga pindah lokasi
rumah. pada waktu itu anak Syamsu sekolah di Jawa, kemudian ada yang sekolah di
pondok pesantren bersama ibunya di daerah Sungai Gelam karena di daerah
tersebut Syamsu dan istrinya mendirikan sebuah sekolah taman kanak-kanak yang
sampai saat ini masih dipegang oleh sang istri.
“Akhirnya saya sendirian di rumah, karena tanggung jawab
dari tugas. Kemudian saya mengajak tujuh anak dari panti asuhan yang dari
Sungai Gelam untuk saya asuh sambil saya sekolahkan,” ujar Syamsu.
Kemudian pada bulan April tahun 2007, Syamsu dilantik
menjadi Kepala Sekolah dari Madrasah Aliyah Mahdaliah. Ketika dilantik menjadi
kepala Madrasah, ternyata kepercayaan dari masyarakat masih tertuju kepada Syam
sebagai pengurus panti asuhan yang ada di Sungai Gelam.
Banyak tokoh masyarakat dan juga kepala desa yang mengantar
anak kepada Syamsu Rizal. Kemudian Syamsu menyarankan kepada masyarakat
tersebut agar mengantar anak ke panti asuhan yang di Sungai Gelam, tapi mereka
menolak.
Karena kepercayaan dari masyarakat, akhirnya Syam pun
menerima kedatangan anak tersebut. Yang mulanya Syam hanya bersama tujuh anak,
kemudian menjadi 28 anak yang tinggal bersamanya.
“Setelah saya nerima anak itu, saya berpikir darimana uang
makan anak ini karena jumlahnya banyak, sayakan bukan orang kaya,” ujar Syamsu
sembari tersenyum.
Mendirikan Yayasan Panti Asuhan
Setelah banyaknya anak yang diasuh, Syamsu mendapatkan saran
dari kawan-kawannya untuk mendirikan sebuah panti. Akhirnya Syamsu merundingkan
saran tersebut bersama dengan keluarganya.
Sejak saat itulah, Syamsu mulai mendirikan panti asuhan
untuk anak-anak yatim, piatu, yatim piatu dan anak-anak yang keluarganya kurang
mampu tepatnya pada tahun 2007. Panti asuhan tersebut diberi nama Panti Asuhan
Ibadurrahman.
“Saya mendirikan panti ini terkandung niat bahwa yang paling
utama adalah untuk ibadah dan yang kedua adalah saya mengingat bahwa sewaktu
ayah saya meninggal dulu, hidup saya banyak dibantu orang makanya saya juga
ingin membantu banyak orang, khususnya untuk anak-anak yang tidak bisa
melanjutkan sekolah,” ujar Syamsu.
Oleh karena itu, jika ada ada anak yang ingin bersekolah
atau putus sekolah karena masalah ekonomi keluarga, maka anak itulah yang
ditampung. Dengan tujuan agar anak tersebut bisa untuk melanjutkan pendidikan
sekolahnya. Dalam hal ini, visi yang terkandung pada panti asuhan ini adalah
untuk memberikan pendidikan kepada anak minimal sampai dengan tamah SMA atau
sederajat.
Gadaikan Tanah
Demi rasa kemanusiaan, Syamsu rela menggadaikan tanahnya
hanya demi mempertahankan keberadaan Panti Asuhan tersebut. Setelah panti
tersebut berdiri, banyak kendala yang dirasakan oleh Syamsu, terutama masalah
dana. Ketika pada tahun pertama, dimana panti milik Syamsu belum terlalu
dikenal banyak orang.
Kemudian karena membutuhkan biaya untuk memenuhi kebutuhan
dan biaya sekolah anak-anak panti, akhirnya Syamsu meminjam dana kepada anggota
Majelis Taklim.
Kemudian Syamsu diberikan dana. Syamsu berjanji untuk
mengembalikan dana tersebut. Tapi di luar dugaan, lewat dari sebulan ternyata
Syamsu belum bisa memenuhi janjinya untuk membayar uang yang telah dipinjam
sesuai dengan batas yang sudah Syamsu tentukan.
“Karena belum mampu membayar, akhirnya saya temui salah satu
pengurus Majelis Taklim dengan membawa sertifikat tanah saya. Tujuannya tidak
lain adalah untuk menebus hutang yang telah saya pinjam sebelumnya,” papar
Syamsu.
Setelah memberikan sertifikatnya, Syamsu berpikir dan juga
berdoa. Apabila kerja sebagai pengurus panti memang betul tolong dibantu, namun
jika sebaliknya maka beri tanda untuk dibubarkan saja.
Setelah itu, selang beberapa hari kemudian, ternyata datang
keluarga besar dari Fakultas Hukum Universitas Batanghari (Unbari) datang ke
panti untuk memberikan bantuan yang berupa sembako dan bantuan dana. Bantuan
tersebut berjumlah kurang lebih sekitar Rp 10 juta. Kemudian Syamsu langsung
menemui pengurus Majelis Taklim untuk membayar hutang.
“Baru saya duduk, ibunya langsung bilang kalau sertifikat
tanah saya itu tidak ada yang berminat untuk membelinya. Lalu ibu tersebut
mengatakan agar saya tidak usah karena sudah ada seorang hamba Allah yang
membayar utang bapak tersebut. Saya pun merasa tertegun karena ternyata doa
saya didengar oleh Allah,” ucap Syamsu.
Berkat kejadian-kejadian itulah, Syamsu merasa bahwa jika
sesuatu yang dilakukan atas dasar keyakinan kepada Allah, maka Allah akan
selalu membantu. Sejak saat itulah, Syamsu terus melanjutkan untuk mengurus
panti asuhan.
Selalu Ada Rezeki buat Anak Panti Asuhan
Semakin berkembang, ternyata banyak sumbangan dari para
dermawan. Mulai dari undangan untuk anak di berbagai acara. Kemudian juga ada
hamba Allah yang meminta nomor rekening rumah, yaitu untuk membantu biaya
pembayaran listrik dan air.
“Kalau menurut saya ada banyak hal cerita yang tak terduga,
dan itu semua berkat bantuan dan juga keyakinan terhadap Allah SWT. Apabila
terdesak, pasti ada jalan keluar yang terpenting niatnya baik,” ujar Syamsu.
Syamsu juga mempunyai keyakinan, bahwa dari setiap kebutuhan
yang dibutuhkan oleh anak-anak panti pasti ada rezekinya. Apalagi ketika panti
asuhan ini direkomendasikan di salah satu televisi lokal Jambi. Setelah
ditampilkan di televisi ternyata pengaruhnya sangat besar. Bahkan ada bantuan
dari daerah lain, seperti dari Linggau dan juga Bayung Lincir langsung datang
ke lokasi panti.
Dalam hal ini, Syamsu menerima anak bukan hanya anak dari
kabupten yang ada di Jambi. Tetapi Syamsu juga menerima anak dari daerah lain
seperti dari Sumatera Barat, Bengkulu dan dari Lampung.
Hal ini disebabkan karena kriteria anak yang ditampung di
panti ini bukan anak yatim, piatu dan yatim piatu. Tetapi lebih untuk anak yang
tidak mampu, terancam putus sekolah atau bahkan putus sekolah hanya karena
masalah ekonomi. Oleh karena itu, perbandingan antara anak yatim hanya 25
persen jika dibandingkan dengan anak yang dari keluarga tidak mampu.
Pola asuh yang diutamakan oleh Syamsu memang untuk anak-anak
panti adalah untuk melanjutkan sekolah. Namun jika seusai sekolah, hal yang
paling utama adalah memberikan pelajaran dan pendidikan tentang agama.
Yaitu masalah salat dan mengaji. Oleh karena itu, jika ada
anak panti yang melanggar peraturan, maka akan dihukum untuk menulis ayat yang
ada dalam Al-Qur’an. Tujuannya adalah agar anak tersebut bisa mengerti serta
memahami bahkan menghafal dari yang sudah ditulis.
Kiat Syamsu Rizal Tabah Mengasuh Anak Panti
Saat ini, jumlah anak-anak yang berada di panti saat ini
mencapai 155 orang. Ada 24 orang anak yang berada di luar panti. Maksud berada
di luar panti itu adalah anak masih ikut dengan orangtuanya, tapi karena
masalah ekonomi maka tiap bulan dibantu dalam bentuk sembako dan juga bantuan
untuk pendidikan sekolah. Dengan banyaknya jumlah anak yang diasuh, Syamsu
mempunyai cara tersendiri untuk menghadapinya.
“Bagi Syamsu, untuk orang yang optimis dan mempunyai
keyakinan serta kreativitas yang kuat akan berani mencoba untuk membuat hal-hal
yang positif. Jika sudah yakin maka akan merasa siap. Karena dibalik itu semua
setiap ada kesusahan pasti ada jalan keluar selagi kita mau berusaha, dengan
niat hanya untuk Allah, selain itu juga bahwa sebaik-baiknya manusia adalah
yang bermanfaat untuk sesama,” ungkap Syamsu.
Harapan Syamsu ke depan adalah ingin membeli tanah untuk
membuat gedung baru untuk anak-anak panti. Karena banyaknya jumlah anak yang
masuk ada dalam panti asuhan saat ini sudah melebihi kapasitas.
Di mana yang semula hanya dibatasi sekitar 40 orang,
ternyata anak yang datang sekitar 120 orang. Oleh karena itu selain dari dua
gedung panti yang ada, yaitu gedung cewek dengan cowok yang terpisah, akhirnya
Syamsu juga menyewa ruko untuk ditempati anak-anak tersebut.
Anak Panti Berprestasi
Berkat keyakinan dan niat yang baik dari Syamsu, ternyata
pendidikan yang diterapkan mempunyai hasil. Yaitu dari beberapa anak asuhnya
bisa memberikan prestasi terbaik. Hal ini terlihat dari sederet piala yang ada.
Tiga di antara anak yang lain yang mendapatkan prestasi
adalah Aprilia mendapat juara menari, Musdalifah mendapat juara hafalan
ayat-ayat pendek dan Mawarni mendapatkan juara lomba voli. Lomba tersebut masih
dalam batas kota yaitu lomba antar panti asuhan yang ada di Jambi.
Mereka pun mengungkapkan tentang pengalaman berada dalam
panti adalah bisa saling berbagi, bisa saling memahami antar anak yang satu
dengan yang lain, banyak teman, kebersamaan yang kuat, yang tidak tau jadi tau
dan juga bisa saling bersosialisasi dengan baik.
Mereka pun berharap, agar nantinya bisa selalu memberikan
yang terbaik. Karena walaupun mereka berasal dari keluarga yang tidak mampu,
tapi keinginan mereka untuk selalu menjadi yang terbaik itu tampak terlihat.
Oleh karena itu, keinginan mereka tersebut akan diupayakan dengan keseriusan
dalam belajar, baik untuk pendidikan umum maupun dalam pendidikan keagamaan.(*/lee)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar