NAIK: Debit Sungai Batanghari tampak naik berdasarkan Stasiun
Duga Air Automatik (AWLR) Sungai Batanghari milik Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Jambi di Taman Tanggo Rajo, Kota Jambi,
Kecamatan Pasar, Kota Jambi, Senin (8/12) sore,
menunjukkan, luapan Sungai Batanghari sudah mencapai 13,45 meter atau
masuk status siaga. ROSENMAN MANIHURUK/HARIAN JAMBI
Lima Orang Warga Jambi Tewas Terseret Luapan Sungai
Batanghari
JAMBI-Pemerintah daerah dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD), baik tingkat kota maupun provinsi dinilai abai terhadap warga
yang kini menjadi korban banjir. Hingga kini belum ada kunjungan Walikota Jambi
dan Gubernur Jambi kepada warga korban banjir, meski belum ada yang mengungsi.
Sementara luapan air Sungai Batanghari semakin tak
terkendali menyusul tingginya curah hujan di Provinsi Jambi selama dua pekan
ini. Tidak terkendalinya luapan Sungai Batanghari tersebut membuat banjir
melanda Kota Jambi dan beberapa kabupaten di Provinsi Jambi. Banjir yang melanda
daerah itu sepekan terakhir telah menelan lima orang korban jiwa, merusak
ratusan hektare sawah, menghancurkan beberapa unit jembatan dan bangunan.
Pantauan Harian Jambi di Kota Jambi Senin (8/12) sore,
ribuan rumah warga terisolir akibat banjir. Rumah warga yang terisolir akibat
banjir tersebar di Kelurahan Tahtul Yaman, Kecamatan Pelayangan, Kelurahan
Mudung Laut, Kecamatan Danauteluk, Seberang Kota Jambi serta Kelurahan Legok,
Penyengat Rendah dan Sipin, Kecamatan Telanaipura.
Seluruh jalan lingkungan di empat kelurahan yang berada di
dua kecamatan tersebut terendam banjir. Akibatnya warga harus menggunakan
sampan untuk melakukan kegiatan di luar rumah.
Maryati (30), warga Kelurahan Legok, Kecamatan Telanaipura,
Kota Jambi mengatakan, Dia dan keluarga sudah sepekan menggunakan sampan untuk
melakukan aktivitas di luar rumah karena halaman rumah mereka terendam banjir.
Mereka belum mengungsi karena masih bisa bertahan di rumah
bertiang atau rumah panggung. Namun kendaraan sepeda motor mereka sudah
diungsikan. Kemudian keluarga Maryati juga sudah membuat balai-balai di dalam
rumah mengantisipasi terus naiknya banjir.
“Banjir semakin tinggi akibat terus meluapnya Sungai Batanghari. Kami khawatir, banjir akan menggenangi rumah kalau luapan sungai naik rata-rata 5 centimeter setiap hari hingga akhir pekan ini. Karena itu kami mengungsikan sepeda motor dan membuat balai-balai di rumah untuk tempat barang-barang berharga. Kalau banjir sudah masuk rumah, kami harus mengungsi. Hingga kini belum ada kunjungan Walikota Jambi ataupun Gubernur Jambi. Mungkin kalau kami sudah terendam banjir dan mengungsi baru akan dikunjungi,”katanya.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jambi, Arief Munandar di Jambi, Senin (8/12) menjelaskan, pihaknya sepekan ini meningkatkan kesiagaan menghadapi bencana banjir. Kesiagaan tersebut dilakukan menyusul terus meluapnya Sungai Batanghari serta terus bertambahnya korban jiwa akibat terseret banjir di daerah itu
.
“Berdasarkan laporan yang kami terima dari BPBD kabupaten sepekan ini, sudah ada lima orang warga yang tewas terseret banjir. Satu korban tewas akibat banjir tersebut di Merangin, satu orang di Batanghari, satu orang di Kerinci dan dua orang di Bungo. Kemudian sedikitnya 250 hektare padi di Jambi gagal panen akibat banjir. Sedangkan kerugian akibat banjir bandang di Jambi sepekan terakhir mencapai Rp 4,5 miliar,”katanya.
“Banjir semakin tinggi akibat terus meluapnya Sungai Batanghari. Kami khawatir, banjir akan menggenangi rumah kalau luapan sungai naik rata-rata 5 centimeter setiap hari hingga akhir pekan ini. Karena itu kami mengungsikan sepeda motor dan membuat balai-balai di rumah untuk tempat barang-barang berharga. Kalau banjir sudah masuk rumah, kami harus mengungsi. Hingga kini belum ada kunjungan Walikota Jambi ataupun Gubernur Jambi. Mungkin kalau kami sudah terendam banjir dan mengungsi baru akan dikunjungi,”katanya.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jambi, Arief Munandar di Jambi, Senin (8/12) menjelaskan, pihaknya sepekan ini meningkatkan kesiagaan menghadapi bencana banjir. Kesiagaan tersebut dilakukan menyusul terus meluapnya Sungai Batanghari serta terus bertambahnya korban jiwa akibat terseret banjir di daerah itu
.
“Berdasarkan laporan yang kami terima dari BPBD kabupaten sepekan ini, sudah ada lima orang warga yang tewas terseret banjir. Satu korban tewas akibat banjir tersebut di Merangin, satu orang di Batanghari, satu orang di Kerinci dan dua orang di Bungo. Kemudian sedikitnya 250 hektare padi di Jambi gagal panen akibat banjir. Sedangkan kerugian akibat banjir bandang di Jambi sepekan terakhir mencapai Rp 4,5 miliar,”katanya.
Menurut Arief Munandar, BPBD Provinsi Jambi dan BPBD
kabupaten/kota di provinsi itu sudah membentuk pos – pos komando (posko)
penanggulangan banjir. Puluhan tenda pengungsi sudah disiapkan di setiap daerah
rawan banjir. Kemudian BPBD Jambi juga sudah menyiapkan bantuan pangan,
obat-obatan, pakaian dan dapur umum. Seluruh bantuan tersebut siap disalurkan
jika warga mengungsi.
Sementara itu pantauan Harian Jambi di Stasiun Duga Air
Automatik (AWLR) Sungai Batanghari milik Dinas Permukiman dan Prasarana Wilayah
(Kimpraswil) Provinsi Jambi di Taman Tanggo Rajo, Kota Jambi, Kecamatan Pasar,
Kota Jambi, Senin (8/12) sore,
menunjukkan, luapan Sungai Batanghari sudah mencapai 13,45 meter atau
masuk status siaga. Luapan sungai itu meningkat 18 cm dibandingkan Rabu (3/12)
sekitar 13,15 meter.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Jambim Ridwan mengakatan, bila luapan Sungai Batanghari naik menjadi 13,83 meter, kondisi banjir di Kota Jambi masuk status Siaga I. Bila banjir sampai mencapai status Siaga I, ribuan warga Kota Jambi yang kini terkepung banjir harus diungsikan.
“Mengantisipasi pengungsian warga, BPBD Kota Jambi sudah
menyiapkan beberapa lokasi pengungsi, yakni di Telanaipura dan di Legok. Saat
ini kami masih terus memantau permukiman warga yang terkepung banjir. Bila
rumah warga terendam hingga ke dalam rumah, warga akan segera
diungsikan,”katanya. (lee)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar