Jenajah korban kebakaran Jhoni (12) meninggal dunia, Jumat (5/10) sore di RS DKT Jambi. Sementara ibunya Kartini (50) tewas di TKP saat kejadian Rabu (3/10). Foto batakpos/rosenman manihuruk |
Korban kebakaran Sukarto (40), masih dirawat di RS DKT Jambi. Foto batakpos/rosenman manihuruk |
Korban kebakaran Sukarto (40), masih dirawat di RS DKT Jambi. Foto batakpos/rosenman manihuruk |
Korban Jhoni Akhirnya Meninggal
Jambi, BATAKPOS
Polisi belum menetapkan tersangka dalam kasus ledakan pipa minyak pertamina yang terjadi di di KM 219, Dusun Dua Simpang Bayat, Desa Sri Maju, Kecamatan Bayung Lincir, Kabupaten Musi Banyu Asin, Provinsi Sumatera Selatan yang berbatasan dengan Provinsi Jambi Rabu (3/10) pagi.
Hingga Jumat (5/10) sore sembilan korban masih dirawat dintensif RS DKT Jambi. Korban itu yakni Rosdiana (29), Rikiah (21), Sandi (28), Aprilazi (13), Arzandi (33), Paldianto (32), Sukarto (40), Rebo (60), Sukri (23).
Sementara jumlah korban yang tewas dalam kejadian itu berjumlah tujuh orang. Korban yang meninggal dalam perawatan medis di rumah sakit DKT dan MMC Jambi yakni yakni Jhoni (12), Alfian Sauri (40), Agus (20), Andri Wibawa. Sementara korban tewas dilokasi kejadian yakni Egi bin Narto (18), Kartini (50) dan Ahmad Andi Galip (13).
Satu dari dua orang anak yang jadi korban yakni Jhoni (12) meninggal dunia, Jumat (5/10). Sementara korban Aprilazi (13) ditangani medis lebih intensif. Menurut Kepala IGD RS Dr Bratanata dr Agus, semua pasien yang masuk sudah ditangani dengan serius melalui pertolongan pertama.
Kapolres Musi Banyuasin (Muba) AKBP Toto Wibowo kepada wartawan di Polres Muba, Jumat (5/10) mengatakan, hingga kini polisi masih menyelidiki penyebab ledakan pipa pertamina tersebut. Dugaan sementara ledakan itu dipicu aksi pencurian minyak mentah dari pipa Pertamina.
AKBP Toto mengakui angka pencurian minyak mentah di wilayah hukum Pores Muba sangat tinggi. Disebutkan, pabrik minyak di tengah kebun karet seperti ditemukan dilokasi kejadian jumlahnya sangat banyak.
“Di sekitar sini saja bisa lebih dari 50. Ini yang kecil. Bahkan sudah ada koperasi yang khusus mengurus penyulingan minyak ini. Pabrik tersebut juga sudah mendapat rekomendasi dari Pemkab Muba untuk mengurus izin ke Dirjen Migas,”katanya.
Menurut Kapolres Muba, dari pengakuan pelaku, minyak diambil dari sumur tua hanya modus. Pada kenyataannya, tidak sedikit minyak curian yang diolah. Pengakuan yang hampir senada disebutkan Beni Hernedi, Wabup Muba.
Beni mengakui sudah ada Koperasi bernama Salam Desa, yang mengelola penyulingan minyak ini. Namun ia membantah jika pihaknya sudah memberi izin, karena yang diberikan pemkab hanya sebatas rekomendasi.
Menurut Beni, aktivitas penyulingan minyak di tengah kebun ini bukan lah hal baru. Melainkan sudah ada sejak puluhan tahun lalu. Wabup yang juga mengaku lahir dari daerah ini, mengatakan sudah melihat pengolahan minyak itu sejak ia masih kecil.
Seorang petugas Pertamina yang meminta identitasnya tidak dituliskan mengatakan, angka pencurian minyak mentah memang luar biasa tingginya. Terutama di ruas pipa yang membentang dari Tempino - Sungai Lilin. Dari pipa yang membentang sepanjang sekitar 170 km ini, 68 ribu barel minyak mentah raib setiap bulannya.
“Kalau dihitung, mungkin setiap 50 meter sudah ada kebocoran yang diakibatkan pencurian. Kerugian ya sekitar Rp 8 miliar per bulan,”katanya.
Sementara itu petugas dari PT Elnusa sejak Kamis (4/10) telah mengambil minyak mentah di beberapa lubang yang ada di tempat kejdaian dengan menggunakan alat penyedot minyak. Minyak mentah ini dialirkan ke mobil tanki yang bisa menampung 45 barrel atau 12 ribu liter minyak mentah.
Menurut Supervisor Pengawas Lapangan PT Elnusa, Makmun, minyak mentah disedot untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. Di lokasi kejadian, memang masih ada beberapa lubang yang berisi minyak mentah.
“Walaupun sudah padam, potensi terjadinya kebakaran cukup besar dikarenakan masih ada beberapa lubang berisi minyak mentah,”katanya.
Sementara Pangdam II Sriwijaya Mayor Jenderal Nugroho Widyotomo dongkol dengan kejadian ledakan pipa pertamina tersebut. Pangdam menunjukkan rasa kesalnya karena permainan minyak secara illegal terus dibiarkan bertahun-tahun.
Pangdam meninjau langsung TKP didampingi Kapolres Muba, Toto Wibowo, Wabup Muba Beni Hernedi, dan Camat Bayung Lincir Demon Hardian.
Mereka beranjak dari Dusun Sri Maju, meluncur ke arah Palembang. Sekitar 3 km dari lokasi kebakaran, berbelok masuk ke sebuah jalan yang lebih kecil. Kurang 1 km dari jalan lintas Jambi - Palembang, mobil Pangdam berhenti di depan sebuah kebun karet.
Dari pinggir jalan langsung terlihat puluhan drum di dalam kebun karet, di sebelah kiri jalan. “Ini yang saya maksud tadi. Pengolahan minyak yang seperti dibiarkan saja,”ujar Pangdam menunjuk dengan tongkat komando di tangan kanannya.
Di Desa Bayat Ilir, masih di Kecamatan Bayung Lincir, nama lokasi pengolahan minyak mentah tersebut, tak ubahnya pabrik kecil. Ditempatkan di alam terbuka. Setidaknya ada 55 drum di dalam kebun karet tersebut. Juga terdapat 4 tedmond (tandon air) berbagai ukuran di dekat pondok pekerja.
Menurut Pangdam II Sriwijaya, mestinya kasus ini diusut tuntas. Pasalnya kasus ini terjadi di depan mata petugas, baik polri maupun TNI. Pembiaran atas hal seperti ini, dikatakannya, seharusnya tak terjadi.
“Pengusutan tidak bisa setengah-setengah. Penindakan juga harus menyentuh hingga ke penampung besar dari minyak-minyak curian tersebut. Apalagi Pertamina diketahui mengalami kerugian hingga miliaran rupiah per bulan akibat pencurian minyak mentah,”katanya.
“Saya datang ke sini karena ini (minyak) adalah aset nasional. Harus diselamatkan. Kebakaran yang menelan korban jiwa ini seharusnya menjadi pelajaran penting. Apalagi pencurian seperti ini sudah turun temurun di wilayah Muba sehingga terkesan ada pembiaran dari pihak berwajib,”katanya. RUK
Tidak ada komentar:
Posting Komentar