Halaman

Selasa, 18 Februari 2014

Menghitung Cepat Dengan Aritmatika Sempoa



 
Neti, Kepala Cabang Aritmatika Sempoa Jambi

 Hadirnya kalkulator, memanjakan pelajar untuk dapat menghitung dengan cepat tanpa berpikir. Namun ada cara lain yang bisa digunakan agar otak anak tetap terasah. Hal tersebut adalah melatih berhitung dengan aritmatika sempoa.


KAHARUDDIN, Jambi

Banyak hal yang harus dilakukan orang tua untuk meningkatkan mutuh pendidikan anaknya.
Mental aritmatika adalah suatu program yang dapat membuat seorang anak mampu menghitung dengan cepat, tanpa bantuan alat apapun.

Menghitung menggunakan teknik aritmatika dalam hal ini hanya membutuhkan daya ingat yang kuat. Menghitung aritmatika hanya semata-mata menggunkan pikiran dan otak. Tingkat kecepatan menghitung dengan pola aritmatika dapat tiga kali lebih cepat dari mesin hitung elektronika atau biasa dikenal dengan sebutan kalkulator.

Neti, Pemimpin Yayasan  Aritmatika Indonesia Cabang Jambi, yang beralamat di Jalan Gajah Mada Jelutung Kota Jambi ini mengatakan, selai digunakan untuk dapat menghitung dengan cepat, aritmatika ini juga dapat membentuk karakter anak. Selanjutnya, juga dapat mengoptimalkan kemampuan dan potensi otak anak.

Kemudian, dapat membentuk sifat dan keperibadian anak dalam masa pertumbuhan, membina minat anak pada pelajaran matematika dan membuat lingkungan sekolah menjadi menarik bagi anak.

"Mental aritmatika memberdayakan otak kiri dan kanan. Hal itu sangat membantu dalam rangka pencapain prestasi yang lebih tinggi serta mempunyai olah pikir yang kreatif," ujarnya.

Dikatakannya, bahwa yang mengikuti kursus mental aritmatika ini pun beragam. Ada yang dari TK, SD dan SMP. Namun, kebanyakan yang mengikuti kursus adalah anak-anak SD. Untuk usia yang dibolehkan mengikuti kursus mental aritmatika ini, usia efektif adalah dari usia 6 hingga 12 tahun. Usia ini dikatakan efektif, karena pada usia tersebutlah pola pikir anak akan terbentuk.

“Pada usia ini, pemikiran anak belum terlalu padat. Sehingga masih sangat mudah menghafal dan menerima apa yang diajaarka oleh gurunya. Jika sudah berusia lebih dari 12 tahun, anak-anak sudah susah untuk mengingat, apalagi pemikiran mereka hanyalah bermain," ujarnya.

Alat Bantu Sempoa

Pada tahap awal latihan mental aritmatika memakai alat bantu sempoa (abacus) atau nyata, yang sudah dimodifikasi dengan biji 1:4, yang mempunyai bentuk, bunyi dan warna. Kemudian, beralih pada sempoa bayangan yang tidak memiliki bentuk bunyi dan warna.

Setelah anak menghapal semua bilangan yang ada pada sempoa, maka anak-anak tidak lagi menghitung menggunakan sempoa. Anak cukup membayangkan sempoa kemudian menjumlahkan soal yang ada dihadapannya.

"Jadi setelah anak menghafal isi sempoa, anak tidak lagi perlu menggunakan sempoa. Cukup membayangkan sempoa dalam menjumlahkannya," paparnya.


Aktifkan Otak Kiri dan Kanan

Kedua belah otak manusia memiliki fungsi masing-masing. Otak kiri, berfungsi sebagai sequence (mengikuti aturan), analysis (analisa), linear (terarah/lurus), maths (matematika), language (bahasa), word of songs (kata-kata dalam lagu), verbal (perkataan), faacts (kenyataan),  think of words (berfikir dengan kata-kata), computation (penghitungan), logic (Logika).
                                                                                        
Sementara, otak kanan berfungsi sebagai wholistic (menyeluruh), intuition (faham tanpa berfikir), creative (kreatif), arts-motor skill (seni), rhytm (ritme/ irama), tune of songs (irama dan lagu), non verbal (tanpa perkataan), feeling (perasaan), think of picture (berfikir dengan gambar), daydreaming (angan-angan), imagination (imajinasi). 

Dalam hal ini, otak kiri lebih cenderung digunakan oleh anak, tanpa memanfaatkan otak kanan. Dengan latihan aritmatika ini, seorang anak akan dilatih untuk memfungsikan keduanya.

Selain dapat mengitung dengan tepat dan cepat, belajar mental aritmatika ini juga dapat membantu kelancaran anak dalam menyerap mata pelajaran lainnya. Karena, melalui latihan ini, anak akan didorong untuk dapat memfungsikan otak kanan dengan baik. Sehingga, pelajaran apapun yang dipelajarinya akan muda meresap ke dalam otak anak.

“Karena biasanya otak kanan sangat jarang digunakan. Dengan belajar mental aritmatika, maka semua akan difungsikan. Dengan demikian, daya pikir anak akan terbuka dan daya ingat anak menjadi kuat. Jadi banyak sekali manfaat belajar mental aritmatika ini," ujarnya.

Dengan memfungsikan otak kanan dengan baik, ini akan berguna bagi masa depan anak. Karena dengan memfungsikan otak kanan, anak dapat lebih cepat menghitung dalam negosiasi bisnis atau usaha. Selanjutnya, seseorang tersebut juga akan lebih cepat menganalisa laporan dalam angka. Misalnya laporan keuangan biaya penjualan, biaya produksi dan yang berkenaan hal berhitung lainnya. Anak menjadi lebih percaya diri, lebih tekun dan lebih kreatif dalam menciptakan ide-ide.

"Anak-anak yang mengikuti kursus mental aritmatika ini mempunyai pemikiran yang cemerlang, dan cerdas," tegasnya.(*/poy)
****


Terapkan Mental Aritmatika

Aritmatika memang cenderung terhadap pelajaran matematika. Namun, mental aritmatika bukanlah matematika secara umum.Syafrida, Mentor Mental Aritmatika mengatakan, bahwa  pada latihan mental aritmatika tersebut, hanya akan mengajarkan penambahan, pengurangan dan pekalian matematika saja. Matematika umum yang lengkap seperti adanya pembelajaran terkait  bilangan pecahan dan lain sebagainya tidak diajarkan didalamnya.

ARITMATIKA: Proses latihan menghitung dengan menggunakan metode aritmatika sempoa, di Yayasan Aritmatika Indonesia Cabang Jambi, yang terletak di Jalan Gajah Mada Jelutung Kota Jambi.Foto-foto KAHARUDDIN/HARIAN JAMBI
Mental aritmatika dalam hal ini, difokuskan untuk dapat memperkuat daya ingat anak. Kemudian, anak dapat berkonsentrasi dalam belajar.  Dengan belajar mental aritmatika, anak-anak tidak lagi takut dengan pelajaran matematika.

"Dengan belajar mental aritmatika sempoa, anak  cenderung lebih berprestasi dibandingkan anak yang tidak ikut kursus mental aritmatika," ujarnya. 

Proses pembelajaran mental aritmatika sama seperti pembelajaran lainnya. Dalam latihannya, tetap menggunakan system taatp muka. Namun yang membedakan adalah alat-alat mengajarnya. Dalam mental aritmatika ini, alat yang digunakan adalah sempoa.

Metode yang digunakan adalah metode langsung, yaitu face to face. Di dalam satu ruangan makasimal siswa hanya 10 orang. Karena jika terlalu banyak, akan susah untuk diatur.

“Jadi efektifnya mengajar itu sebanyak 10 anak per local. Mental aritmatika juga seperti sekolah pada umumnya. Dan kursus mental aritmatika ini ada 10 tingkatan. Setiap tingkatan kurang lebih dari 3 bulan, dan diajarkan seminggu satu kali dalam 2 jam," ujarnya.
 
Kunci Pendidikan Matematika

Dikatakan Rini Warti M SI, Dosen Matematika di IAIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi, pengenalan angka pada anak, seharusnya sudah diperkenalkan sejak usia dini, terutama di kalangan keluarga. Menurutnya, kunci untuk belajar matematika ini berasal dari perkalian. Jika anak-anak memahami perkalian, maka semua materi matematika akan mudah dipelajari.

Namun yang menjadi permasalahan saat ini, banyak anak yang kurang memahami pekalian, bahkan nyaris lemah diperkalian. Jika dibandingkan pada zaman dulu, anak-anak SD kelas satu sampai kelas 3 diwajibkan menghafal perkalian. Jika tidak hafal maka anak akan dihukum.

“Tapi sekarang sistem menghukum anak sudah tidak diperbolehkan lagi, bahkan diwajibkan menghafal perkalianpun tidak. Akibanya, anak-anak banyak yang tidak hafal perkalian. Jangankan yang SD, di kalangan mahasiswa saja masih banyak yang tidak hafal," ungkapnya.

Menghadapi hal tersebut, telah banyak lembaga bimbingan belajar yang tersedia, untuk membantu anak dalam mengatasinya. Namun bimbingan tersebut seolah hanya untuk beberapa kalangan saja. Karena biaya yang dikeluarkan untuk bimbingan tersebut pun tergolong mahal.

“Sekarang ini sudah banyak dibuka bimbingan-bimbingan belajar atau kursus menghitung dengan cepat seperti sempoa, mental aritmatika sempoa dan lain sebagainya. Namun tidak semua kalangan masyarakat bisa memasukkan anaknya kursus di sempoa atau aritmatika, karena memasukkan anak kursus butuh uang lebih. Jadi bagi masyarakat yang tidak mempunyai biaya, dianjurkan untuk mengenalkan penghitungan kepada anak-anak di rumah. Seperti menghitung permen satu ditambah satu sama dengan dua permen. Anak seharusnya diperkenalkan menghitung karena angka itu adalah ilmu pasti," ujarnya.

Dilanjutkannya, bahwa aritmatika seharusnya telah diperkenalkan kepada anak sejak usia dini. Ini bertujuan, untuk dapat mempermudah anak ketika telah menginjak bangku sekolah. Anak tidak lagi diperkenalkan dengan angka, namun sudah dapat diperkenalkan dengan metode berhitung.

“Namun untuk pengenalan angka lebih di tekannka di TK dengan cara mewarnai buah. Berbeda dengan zaman dulu, pengenalan angka dilakukan di kelas satu SD. Dulu belajar menghitung menggunakan lidi tapi sekarang tidak lagi," katanya.

Dalam hal ini, Guru Matematika juga harus bisa membaca situasi dan kondisi siswa di kelas. Jika ternyata guru mengajar dalam satu kelas tidak mengetahui kondisi anak, maka anak akan susah untuk menangkap pelajaran.

Di kalangan siswa-siswi juga mempunyai tingkat pemahaman yang berbeda. Jadi, guru dituntut untuk benar-benar membimbing anak-anak belajar matematika, dan terus mengulangnya hingga siswa mengerti dan faham atas apa yang diajarkan.

"Guru juga harus berperan aktif untuk pembelajaran matematika bagi anak yang tidak ikut kursus sempoa, arimatika, dan lain-lain," ujarnya.(khr/poy) (HARIAN JAMBI EDISI CETAK SELASA 18 FEB 2013)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar