JAMBI-Petani padi di Provinsi Jambi enggan menjual hasil
panenya ke Bulog Jambi karena harganya dibawah harga pasar. Kini petani di
Jambi lebih memilih menjual sendiri hasil panennya daripada dijual ke Bulog
Jambi.
Perum Bulog Jambi kini kesulitan dalam memenuhi target
pembelian beras lokal petani Jambi. Rendahnya produksi beras lokal Jambi masih
dipengaruhi oleh kondisi lahan pertanian yang belum memadai.
Kabag Humas Bulog Jambi, David Susanto kepada wartawan,
Minggu (11/1) serapan beras petani lokal Jambi di 2014 tercatat mencapai 1.839
ton. Jumlah ini jauh dari target yang ditetapkan sebesar 3.500 ton.
Sementara untuk pemasok beras lokal paling banyak berasaal
dari Kerinci yang mencapai 1.737 ton dan sisanya dari kabupaten lain. Kata dia,
kondisi lahan pertanian yang belum memadai, membuat produksi beras di Jambi
tidak banyak jika dibandingkan daerah lain.
Jika produksi beras di Jambi banyak, secara otomatis harga
jualnya rendah. Karena produksi beras di Jambi rendah, sehingga memaksa petani
menjual hasilnya dengan harga tinggi.
David menjelaskan, Bulog sendiri membeli beras di kalangan petani sesuai dengan harga yang sudah ditetapkan. Dimana sesuai harga pembelian pemerintah (HPP) yakni sebesar Rp6.600.
David menjelaskan, Bulog sendiri membeli beras di kalangan petani sesuai dengan harga yang sudah ditetapkan. Dimana sesuai harga pembelian pemerintah (HPP) yakni sebesar Rp6.600.
“Harga beras di petani Jambi tinggi. Sementara itu kita
membeli beras di petani harus sesuai HPP, kalau petani tidak mau menjual dengan
harga yang kita tawarkan, kita tidak bisa memaksa," terangnya.
Kondisi itulah, kata dia, yang menjadi kendala Bulog Jambi
tidak pernah mencapai target serapan beras petani lokal. (lee)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar