Kasus Perampokan di Taksi, Blue Bird
Jakarta-Blue Bird mengambil tindakan tegas pada Sutrisno
atau Trisno (41). Otak perampokan di taksi Express curian itu dipecat sebagai sopir
Blue Bird. Demikian juga rekan Trisno, Agus yang juga sopir di perusahaan
berlambang burung itu.
“Secara otomatis mereka sudah dipecat. Siapapun yang
terlibat kasus pidana, otomatis dipecat. Saat ini otomatis status Trisno adalah
eks sopir taksi Blue Bird," jelas Head of Public Relations Blue Bird Teguh
Wijajanto, dalam jumpa pers di restoran Dapur Sunda, Jl Gatot Subroto, Jakarta
Pusat, Selasa (9/12).
Blue Bird menjelaskan, pihaknya tidak bisa mengontrol semua
pegawai kecuali saat pegawai itu sedang dalam keadaan dinas dan beroperasi.
“Lagipula, pada saat itu dia melakukannya tanpa memakai
atribut Blue Bird. Tapi kalau ingin lihat sistem sekuriti kita, bisa melihat
sistem call center kita, untuk mentracking mundur ke belakang, bagaimana taksi kita
beroperasi, silakan lihat sendiri," urai dia.
“Kami ingin mengatakan, bahwa kasus ini murni dilakukan
oleh oknum individu, tapi Blue Bird tidak terlibat untuk kasus seperti ini.
Masyarakat sama sekali tidak perlu khawatir karena kita punya prosedur resmi,
kita punya aplikasi taxi mobile reservation Blue Bird. Aplikasi ini ada di
semua platform smartphone dan kita nggak akan pernah salah, history nya juga
akan terekam," tutup dia.
Merampok karena Butuh Uang
Sutrisno mengaku terpaksa merampok penumpang karena
kebutuhan ekonomi. Istrinya
kabur, sementara anaknya butuh biaya di sekolah. Apakah gaji Trisno bekerja
di Blue Bird tidak cukup?
Head of Public Relations Blue Bird Teguh Wijajanto, mengatakan, status kepegawaian Trisno di Blue Bird adalah mitra tetap. Sistem pembagian uangnya bagi hasil, bukan gaji.
“Kita pakai sistem komisi. Semakin besar pendapatan,
persentasenya semakin besar. Dan itu diketahui dari awal. Dia ini sopir bravo,
artinya semua harus tetap," kata Teguh.
Apakah ada tunjangan untuk sopir, termasuk kebutuhan lain? “Kalau tunjangan ada, misalnya beasiswa, pinjaman lunak, bisa untuk misalkan pembelian rumah, nyicil rumah, pembelian motor, termasuk mau nyicil mobil juga boleh," paparnya.
Dalam kesempatan itu, Teguh juga memastikan kinerja Trisno
selama 4 tahun bekerja di Blue Bird bagus. Proses rekrutmen di armada taksi
biru itu juga sudah maksimal.
“Rekrutmen untuk sopir taksi ini bisa umum dan khusus,
misalnya rekomendasi dari orang, namun harus sesuai dengan data yang lengkap.
Kami tidak mungkin merekrut orang tanpa adanya identitas lengkap. Dari yang
melamar hanya 20 sampai 30 persen yang diterima menjadi sopir. Jadi
rekruitmennya ketat," tegasnya.
Sutrisno Rekam Jejaknya Bagus
Blue Bird grup memberi klarifikasi soal sopir Sutrisno alias
Trisno (41) yang menjadi otak perampokan di taksi Express curian. Blue Bird
menegaskan, kalau apa yang dilakukan Trisno urusan pribadi tak ada kaitan
dengan perusahaan. Lalu apa kata Blue Bird soal sosok Trisno?
“Sutrisno track recordnya bagus. Dia masuk tahun 2010 terus keluar dan masuk lagi terakhir September 2013, akumulasinya 4 tahun, tapi ke belakangnya kami tidak tahu," jelas Head of Public Relations Blue Bird Teguh Wijajanto.
“Sutrisno track recordnya bagus. Dia masuk tahun 2010 terus keluar dan masuk lagi terakhir September 2013, akumulasinya 4 tahun, tapi ke belakangnya kami tidak tahu," jelas Head of Public Relations Blue Bird Teguh Wijajanto.
“Cuma, kami menghitungnya, dari awal lagi, berarti dia baru
sekitar 1 tahun 3 bulan bekerja," tegas dia. Namun pihak Blue Bird belum
bisa memastikan soal sosok Agus teman merampok Trisno yang disebut juga bekerja
sebagai sopir di perusahaan taksi itu.
“Kalau Agus kami belum tahu, nanti kami cek lagi,"
tambahnya. Sutrisno kini sudah ditahan. Dia sudah mengakui perbuatannya. Tapi
yang masih misterius, taksi yang digunakan tak kunjung ditemukan polisi. Konon
ada pria berbaju safari dan berbadan tegap yang mengambil paksa taksi itu untuk
disembunyikan. Entah siapa mereka dan apa motifnya tidak diketahui.
Tak Ada Persaingan Bisnis
Sutrisno, otak pelaku perampokan di dalam taksi Express
curian, adalah sopir Blue Bird. Operator taksi Blue Bird dan Express memang
bersaing, namun kasus perampokan itu tak ada kaitan bisnis.
“Manajemen perusahaan Blue Bird tidak terlibat, tidak ada sangkut pautnya, dan tidak merestui perbuatan yang dilakukan oknum ini, ataupun persaingan bisnis, sama sekali bukan," kata Head of Public Relations Blue Bird Teguh Wijajanto.
Teguh menegaskan, aksi Sutrisno adalah murni perbuatan
individu. Tidak ada satu pun niat untuk menjatuhkan merek lain terkait persaingan
bisnis.
“Jadi ini murni kriminal, tidak ada satu pun penyebab bahwa
ini persaingan bisnis, karena kita kan bisa lihat sendiri. Di Jakarta kalau
kenyataannya armada taksi masih sedikit," tegasnya.
“Kami mendukung polisi menumpas tuntas, ini bukan hanya Express dan Blue Bird, tapi ini menyangkut tingkat kepercayaan, bukan hanya taksi biru dan putih, tapi menyangkut tingkat kepercayaan semua operator," urainya lagi.
“Kami mendukung polisi menumpas tuntas, ini bukan hanya Express dan Blue Bird, tapi ini menyangkut tingkat kepercayaan, bukan hanya taksi biru dan putih, tapi menyangkut tingkat kepercayaan semua operator," urainya lagi.
Taksi Blue Bird dan Express adalah dua merek taksi paling
populer di Jakarta. Hanya dua perusahaan taksi ini saja yang terdaftar di bursa
saham. Taksi Cipaganti memang terdaftar di bursa, namun bisnis mereka bergerak
di berbagai bidang lainnya.
Komplotan Trisno Cs Masih Berkeliaran!
Awas, hati-hati dan waspada taksi warna putih milik Sutrisno
alias Trisno (41) yang dicuri dari sopir taksi Express masih 'berkeliaran'.
Pihak kepolisian belum mendapatkan taksi itu sebagai barang bukti kejahatan.
Sedangkan Trisno mengaku taksi yang dia pakai untuk merampok itu diambil empat
pria berseragam safari.
Tak jelas siapa yang dimaksud Trisno itu sebagai pria
berseragam safari. Pastinya, taksi itu bisa saja masih berkeliaran dan
digunakan orang-orang tak bertanggung jawab.
Taksi itu diakui Trisno, Selasa (9/12) sudah dimodifikasi. Bagian bagasi dan jok belakang mudah dibuka. Tak ada segel baja di bagasi. Jadi bisa saja empat pria berpakaian safari itu memakainya untuk hal yang tidak-tidak.
Taksi itu diakui Trisno, Selasa (9/12) sudah dimodifikasi. Bagian bagasi dan jok belakang mudah dibuka. Tak ada segel baja di bagasi. Jadi bisa saja empat pria berpakaian safari itu memakainya untuk hal yang tidak-tidak.
Memang pengakuan Trisno soal empat pria berpakaian safari
ini belum jelas benar. Konon kata Trisno pria berpakaian safari itu anggota,
tak jelas anggota mana.
Tapi yang pasti jangan sampai kalau taksi itu justru
dimanfaatkan untuk hal yang tidak-tidak. Penumpang juga yang akan kembali
menjadi korban. Polisi kini juga tengah mencari pria berbadan tegap yang
memakai safari itu. Bagaimanapun taksi curian itu menjadi barang bukti
kejahatan.
Tak Bisa Dilacak?
Express Group memasang Global Positioning System (GPS)
dengan sistem Digital Dispatch System (DDS) yang dapat men-tracking data
perjalanan di dalam taksi yang dicuri oleh Sutrisno di Mega Kuningan. Tapi
diduga Sutrisno berhasil merusak peranti itu sehingga Express tidak bisa
melacak sejak mobil itu hilang.
Kuasa hukum Express Group Berman Limbong menjelaskan, taksi yang dicuri oleh Sutrisno saat sopir Express istirahat makan di kawasan Mega Kuningan, Jaksel, pada 21 November memiliki nomor pintu DB 6075. Sebelum dicuri, sistem GPS tidak rusak, berfungsi dengan baik dan terdapat baja pengaman di bagasi penumpang.
“Setelah dicuri kami duga nomor pintu diubah. Semua
perangkat yang terkait dengan sistem dicabut, semua ciri-ciri khusus dari
Express di dalam taksi dilepas, yang menempel itu hanya lampu dan nomor
bodi," jelas Limbong.
Sopir Express langsung melaporkan kehilangan mobilnya ke pul. Sesuai prosedur, Express Group menunggu hingga 1x24 jam untuk mencari sendiri. Jika dalam pelacakan internal mobil tidak berhasil ditemukan maka akan dilaporkan ke polisi.
“Taksi resmi kami nyatakan hilang kalau tidak balik ke pul
setelah kita tidak bisa lacak pakai GPS, dan sudah lewat 1x24 jam," jelas
Limbong.
Terkait taksi putih yang dicuri Sutrisno, pihak Express
sudah melakukan pelacakan GPS, namun ternyata sistem dimatikan sehingga tidak
bisa dilacak.
“Saat sopir lapor ke pul, mobil sudah tidak bisa dilacak. Diduga
pencuri sudah merusak GPS Express," katanya. Express lalu melaporkan
kehilangan ke Polsek Setiabudi pada 24 November. Namun belum mendapat kabar
soal pencurian, Express malah dikagetkan dengan adanya perampokan yang
dilakukan oleh Sutrisno cs dengan menggunakan taksi curian tersebut.
“Saat korban perampokan melaporkan ke polisi, dia menyebut nomor bodi taksi DP 8015. Sedangkan nomor taksi yang dicuri DB 6075. Jadi diduga nomor bodi dimanipulasi pelaku," ucap Limbong.
“Saat korban perampokan melaporkan ke polisi, dia menyebut nomor bodi taksi DP 8015. Sedangkan nomor taksi yang dicuri DB 6075. Jadi diduga nomor bodi dimanipulasi pelaku," ucap Limbong.
“Express melacak menggunakan GPS system dan taksi DP 8015
ada di radius 20 km di dekat kejadian. Tetapi taksinya kan beda karena nomernya
sudah diubah, jadi pas dilacak yang ketemu taksi lain bukan taksi yang
dicuri," tambahnya.
Hasil pengecekan polisi, GPS armada Express bernomor pintu DP 8015 tidak sesuai dengan rute perjalanan korban perampokan di dalam taksi putih. Taksi DP 8015 saat kejadian masih berada di perjalanan dari Blok M menuju Kota dan sopir taksi nomor tersebut sudah tua. Sedangkan yang disebut korban, sopirnya masih muda. Sutrisno berusia 41 tahun.
Saat ini Sutrisno telah menghuni sel dingin polisi bersama dua kaki tangannya. Sedangkan 1 tersangka lainnya, Jambi, masih diburu. Sutrisno dibekuk polisi saat mengantar penumpang di Bintaro, Tangsel, dengan taksi Blue Bird, pada Minggu 7 Desember. Komplotan Trisno setidaknya telah merampok 4 karyawati di kawasan segitiga emas.
Saat ini di mana taksi curian Trisno itu masih tanda tanya.
Pada Kamis 4 Desember, berdasar kesaksian tetangga kos Trisno, ada empat pria
bersafari mengambil taksi itu. Siapa empat pria itu, masih misterius. (dtk/lee)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar