Ribuan hektar lahan terbakar di Kabupaten Batanghari. Foto Fajar Yogi Arisandi |
JAMBI-Kalangan aktivis lingkungan di Provinsi Jambi mendesak
aparat keamanan dari polisi kehutanan, jajaran kepolisian dan TNI bersikap
tegas dan proaktif menangkap para pelaku pembakaran lahan dan hutan di daerah
itu. Para pelaku pembakaran lahan dan hutan di Jambi perlu dikejar sampai ke
lokasi–lokasi pembukaan perkebunan kelapa sawit agar mereka tidak memiliki
kesempatan membakar lahan dan hutan secara sembunyi–sembunyi.
“Pihak keamanan diharapkan tidak hanya menangkap para pelaku
pembakaran lahan dan hutan setelah mendapat laporan masyarakat. Seharusnya para
petani dan pihak karyawan perusahaan perkebunan kelapa sawit yang sedang
membersihkan dan membuka areal kebun sawit diawasi ketat. Hal itu penting agar
mereka tidak memiliki peluang membakar lahan dan hutan,”kata Direktur Eksekutif
Komunitas Konservasi Indonesia (KKI) Warung Informasi Konservasi (Warsi) Jambi,
Rudy Syaf kepada wartawan, Senin (20/10) terkait munculnya kembali asap tebal
di Jambi.
Menurut Rudy Syaf, munculnya kembali asap tebal di Jambi, Minggu
(19/10) diduga akibat pembakaran lahan dan hutan yang dilakukan para petani
maupun pengusaha perkebunan kelapa sawit di daerah itu, Sabtu (18/10). Dugaan
itu muncul karena asap sudah sempat hilang di Jambi, Jumat (17/10) menyusul
turunnya hujan di daerah Jambi.
Rudy Syaf mengatakan, para petani dan pihak perusahaan
perkebunan kelapa sawit leluasa berulang-ulang melakukan pembakaran untuk
pembukaan maupun pembersihan areal perkebunan mereka karena lemahnya pengawasan
dan kurangnya tindakan tegas aparat keamanan terhadap para pelaku pembakaran
lahan dan hutan.
“Pengawasan terhadap pembakaran lahan dan hutan di Jambi
kami lihat lemah. Hal itu tercermin dari banyaknya kasus kebakaran lahan dan
hutan yang tidak diproses secara hukum. Menurut pantauan kami di lapangan,
kebakaran lahan dan hutan di Jambi banyak terjadi di areal perusahaan kebun
sawit. Tetapi tidak ada perusahaan yang terjerat hukum terkait kasus kebakaran
lahan dan hutan. Hanya beberapa orang petani kecil yang tertangkap membakar
lahan dan hutan,” katanya.
Sementara itu pantauan Harian Jambi di Kota Jambi, Minggu
(19/10) sore dan Senin (20/10) sore asap tebal kembali menyelimuti. Asap
membuat jarak pandang di kota itu Minggu sore hanya sekitar 500 meter. Kondisi
tersebut membuat penerbangan di Bandara Sultan Thaha Syaifuddin (STS) Kota
Jambi kembali lumpuh. Pesawat dari Jakarta dan Batam, Kepulauan Riau tidak ada
yang bisa mendarat di bandara itu akibat asap.
Asap tebal yang hampir dua bulan menyelimuti daerah itu
sempat menghilang Jumat (17/10) siang menyusul hujan deras yang mengguyur kota
itu dan beberapa kabupaten. Hilangnya asap tersebut membuat udara di Kota Jambi
mulai bersih dan segar dan penerbangan pun normal. Kondisi tersebut bertahan
hingga Sabtu (18/10).
Namun Minggu (19/10) pagi, asap tebal kembali menyelimuti
kota itu. Asap yang berasal dari kebakaran lahan dan hutan di kota itu semakin
tebal Minggu siang hingga sore. Menurut prakirawan Badan Meteorologi,
Klimatologi dan Geofisikan (BMKG) Provinsi Jambi, Bahar Abdullah, jarak pandang
di Kota Jambi Minggu pagi sekitar pukul 07.00 WIB sekitar 1.800 meter.
Kemudian jarak pandang tersebut secara drastis menurun menjadi 800 meter
sekitar pukul 09.00 WIB akibat asap tebal. Mulai Minggu siang pukul 13.00 WIB
hingga Mingu petang sekitar pukul 18.00 WIB, jarak pandang di Kota Jambi hanya
sekitar 500 meter. Kondisi demikian menyebabkan Bandara STS Kota Jambi kembali
lumpuh.
Taka ada pesawat yang mendarat dan berangkat di bandara
tersebut Minggu siang hingga petang. Namun Senin (20/10) aktifitas penerbangan
sudah mulai ada walau hanya beberapa maskapai karena Kota Jambi diguyur hujan
deras dan angin kenceng sehingga membuat asat sedikit menipis.(lee)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar