Kelima nama yang telah diusulkan adalah Bandara Sultan Serdang,
Bandara Kualanamu, Bandara Raja Sisingamangaraja XII, Bandara Haji
Adam Malik dan Bandara Tengku Amir Hamzah. Nurdin juga mengajak
seluruh organisasi dan semua pihak berkompeten yang masih memiliki
ide terkait usulan nama, termasuk pihak yang pernah menyampaikan
usulan bukan kepada Tim Inventarisasi, untuk segera manyampaikannya
kepada tim inventarisasi yang dibentuk Pemprovsu.
"Tim memberi peluang hingga dua minggu ke depan sejak Senin 28 Mei
2012. Silahkan ajukan usulan kepada tim, termasuk yang pernah
mengajukan agar menyampaikannya kembali kepada tim," tuturnya.
Berdasarkan hasil rapat tim di Kantor Gubsu 24 Mei 2012 lanjutnya
usulan nama oleh masyarakat dan Pemkab/ Pemko jika diajukan harus
representatif dilengkapi dasar atau alasan pengusulan. Secara resmi
diajukan kepada Gubsu cq. Tim Inventarisasi Usulan Nama Bandar Udara
di Kualanamu, d/a Sekretariat Biro Hukum Setdaprovsu Lantai 7 Kantor
Gubsu Jalan P Diponegoro 30 Medan.
Dijelaskan, ketentuan yang diatur oleh Menhub bahwa nama bandara
diusulkan oleh Pemprovsu dengan persetujuan DPRD Sumut untuk
diputuskan atau ditetapkan oleh Menhub. "Enam bulan sebelum
operasional nama itu sudah harus ditetapkan. Bandara ini dijadwalkan
operasional bulan Maret 2013 sehingga bulan September ini mesti
disosialisasikan ke dunia internasional," jelasnya.
Tim Inventarisasi Usulan Nama Bandara ini berdasarkan SK Gubsu H
Gatot Pujo Nogroho ST nomor 188.44/277/KPTS/2012 tanggal 9 April
2012 diketuai langsung oleh pejabat Sekdaprovsu.
Tentang ke lima nama yang telah masuk masing-masing Bandara Sultan
Serdang diusulkan Pengurus Daerah Masyarakat Adat Budaya Melayu
Indonesia Deliserdang tertanggal 7 Maret 2012. Alasannya spirit
pembangunan bandara ini sama dengan spirit Sultan Serdang ketika
membangun Kesultanan Serdang.
Nama Kualanamu diusulkan Bupati Deliserdang melalui surat tertanggal
4 Mei 2012 dan PD MABMI Deliserdang melalui surat tertanggal 7 Maret
2012. "Alasan nama ini antara lain masyarakat Kualanamu sekitarnya
telah banyak menerima dampak selama proses pembangunan serta untuk
menghindari konflik antar masyarakat yang masing-masing mengusulkan
nama bandara yang berbeda," ujarnya.
Pengusul nama Kualanamu juga mengusulkan terhadap nama lain seperti
nama pahlawan nasional disarankan untuk ditabalkan menjadi sebutan
bagi terminal keberangkatan atau kedatangan dalam dan luar negeri.
Nama Raja Sisingamangaraja XII diusulkan oleh Parsadaan Pomparan Ni
Raja Sonak Malela Anak Dohot Boruna Medan sekitarnya dengan alasan
pahlawan nasional, memiliki semangat nasionalisme dan nilai historis
yang tinggi.
Nama Haji Adam Malik diusulkan Pengurus Daerah Wanita Satya Praja
Propinsi Sumut dengan alasan tokoh NKRI, Ketua PBB dan pemrakarsa
ASEAN, pernah Wapres dan putra daerah Sumut. Sedangkan nama Tengku
Amir Hamzah diusulkan Tanfidzi Forum Umat Islam Sumatera Utara
dengan Surat Nomor AU.101/1/17/DRJU-2012 tanggal 27 Februari 2012.
Juga dijelaskan bahwa Plt Gubsu sudah menerima surat dari DPRD Sumut
meminta agar Pemprovsu segera menyampaikan calon nama untuk bandara
baru ini untuk dibahas lebih lanjut pada Paripurna DPRD Sumut.
Dibaca : 359
Pin It
inShare
Kembangkan Kuala Namu AP II Gandeng Bandara Incheon
Kembangkan Kuala Namu AP II Gandeng Bandara Incheon
DOK
JAKARTA - Ingin jadikan bandara Kuala Namu, Medan sebagai salah satu
bandara pengumpul (hub) internasional di wilayah regional Asean, PT
Angkasa Pura II (AP II) secara resmi mengandeng Incheon
International Airport Corporation (IIAC) sebagai Sister Airport.
Dikatakan oleh Direktur Utama AP II, Tri S Sunoko bahwa pihaknya
memilih IIAC dikarenakan bandara tersebut telah membuktikan diri
sebagai best airport worldwide untuk pelayanan penumpang selama
tujuh tahun berturut-turut oleh Airport Council International.
"Tidak hanya itu, tujuan kita menjadikan IIAC sebagai Sister Airport
adalah mewujukan cita-cita sebagai kami sebagai World Class airport
AP II, terutama untuk mengembangkan bandara Kuala Namu. Untuk itulah
kami akan belajar lebih banyak dengan IIAC," kata Tri dalam
penandatanganan perjanjian kerjasama antara AP II dengan IIAC di
Jakarta, Senin (25/6).
Ia pun menabahkan dalam hal ini IIAC sebagai konsultan berdasarkan
pengalamannya sebagai best airport worldwide. Adapun kerjasama yang
dibangun antara lain meliputi asistensi dalam bidang teknik,
modernisasi, perbaikan dan investasi serta bidang evaluasi pasar.
Sedangkan target dari kerjasama ini adalah menjadi bandara Kuala
Namu sebagai bandara hub internasional yang pada lima tahun ke depan
agar dapat menyaing Bandara KLIA Malaysia dan Changi Singapura.
Namun untuk mewujudkan cita-cita besar ini, perlu dukungan sinergis
dari pemerintah pusat dan daerah, termasuk dari maskapai.
"Sedangkan dipilihnya Kuala Namu sebagai hub internasional karena
letak geografisnya yang strategis, sama seperti KLIA dan Changi.
Mengapa masyarakat kita mesti melalui bandara di luar negeri itu
untuk menuju negara-negara lain, mengapa tidak dari Medan saja,"
kata Tri.
Ia juga menjelaskan dari sisi pembangunan pihaknya melakukan hal
yang maksimal dalam hal membangun bandara Kuala Namu dengan
fasilitas standar internasional yang ada. Kebutuhan dana, total
anggaran yang diperlukan untuk pembangunan Bandara Kuala Namu
sebesar 4,74 triliun rupiah, terdiri dari 1,81 triliun rupiah dari
AP II dan APBN 2,93 triliun rupiah.
Kapasitas Kuala Namu terletak di lahan seluas 1.365 hektare di
Kabupaten Deli Serdang, disiapkan untuk melayani 8,1 juta penumpang
per tahun dengan area terminal penumpang seluas 86.000 m2 untuk
tahap I.
Sedangkan terkait Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Cengkareng,
Banten, Tri megatakan kalau bandara tersebut lebih difokuskan kepada
bandara hub domestik. Saat ini potensi pangsa pasar domestik masih
besar di Indonesia dengan jumlah penduduk sebanyak 220 juta.
"80 persen hub di Soekarno-Hatta domestik dan 20 persennya melayani
hub internasional. Untuk itulah kami akan memfokuskan Soekarno Hatta
sebagai hub domistik sedangkan Kuala Namu sebagai hub
Internasional," katanya.
Sementara itu, President dan Chief Executive Officer (CEO) IIAC, CW
Lee, menjelaskan, Incheon dan Kuala Namu mempunyai karakteristik dan
kondisi geografis yang sama, yaitu posisi strategis. Incheon
terletak di antara Jepang dan China, sedangkan Kuala Namu terletak
di antara Kuala Lumpur dan Singapura.
"Untuk menjadikan bandara hub internasional memang tidak mudah. Kami
harus berjuang selama lima tahun untuk dapat menggungguli Jepang dan
China untuk itu kuncinya hanyalah satu pelayanan. Dan saya yakin
jika Kuala Namu bisa memberikan pelayanan yang terbaik maka akan
bisa mengalahkan antara Kuala Lumpur dan Singapura," katanya
Terkait kerjasama yang akan dilakukan, Lee mengatakan dalam bidang
teknik, IIAC akan menyediakan dukunganya dalam bidang teknik kepada
AP II untuk pengoperasian, manajemen, pembangunan, pemasaran,
strategi pengumpul, serta pendidkan dan pelatihan.
Kemudian dalam bidang modernisasi, ruang lingkunya meliputi
perbaikan dan investasi yang diharapkan mendorong kedua belah pihak
dapat memilih untuk membagi informasi terkait dengan usaha perbaikan
maupun modernisasi untuk meningkatkan pelayanan terhadap pengguna
jasa.
Selanjutnya, dalam bidang evaluasi pasar, kegiatan yang dilakukan
adalah melakukan pemasaran bersama, program pertukaran personel,
studi banding, maupun kerja sama lain yang tidak hanya berhubungan
dengan Bandara Kuala Namu, tetapi juga berhubungan dengan bandara
lain yang dikelola oleh Angkasa Pura II. Perjajian Sister Airport
ini berlaku selama 3 tahun dan dapat diperpanjang sesuai dengan
kesepakatan bersama.
"Dalam kerjasama ini nantinya tidak menutup kemungkinan, kami dapat
pula bersama-sama berinvestasi dalam proyek pembangunan bandara
baru," kata Lee. mza/E-3
Bandara Kualanamu (MEDAN)
Bandara Udara Internasional Kuala Namu
(dikenal sebagai Lapangan Terbang Baru Internasional Medan) adalah
sebuah Bandara Udara baru untuk kota Medan, Sumatera Utara
Indonesia. Lokasinya merupakan bekas areal perkebunan PT. Perkebunan
Nusantara II Tanjung Morawa, terletak di Kuala Namu, Desa Beringin,
Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang. Kuala Namu akan
menggantikan Banda Udara Internasional Polonia yang sudah berusia
lebih dari 70 tahun. Saat selesai dibangun, Kuala Namu diharapkan
dapat menjadi lapangan terbang pangkalan transit AntarBangsa untuk
kawasan Sumatera dan Sekitarnya, akan menjadi Bandara Udara terbesar
kedua di Indonesia setelah Bandara Udara Internasional Soekarno –
Hatta di Jakarta.
Latar Belakang Pembangunan
Pemindahan lapangan terbang ke Kuala Namu telah dirancang sejak
tahun 1991. Dalam kunjungan kerja ke Medan, Azwar Anas, Menteri
Perhubungan saat itu, berkata bahwa demi keselamatan penerbangan,
lapangan terbang akan dipindah ke luar kota.
Persiapan pembangunan dimulai pada tahun 1997, namun krisis kewangan
krisis Moneter pada tahun yang sama kemudian memaksa rencana
pembangunan ditunda. Sejak saat itu kabar mengenai lapangan terbang
ini jarang terdengar lagi, hingga muncul momentum baru saat terjadi
kecelakaan pesawat Mandala Airlines pada September 2005 yang jatuh
sesaat setelah lepas dari Bandara Polonia. Kecelakaan yang merungut
nyawa Gubernur Sumatra Utara Tengku Rizal Nurdin tersebut juga
menyebabkan beberapa warga yang tinggal di sekitar lapangan terbang
meninggal dunia akibat letak lapangan terbang yang terlalu dekat
dengan pemukiman. Hal ini menyebabkan munculnya kembali usulan agar
lapangan terbang di Medan segera dipindahkan ke tempat yang lebih
sesuai.
Selain itu, kapasitas Polonia yang telah lebih batasnya juga
merupakan faktor direncanakannya pemindahan lapangan terbang.
Proses Pembangunan
Pembangunannya direncanakan akan dilaksanakan sepanjang tiga tahap.
Tahap I dimulai pada 29 Jun 2006 dan selesai pada tahun 2009 atau
paling lambat 2010. Tahap ini dibangun sendiri oleh pemerintah
dengan PT. Angkasa Pura II, dengan pembagian berupa sisi darat
(misalnya terminal, kawasan parkir) dibangun Angkasa Pura sementara
sisi udara dibangun Direktorat Jenderal Udara dari Departemen
Perhubungan. Dana untuk pembangunan Tahap I terdiri dari Rp. 1.3
trilion dari Angkasa Pura dan dana pinjaman sebesar Rp. 2.3 trilion
sehingga jumlahnya adalah Rp. 3.6 trilion. Prasarana awal berupa
pemagaran panel beton, pemulihan jalan, dan pembuatan pos jaga
senilai Rp 6 juta dilakukan dari November 2006 hingga Februari 2007.
Pada akhir November 2006 juga diumumkan pemenang tender untuk
pasukan perancang lapangan terbang. Dari 18 peserta, tujuh telah
melewati proses prakelayakan dan akan bersaing hingga dipilih tiga
peserta terbaik, dan seterusnya hanya satu yang terpilih. PT.
Wiratman & Associates kemudian terpilih sebagai pemenang tender
perancangan lapangan terbang pada Januari 2007. Setelah itu,
pemenang diberi waktu lapan bulan untuk merancang lapangan terbang
(hingga Agustus 2007). Setelah proses ini selesai, tender
pembangunan lapangan terbang yang diperkirakan akan berlangsung
selama dua bulan akan dilaksanakan. Jika sesuai jadwal, maka
pembangunan sisi darat akan dimulai pada November 2007 dan
diselesaikan dalam dua tahun. Tahap II yang direncanakan dibangun
bersama oleh pemerintah dan investor, akan dimulai tahun 2010.
Pengangkutan, Luas dan Kapasitas Bandara
Pembangunan Tahap I disertai pula oleh pembangunan jalur kereta api
dari Stasiun Aras Kabu di Kecamatan Beringin ke lapangan terbang
yang berjarak sekitar 450 meter. Stasiun Aras Kabu sendiri terhubung
ke Stasiun KA Medan dengan jarak 22.96 km. Diperkirakan jarak tempuh
dari Medan hingga Kuala Namu akan berkisar antara 16-30 minit.
Ada pula usulan pembangunan Jalan Tol Medan-Kuala Namu sebagai usaha
pengembangan prasarana pengangkutan dari dan ke lapangan terbang.
Namun pelaksanaan pembangunan selama waktu pembangunan jalan tol
tahun 2005-2010 menunggu persutujuan dari pemerintah pusat.
Tahap 1 lapangan terbang diperkirakan dapat menampung tujuh hingga
10 juta penumpang dan 10,000 pergerakan pesawat pertahun, sementara
setelah selesainya Tahap II lapangan terbang ini rencananya akan
menampung 25 juta penumpang pertahun.
Luas terminal penumpang yang akan dibangun adalah sekitar 6.5 hektar
dengan kemudahan kawasan komersil seluas 3.5 hektar dan kemudahan
kargo seluas 1.3 hektar. Lapangan Terbang Antarabangsa Kuala Namu
memiliki panjang landasan pacu 3,750 meter, dan boleh didarati oleh
pesawat berbadan lebar.
Lubuk Pakam — Pembangunan Bandara Internasional Kuala Namu di Desa
Beringin, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera
Utara, terbesar pertama di luar Pulau Jawa yang dibiayai melalui
dana APBN, Kementerian Perhubungan dan PT (Persero) Angkasa Pura II.
Hal tersebut dijelaskan Pimpinan Proyek, Joko Waskito kepada para
peserta Rapat Koordinasi (Rakor) Gubernur se-Wilayah Sumatera tahuh
2012 di Medan yang berkunjung ke lokasi Bandara Internasional Kuala
Namu di Desa Beringin, Selasa (19/12).
Menurut Joko, dalam pembangunan bandara yang bertaraf internasional
itu, PT Angkasa Pura II mendanai Rp 2 triliun.
“Jadi pembangunan bandara yang cukup besar dan megah itu, PT Angkasa
Pura II berinvestasi mencapai nilai triliunan rupiah. Diharapkan
pada bulan Maret 2013 Bandara Internasional tersebut mulai
beroperasi untuk menggantikan Bandara Internasional Polonia Medan,”
ujar Joko Waskito.
Ia menambahkan, peresmian bandara internasional tersebut rencananya
oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono, pada Maret 2013.
Bandara internasional itu diharapkan menjadi kebanggaan masyarakat
Sumatera Utara (Sumut) khususnya dan Indonesia pada umumnya, dapat
dioperasikan dengan tepat waktu.
Dengan kehadiran bandara internasional itu, juga diharapkan dapat
meningkatkan perekonomian masyarakat Sumut.
Bahkan, jelasnya pembangunan fisik bandara internasional tersebut,
saat ini rampung dan mencapai sekitar 91 persen dan pembangunan
runway tinggal 300 meter lagi dari panjang runwai seluruhnya 2.900 x
45 meter.
Sedangkan luas area Bandara Internasional Kuala Namu mencapai 1.365
hektare, area terminal 118.930 meter persegi (M2), kapasitas
terminal 8.1 juta pax per tahun, luas area parkir 50.820 meter
persegi (M2), gudang kargo seluas 13.000 meter persegi (M2) dan
kapasitas parkir, 407 taksi, 55 bus dan 908 mobil.
“Kita juga merasa bangga, bahwa pengerjaan proyek bandara
internasional tersebut dilakukan seluruhnya dari arsitektur dan
pekerja ahli dan merupakan putra-putra terbaik bangsa. Peralatan
yang digunakan di bandara tersebut cukup canggih, mulai dari
pemeriksaan barang penumpang, penyimpanan dan lainnya. Termasuk
keamanan barang penumpang,” ujar Joko.
Bandara Terbaik Dunia
Sementara itu dalam membangun bandara Kuala Namu, PT Angkasa Pura II
(Persero) menggandeng Incheon International Airport Corporation
(IIAC) Korea Selatan, sebagai Sister Airport.
Perjajian Sister Airport ini berlaku selama tiga tahun dan dapat
diperpanjang sesuai dengan kesepakatan bersama.
Incheon Korea Selatan merupakan salah satu bandara terbaik di dunia.
“Kita berharap Bandara Kualanamu juga menjadi salah satu bandara
terbaik di dunia,” kata Direktur Utama PT Angkasa Pura II Tri S
Sunoko, di Jakarta beberapa waktu lalu.
Menurut Tri, kerja sama seperti itu memberikan banyak keuntungan
bagi Angkasa Pura II. “Bandara Kualanamu akan menjadi salah satu
bandara pengumpul (hub) yang cukup diperhitungkan di kawasan
regional,” kata dia.
Ia menambahkan, kerja sama ini juga akan memberikan dampak yang
cukup besar bagi Angkasa Pura II dalam mengelola Bandara Kuala Namu.
“Incheon, selain sebagai bandara terbesar di Korea Selatan dan
menjadi salah satu bandara tersibuk di Asia dalam hal pelayanan
penumpang, juga menjadi bandara tersibuk kedua dalam jalur pelayanan
kargo internasional,” kata Tri.
Tri menjelaskan, kerja sama yang dibangun antara lain meliputi
asistensi dalam bidang teknik, modernisasi, perbaikan, dan investasi
serta bidang evaluasi pasar. Dalam bidang teknik, IIAC akan
menyediakan dukunganya dalam pengoperasian, manajemen, pembangunan,
pemasaran, strategi pengumpul, serta pendidkan dan pelatihan.
Kemudian dalam bidang modernisasi, ruang lingkupnya meliputi
perbaikan dan investasi yang diharapkan mendorong kedua belah pihak
dapat memilih untuk membagi informasi terkait dengan usaha perbaikan
maupun modernisasi untuk meningkatkan pelayanan terhadap pengguna
jasa.
Dalam bidang evaluasi pasar, kegiatan yang dilakukan adalah
melakukan pemasaran bersama, program pertukaran personel, studi
banding, maupun kerja sama lain yang tidak hanya berhubungan dengan
Bandara Kuala Namu, tetapi juga berhubungan dengan bandara lain yang
dikelola oleh Angkasa Pura II.
Kapasitas Bandara Kuala Namu yang terletak di atas lahan seluas
1.365 hektare disiapkan untuk melayani hingga 8,1 juta penumpang per
tahun, dengan area terminal penumpang seluas 86.000 m2 (Tahap I).
Bandara tersebut akan terus dikembangkan hingga mencapai kapasitas
maksimalnya.
Bandara Kuala Namu akan dilengkapi dua runway paralel, apron seluas
30 ha berkapasitas maximum 33 pesawat, terminal kargo seluas 13.000
m2 dengan kapasitas 3 pesawat (65.000 ton/ tahun), area parkir
berkapasitas sekitar 1400 kendaraann roda empat taxi.
Untuk aksesibilitas, Bandara Kualanamu yang dilengkapi 10 gerbang
masuk, akan didukung oleh akses jalan tol dan kereta api khusus
bandara. (Berbagai Sumber)
Bandara Kualanamu, Bandara Raja Sisingamangaraja XII, Bandara Haji
Adam Malik dan Bandara Tengku Amir Hamzah. Nurdin juga mengajak
seluruh organisasi dan semua pihak berkompeten yang masih memiliki
ide terkait usulan nama, termasuk pihak yang pernah menyampaikan
usulan bukan kepada Tim Inventarisasi, untuk segera manyampaikannya
kepada tim inventarisasi yang dibentuk Pemprovsu.
"Tim memberi peluang hingga dua minggu ke depan sejak Senin 28 Mei
2012. Silahkan ajukan usulan kepada tim, termasuk yang pernah
mengajukan agar menyampaikannya kembali kepada tim," tuturnya.
Berdasarkan hasil rapat tim di Kantor Gubsu 24 Mei 2012 lanjutnya
usulan nama oleh masyarakat dan Pemkab/ Pemko jika diajukan harus
representatif dilengkapi dasar atau alasan pengusulan. Secara resmi
diajukan kepada Gubsu cq. Tim Inventarisasi Usulan Nama Bandar Udara
di Kualanamu, d/a Sekretariat Biro Hukum Setdaprovsu Lantai 7 Kantor
Gubsu Jalan P Diponegoro 30 Medan.
Dijelaskan, ketentuan yang diatur oleh Menhub bahwa nama bandara
diusulkan oleh Pemprovsu dengan persetujuan DPRD Sumut untuk
diputuskan atau ditetapkan oleh Menhub. "Enam bulan sebelum
operasional nama itu sudah harus ditetapkan. Bandara ini dijadwalkan
operasional bulan Maret 2013 sehingga bulan September ini mesti
disosialisasikan ke dunia internasional," jelasnya.
Tim Inventarisasi Usulan Nama Bandara ini berdasarkan SK Gubsu H
Gatot Pujo Nogroho ST nomor 188.44/277/KPTS/2012 tanggal 9 April
2012 diketuai langsung oleh pejabat Sekdaprovsu.
Tentang ke lima nama yang telah masuk masing-masing Bandara Sultan
Serdang diusulkan Pengurus Daerah Masyarakat Adat Budaya Melayu
Indonesia Deliserdang tertanggal 7 Maret 2012. Alasannya spirit
pembangunan bandara ini sama dengan spirit Sultan Serdang ketika
membangun Kesultanan Serdang.
Nama Kualanamu diusulkan Bupati Deliserdang melalui surat tertanggal
4 Mei 2012 dan PD MABMI Deliserdang melalui surat tertanggal 7 Maret
2012. "Alasan nama ini antara lain masyarakat Kualanamu sekitarnya
telah banyak menerima dampak selama proses pembangunan serta untuk
menghindari konflik antar masyarakat yang masing-masing mengusulkan
nama bandara yang berbeda," ujarnya.
Pengusul nama Kualanamu juga mengusulkan terhadap nama lain seperti
nama pahlawan nasional disarankan untuk ditabalkan menjadi sebutan
bagi terminal keberangkatan atau kedatangan dalam dan luar negeri.
Nama Raja Sisingamangaraja XII diusulkan oleh Parsadaan Pomparan Ni
Raja Sonak Malela Anak Dohot Boruna Medan sekitarnya dengan alasan
pahlawan nasional, memiliki semangat nasionalisme dan nilai historis
yang tinggi.
Nama Haji Adam Malik diusulkan Pengurus Daerah Wanita Satya Praja
Propinsi Sumut dengan alasan tokoh NKRI, Ketua PBB dan pemrakarsa
ASEAN, pernah Wapres dan putra daerah Sumut. Sedangkan nama Tengku
Amir Hamzah diusulkan Tanfidzi Forum Umat Islam Sumatera Utara
dengan Surat Nomor AU.101/1/17/DRJU-2012 tanggal 27 Februari 2012.
Juga dijelaskan bahwa Plt Gubsu sudah menerima surat dari DPRD Sumut
meminta agar Pemprovsu segera menyampaikan calon nama untuk bandara
baru ini untuk dibahas lebih lanjut pada Paripurna DPRD Sumut.
Dibaca : 359
Pin It
inShare
Kembangkan Kuala Namu AP II Gandeng Bandara Incheon
Kembangkan Kuala Namu AP II Gandeng Bandara Incheon
DOK
JAKARTA - Ingin jadikan bandara Kuala Namu, Medan sebagai salah satu
bandara pengumpul (hub) internasional di wilayah regional Asean, PT
Angkasa Pura II (AP II) secara resmi mengandeng Incheon
International Airport Corporation (IIAC) sebagai Sister Airport.
Dikatakan oleh Direktur Utama AP II, Tri S Sunoko bahwa pihaknya
memilih IIAC dikarenakan bandara tersebut telah membuktikan diri
sebagai best airport worldwide untuk pelayanan penumpang selama
tujuh tahun berturut-turut oleh Airport Council International.
"Tidak hanya itu, tujuan kita menjadikan IIAC sebagai Sister Airport
adalah mewujukan cita-cita sebagai kami sebagai World Class airport
AP II, terutama untuk mengembangkan bandara Kuala Namu. Untuk itulah
kami akan belajar lebih banyak dengan IIAC," kata Tri dalam
penandatanganan perjanjian kerjasama antara AP II dengan IIAC di
Jakarta, Senin (25/6).
Ia pun menabahkan dalam hal ini IIAC sebagai konsultan berdasarkan
pengalamannya sebagai best airport worldwide. Adapun kerjasama yang
dibangun antara lain meliputi asistensi dalam bidang teknik,
modernisasi, perbaikan dan investasi serta bidang evaluasi pasar.
Sedangkan target dari kerjasama ini adalah menjadi bandara Kuala
Namu sebagai bandara hub internasional yang pada lima tahun ke depan
agar dapat menyaing Bandara KLIA Malaysia dan Changi Singapura.
Namun untuk mewujudkan cita-cita besar ini, perlu dukungan sinergis
dari pemerintah pusat dan daerah, termasuk dari maskapai.
"Sedangkan dipilihnya Kuala Namu sebagai hub internasional karena
letak geografisnya yang strategis, sama seperti KLIA dan Changi.
Mengapa masyarakat kita mesti melalui bandara di luar negeri itu
untuk menuju negara-negara lain, mengapa tidak dari Medan saja,"
kata Tri.
Ia juga menjelaskan dari sisi pembangunan pihaknya melakukan hal
yang maksimal dalam hal membangun bandara Kuala Namu dengan
fasilitas standar internasional yang ada. Kebutuhan dana, total
anggaran yang diperlukan untuk pembangunan Bandara Kuala Namu
sebesar 4,74 triliun rupiah, terdiri dari 1,81 triliun rupiah dari
AP II dan APBN 2,93 triliun rupiah.
Kapasitas Kuala Namu terletak di lahan seluas 1.365 hektare di
Kabupaten Deli Serdang, disiapkan untuk melayani 8,1 juta penumpang
per tahun dengan area terminal penumpang seluas 86.000 m2 untuk
tahap I.
Sedangkan terkait Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Cengkareng,
Banten, Tri megatakan kalau bandara tersebut lebih difokuskan kepada
bandara hub domestik. Saat ini potensi pangsa pasar domestik masih
besar di Indonesia dengan jumlah penduduk sebanyak 220 juta.
"80 persen hub di Soekarno-Hatta domestik dan 20 persennya melayani
hub internasional. Untuk itulah kami akan memfokuskan Soekarno Hatta
sebagai hub domistik sedangkan Kuala Namu sebagai hub
Internasional," katanya.
Sementara itu, President dan Chief Executive Officer (CEO) IIAC, CW
Lee, menjelaskan, Incheon dan Kuala Namu mempunyai karakteristik dan
kondisi geografis yang sama, yaitu posisi strategis. Incheon
terletak di antara Jepang dan China, sedangkan Kuala Namu terletak
di antara Kuala Lumpur dan Singapura.
"Untuk menjadikan bandara hub internasional memang tidak mudah. Kami
harus berjuang selama lima tahun untuk dapat menggungguli Jepang dan
China untuk itu kuncinya hanyalah satu pelayanan. Dan saya yakin
jika Kuala Namu bisa memberikan pelayanan yang terbaik maka akan
bisa mengalahkan antara Kuala Lumpur dan Singapura," katanya
Terkait kerjasama yang akan dilakukan, Lee mengatakan dalam bidang
teknik, IIAC akan menyediakan dukunganya dalam bidang teknik kepada
AP II untuk pengoperasian, manajemen, pembangunan, pemasaran,
strategi pengumpul, serta pendidkan dan pelatihan.
Kemudian dalam bidang modernisasi, ruang lingkunya meliputi
perbaikan dan investasi yang diharapkan mendorong kedua belah pihak
dapat memilih untuk membagi informasi terkait dengan usaha perbaikan
maupun modernisasi untuk meningkatkan pelayanan terhadap pengguna
jasa.
Selanjutnya, dalam bidang evaluasi pasar, kegiatan yang dilakukan
adalah melakukan pemasaran bersama, program pertukaran personel,
studi banding, maupun kerja sama lain yang tidak hanya berhubungan
dengan Bandara Kuala Namu, tetapi juga berhubungan dengan bandara
lain yang dikelola oleh Angkasa Pura II. Perjajian Sister Airport
ini berlaku selama 3 tahun dan dapat diperpanjang sesuai dengan
kesepakatan bersama.
"Dalam kerjasama ini nantinya tidak menutup kemungkinan, kami dapat
pula bersama-sama berinvestasi dalam proyek pembangunan bandara
baru," kata Lee. mza/E-3
Bandara Kualanamu (MEDAN)
Bandara Udara Internasional Kuala Namu
(dikenal sebagai Lapangan Terbang Baru Internasional Medan) adalah
sebuah Bandara Udara baru untuk kota Medan, Sumatera Utara
Indonesia. Lokasinya merupakan bekas areal perkebunan PT. Perkebunan
Nusantara II Tanjung Morawa, terletak di Kuala Namu, Desa Beringin,
Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang. Kuala Namu akan
menggantikan Banda Udara Internasional Polonia yang sudah berusia
lebih dari 70 tahun. Saat selesai dibangun, Kuala Namu diharapkan
dapat menjadi lapangan terbang pangkalan transit AntarBangsa untuk
kawasan Sumatera dan Sekitarnya, akan menjadi Bandara Udara terbesar
kedua di Indonesia setelah Bandara Udara Internasional Soekarno –
Hatta di Jakarta.
Latar Belakang Pembangunan
Pemindahan lapangan terbang ke Kuala Namu telah dirancang sejak
tahun 1991. Dalam kunjungan kerja ke Medan, Azwar Anas, Menteri
Perhubungan saat itu, berkata bahwa demi keselamatan penerbangan,
lapangan terbang akan dipindah ke luar kota.
Persiapan pembangunan dimulai pada tahun 1997, namun krisis kewangan
krisis Moneter pada tahun yang sama kemudian memaksa rencana
pembangunan ditunda. Sejak saat itu kabar mengenai lapangan terbang
ini jarang terdengar lagi, hingga muncul momentum baru saat terjadi
kecelakaan pesawat Mandala Airlines pada September 2005 yang jatuh
sesaat setelah lepas dari Bandara Polonia. Kecelakaan yang merungut
nyawa Gubernur Sumatra Utara Tengku Rizal Nurdin tersebut juga
menyebabkan beberapa warga yang tinggal di sekitar lapangan terbang
meninggal dunia akibat letak lapangan terbang yang terlalu dekat
dengan pemukiman. Hal ini menyebabkan munculnya kembali usulan agar
lapangan terbang di Medan segera dipindahkan ke tempat yang lebih
sesuai.
Selain itu, kapasitas Polonia yang telah lebih batasnya juga
merupakan faktor direncanakannya pemindahan lapangan terbang.
Proses Pembangunan
Pembangunannya direncanakan akan dilaksanakan sepanjang tiga tahap.
Tahap I dimulai pada 29 Jun 2006 dan selesai pada tahun 2009 atau
paling lambat 2010. Tahap ini dibangun sendiri oleh pemerintah
dengan PT. Angkasa Pura II, dengan pembagian berupa sisi darat
(misalnya terminal, kawasan parkir) dibangun Angkasa Pura sementara
sisi udara dibangun Direktorat Jenderal Udara dari Departemen
Perhubungan. Dana untuk pembangunan Tahap I terdiri dari Rp. 1.3
trilion dari Angkasa Pura dan dana pinjaman sebesar Rp. 2.3 trilion
sehingga jumlahnya adalah Rp. 3.6 trilion. Prasarana awal berupa
pemagaran panel beton, pemulihan jalan, dan pembuatan pos jaga
senilai Rp 6 juta dilakukan dari November 2006 hingga Februari 2007.
Pada akhir November 2006 juga diumumkan pemenang tender untuk
pasukan perancang lapangan terbang. Dari 18 peserta, tujuh telah
melewati proses prakelayakan dan akan bersaing hingga dipilih tiga
peserta terbaik, dan seterusnya hanya satu yang terpilih. PT.
Wiratman & Associates kemudian terpilih sebagai pemenang tender
perancangan lapangan terbang pada Januari 2007. Setelah itu,
pemenang diberi waktu lapan bulan untuk merancang lapangan terbang
(hingga Agustus 2007). Setelah proses ini selesai, tender
pembangunan lapangan terbang yang diperkirakan akan berlangsung
selama dua bulan akan dilaksanakan. Jika sesuai jadwal, maka
pembangunan sisi darat akan dimulai pada November 2007 dan
diselesaikan dalam dua tahun. Tahap II yang direncanakan dibangun
bersama oleh pemerintah dan investor, akan dimulai tahun 2010.
Pengangkutan, Luas dan Kapasitas Bandara
Pembangunan Tahap I disertai pula oleh pembangunan jalur kereta api
dari Stasiun Aras Kabu di Kecamatan Beringin ke lapangan terbang
yang berjarak sekitar 450 meter. Stasiun Aras Kabu sendiri terhubung
ke Stasiun KA Medan dengan jarak 22.96 km. Diperkirakan jarak tempuh
dari Medan hingga Kuala Namu akan berkisar antara 16-30 minit.
Ada pula usulan pembangunan Jalan Tol Medan-Kuala Namu sebagai usaha
pengembangan prasarana pengangkutan dari dan ke lapangan terbang.
Namun pelaksanaan pembangunan selama waktu pembangunan jalan tol
tahun 2005-2010 menunggu persutujuan dari pemerintah pusat.
Tahap 1 lapangan terbang diperkirakan dapat menampung tujuh hingga
10 juta penumpang dan 10,000 pergerakan pesawat pertahun, sementara
setelah selesainya Tahap II lapangan terbang ini rencananya akan
menampung 25 juta penumpang pertahun.
Luas terminal penumpang yang akan dibangun adalah sekitar 6.5 hektar
dengan kemudahan kawasan komersil seluas 3.5 hektar dan kemudahan
kargo seluas 1.3 hektar. Lapangan Terbang Antarabangsa Kuala Namu
memiliki panjang landasan pacu 3,750 meter, dan boleh didarati oleh
pesawat berbadan lebar.
Lubuk Pakam — Pembangunan Bandara Internasional Kuala Namu di Desa
Beringin, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera
Utara, terbesar pertama di luar Pulau Jawa yang dibiayai melalui
dana APBN, Kementerian Perhubungan dan PT (Persero) Angkasa Pura II.
Hal tersebut dijelaskan Pimpinan Proyek, Joko Waskito kepada para
peserta Rapat Koordinasi (Rakor) Gubernur se-Wilayah Sumatera tahuh
2012 di Medan yang berkunjung ke lokasi Bandara Internasional Kuala
Namu di Desa Beringin, Selasa (19/12).
Menurut Joko, dalam pembangunan bandara yang bertaraf internasional
itu, PT Angkasa Pura II mendanai Rp 2 triliun.
“Jadi pembangunan bandara yang cukup besar dan megah itu, PT Angkasa
Pura II berinvestasi mencapai nilai triliunan rupiah. Diharapkan
pada bulan Maret 2013 Bandara Internasional tersebut mulai
beroperasi untuk menggantikan Bandara Internasional Polonia Medan,”
ujar Joko Waskito.
Ia menambahkan, peresmian bandara internasional tersebut rencananya
oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono, pada Maret 2013.
Bandara internasional itu diharapkan menjadi kebanggaan masyarakat
Sumatera Utara (Sumut) khususnya dan Indonesia pada umumnya, dapat
dioperasikan dengan tepat waktu.
Dengan kehadiran bandara internasional itu, juga diharapkan dapat
meningkatkan perekonomian masyarakat Sumut.
Bahkan, jelasnya pembangunan fisik bandara internasional tersebut,
saat ini rampung dan mencapai sekitar 91 persen dan pembangunan
runway tinggal 300 meter lagi dari panjang runwai seluruhnya 2.900 x
45 meter.
Sedangkan luas area Bandara Internasional Kuala Namu mencapai 1.365
hektare, area terminal 118.930 meter persegi (M2), kapasitas
terminal 8.1 juta pax per tahun, luas area parkir 50.820 meter
persegi (M2), gudang kargo seluas 13.000 meter persegi (M2) dan
kapasitas parkir, 407 taksi, 55 bus dan 908 mobil.
“Kita juga merasa bangga, bahwa pengerjaan proyek bandara
internasional tersebut dilakukan seluruhnya dari arsitektur dan
pekerja ahli dan merupakan putra-putra terbaik bangsa. Peralatan
yang digunakan di bandara tersebut cukup canggih, mulai dari
pemeriksaan barang penumpang, penyimpanan dan lainnya. Termasuk
keamanan barang penumpang,” ujar Joko.
Bandara Terbaik Dunia
Sementara itu dalam membangun bandara Kuala Namu, PT Angkasa Pura II
(Persero) menggandeng Incheon International Airport Corporation
(IIAC) Korea Selatan, sebagai Sister Airport.
Perjajian Sister Airport ini berlaku selama tiga tahun dan dapat
diperpanjang sesuai dengan kesepakatan bersama.
Incheon Korea Selatan merupakan salah satu bandara terbaik di dunia.
“Kita berharap Bandara Kualanamu juga menjadi salah satu bandara
terbaik di dunia,” kata Direktur Utama PT Angkasa Pura II Tri S
Sunoko, di Jakarta beberapa waktu lalu.
Menurut Tri, kerja sama seperti itu memberikan banyak keuntungan
bagi Angkasa Pura II. “Bandara Kualanamu akan menjadi salah satu
bandara pengumpul (hub) yang cukup diperhitungkan di kawasan
regional,” kata dia.
Ia menambahkan, kerja sama ini juga akan memberikan dampak yang
cukup besar bagi Angkasa Pura II dalam mengelola Bandara Kuala Namu.
“Incheon, selain sebagai bandara terbesar di Korea Selatan dan
menjadi salah satu bandara tersibuk di Asia dalam hal pelayanan
penumpang, juga menjadi bandara tersibuk kedua dalam jalur pelayanan
kargo internasional,” kata Tri.
Tri menjelaskan, kerja sama yang dibangun antara lain meliputi
asistensi dalam bidang teknik, modernisasi, perbaikan, dan investasi
serta bidang evaluasi pasar. Dalam bidang teknik, IIAC akan
menyediakan dukunganya dalam pengoperasian, manajemen, pembangunan,
pemasaran, strategi pengumpul, serta pendidkan dan pelatihan.
Kemudian dalam bidang modernisasi, ruang lingkupnya meliputi
perbaikan dan investasi yang diharapkan mendorong kedua belah pihak
dapat memilih untuk membagi informasi terkait dengan usaha perbaikan
maupun modernisasi untuk meningkatkan pelayanan terhadap pengguna
jasa.
Dalam bidang evaluasi pasar, kegiatan yang dilakukan adalah
melakukan pemasaran bersama, program pertukaran personel, studi
banding, maupun kerja sama lain yang tidak hanya berhubungan dengan
Bandara Kuala Namu, tetapi juga berhubungan dengan bandara lain yang
dikelola oleh Angkasa Pura II.
Kapasitas Bandara Kuala Namu yang terletak di atas lahan seluas
1.365 hektare disiapkan untuk melayani hingga 8,1 juta penumpang per
tahun, dengan area terminal penumpang seluas 86.000 m2 (Tahap I).
Bandara tersebut akan terus dikembangkan hingga mencapai kapasitas
maksimalnya.
Bandara Kuala Namu akan dilengkapi dua runway paralel, apron seluas
30 ha berkapasitas maximum 33 pesawat, terminal kargo seluas 13.000
m2 dengan kapasitas 3 pesawat (65.000 ton/ tahun), area parkir
berkapasitas sekitar 1400 kendaraann roda empat taxi.
Untuk aksesibilitas, Bandara Kualanamu yang dilengkapi 10 gerbang
masuk, akan didukung oleh akses jalan tol dan kereta api khusus
bandara. (Berbagai Sumber)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar