Kamis, 06 September 2012

Menyibak Benang Kusut PT.Allegrindo Nusantara

Bibit Ternak Babi dati PT AN di salah satu peternakan warga di Siantar.Foto Rosenman Manihuruk HP 0812 7477587
Catatan : Rosenman Manihuruk

“Salam kenal bang Saragih Manihuruk, saya Aldi (nama disamarkan) domisili di Medan, saya mantan General Manager PT.Allegrindo Nusantara mengabdi selama 15 tahun di perusahaan tersebut, sepintas saya ceritakan mengenai perusahaan tersebut,”demikian isi email yang dialamatkan kepada saya (penulis).

Aldi menceritakan panjang lebar tentang pengalaman dirinya di PT PT.Allegrindo Nusantara (Perusahaan Peternakan Babi) terbesar di Sumatera sejak 1995. “Saya direkrut Almarhun Bapak Susanto bergabung diperusahan holding company beliau pimpinan dengan nama “DOMBA MAS GROUP”.

Tepatnya 1 Januari 1996 PT Allegrindo Nusantara (PT AN) ditake over dari pendahulu. “Mulai saat itulah saya dipercaya oleh almarhum sebagai General Manager bersama2 membesarkan PT AN, PT AN sangat berarti bagi kami karena inilah pertama kali kami mentake over perusahaan diluar usaha pabrik kaca mata PT Duta Multi Intioptik Pratama,”ujar Aldi.

Menurut Aldi, dengan berjalannya waktu dengan dukungan dari Bank Mandiri Group semakin melebarkan sayapnya berbagai perusahaan dibeli PT AN.

“Pada tahun 1997 Pabrik container, Pabrik Drum, Pabrik Jarum suntik, Pabrik Polyester dengan nama Panca Pinang Group di Tembung Medan kita beli. Tahun 1998 perkebunan sawit dengan nama Sawit Mas Group kita take over dan diperluas hingga mencapai 300.000 Ha ( meliputi Aceh, Sumut, Riau, Jambi, Sumsel dan Kalimantan) termasuk membangun beberapa PKS ( Pabrik Kelapa Sawit),”katanya.

Menurut Aldi, tahun 1999 pihaknya mentake over Hotel Tiara Medan dan Park Lane Hotel di Jakarta. Dengan semakin luasnya perusahaan untuk mengolah sawit dari industri hulu hingga hilir kemudian tahun 2000 pihaknya membangun pabrik oleo chemical seluas +/- 100 Ha di Kuala Tanjung.

“Cita2 dari almarhum Bapak Susanto adalah membangun usahanya sampai dijual ke publik (IPO ) Go Publik namun ditengah perjalanan di tahun 2005 bank pendukung Bank Mandiri terjadi gejolak sehingga pendanaan terhenti dari Bank Mandiri. Hal inilah yang menjadikan Group “DOMBA MAS GROUP” menjadi terombang ambing apalagi terkena masalah hukum di Hotel Tiara yang mengharuskan almarhum buron sampai dengan menetap di Singapore,”cerita Aldi.


Lebih jauh Aldi lewat emailnya menerangkan, hampir seluruh perusahaan digroup menjadi macet pada saat itu hanya satu-satunya perusahaan yang sehat dan dapat membantu keuangan perusahaan yang devisit adalah PT Allegrindo Nusantara.

“Saya sangat dekat dengan almarhum dan dengan sekuat tenaga saya benar-benar berjuang demi menyelamatkan perusahaan diambang kehancuran. Tahun 2009 perusahaan mulai berangsur sehat namun kesehatan beliau mulai rapuh akibat berbagai kasus dan masalah yang benar-benar memeras perhatian dan tenaga,”katanya.

Diakhir tahun 2009 beliau (Susanto) terjatuh di kamar mandi airport Changi Singapore dan sejak itulah beliau koma dan menghembuskan nafas terakhir di rumah sakit Mount Elizabert di Singapore, Jasad beliau dikirim dan dikebumikan di areal peternakan PT Allegrindo Nusantara di Tiga Runggu, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara.

“Sebenarnya cita-cita beliau adalah membangun peternakan dan perhotelan resort dipeternakan tersebut. Sebagai kenang-kenangan ide saya sejalan dengan kemauan almarhum pusara kita buat sederhana dan dana yang tersedia akan dibangun sekolah, asrama, rumah ibadah, puskesmas yang benar-benar bagus di lokasi peternakan dengan menabalkan nama almarhum sebagai kenang-kenangan dan bukti pengabdian belian pada masyarakat Desa Urung Pane. Namun usaha tersebut gagal total karena keluarganya menolak mentah-mentah,”cerita Aldi.

Pihak keluarga Susanto yang menolak itu diantaranya Trilioner Sugiharto ( abang kandung Susanto ), Emilly Pow ( kakak kandung ), Ferry Tanujaya ( abang ipar). Ketiga orang dimaksud diatas yang dengan rakusnya menjarah seluruh perusahaan sehingga terjadi Perkebunan, PKS dan Pabrik Oleo Chemical dijual semua ke Group Bakrie. Hotel Tiara dijual ke Boss Perumahan Cemara Asri.

Kata Aldi, satu satunya perusahaan yang masih eksis peninggalan almarhum hanyalah PT Allegrindo Nusantara. “Saya dan teman-teman yang berjuang demi almarhum pelan-pelan dipersulit dengan cara PT AN yang saya kelola sengaja dibuat rugi dengan cara harga jual babi dijual kepada temannya dengan harga pasar sedangkan disetor ke peusahaan dengan harga yang sangat murah, belum lagi pembelian bahan baku yang dimark up oleh ketiga orang dimaksud sehingga di pembukuan perusahaan dibuat seolah-olah rugi,”ujar Aldi.

“Hal nyata yang dahulu saya perbuat di PT Allegrindo Nusantara yakni di Desa Salbe dan Urung Pane rehabilitasi gereja Katolik, gereja HKBP dan gereja GKPS. Membangun MCK ( mandi,cuci dan kakus), sarana air bersih, rehabilitasi puskesmas, sekolah dan membangun jalan kampong, bantuan perlengkapan pertanian dan nelayan, membangun jaringan semua listrik sampai keperkampungan,”ujar Aldi.

Program social lainnya dari PT AN saat ditangani Aldi selaku GM yakni membangun listrik genset jika PLN bermasalah, perbaikan jembatan, discount khusus untuk pembelian babi untuk pesta adat dan kemalangan, bantuan obat-obatan dan penyuluhan pertanian, rehabilitasi Kantor Camat Purba, Kantor Polsek Purba dan sekolah, bea siswa untuk siswa yang berprestasi mulai dari SD,SMP,SMA, bantuan berkala pupuk kandang untuk petani, kelambu untuk masyarakat desa dan masih banyak lagi,”kata Aldi.

Menurut Aldi, namun kenyataan sekarang semua bantuan tersebut tidak ada lagi. Semua fasilitas karyawan dan kesejahteraan benar-benar dikuras oleh oknum tersebut.

“Diattack file ada saya kirimkan data-data kecurangan PT AN. Demikian sepintas data awal yang saya berikan semoga bermanfaat bagi berita simalungun, mohon nama dan identitas saya jangan diekpos ( kode etik) thanks atas kerja samanya, jika ada pertanyaaan atau berita yang lain bisa kita saling sharing,”ujar Aldi diakhir emailnya. RUK

Tidak ada komentar: