Minggu, 08 Juli 2012

Pesta Paduan Suara Gerejawi (Pesparawi) X Kendari, 90 Persen Panitianya Muslim

KENDARI-Meski bertajuk Pesta Paduan Suara Gerajawi (Pesparawi), namun yang terlibat di dalamnya tidak hanya mereka yang beragama Nasrani. Pelaksanaan Pesparawi X di Kendari menunjukkan kuatnya kerukunan agama di Indonesia.

Gubernur Sulawesi Tenggara H Nur Alam menggelar ramah tamah dengan pengurus LPPN dan kontingen Pesta Paduan Suara Gerejawi (Pesparawi) Nasional X di rumah jabatan gubernur di Kendari, Senin (2/7) malam.

Seperti diberitakan situs Batam Pos, dalam acara malam ramah tamah yang dihadiri ratusan perwakilan kontingen tersebut, H Nur Alam mengatakan secara kultur ramah tamah ini sebagai bentuk rasa gembira dan bahagia.

”Kita, khususnya Sulawesi Tenggara ingin menyampaikan penghargaan dan rasa hormat yang setinggi-tingginya atas kehadirannya di Kendari sebagai tuan rumah Pesparawi tahun ini,” ujar Nur Alam, usai acara.

Terselubung pula lanjut Nur Alam yakni ada kegembiraan lain, atas hadirnya seluruh hamba Allah, khususnya diwakili delegasi yang hadir di Kendari. ”Karena ini akan membawa berkat bagi Sulawesi Tenggara” paparnya.

Bersama dengan acara ini semua elemen umat beragama juga bisa mengembangkan peribadatan. Untuk memperkenalkan keimanan umatnya kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Dan mempererat tali persaudaraan di antara umat dan anak segenap bangsa dan memperkokoh dan mengukuhkan toleransi keagamaan pada umatnya.

”Kita berdoa acara ini semoga sukses dan gemilang. Dan momentum historis ini sangat khususnya buat Sultra,” ujarnya

Yang paling menyentuh dari semua itu, adalah kerukunan umat beragama di Sultra patut dijadikan panutan untuk seluruh bangsa Indonesia, khususnya Kepri.

Sebab Nur Alam menjelaskan bahwa 90 persen panitia Pesparawi X Kendari adalah dari umat beragama Islam, dibantu Hindu dan Buddha yang memang dari pemerintahan Provinsi Sulawesi Tenggara.

”Mereka iklas mengerjakan tugasnya, tanpa membeda-bedakan agama mana pun, dan anda bisa melihat sendiri bagaimana mereka yang all out melayani peserta,” tegas Nur.

Terjadinya kerukunan ini kata Nur tidak terlepas dari rasa kasih bersaudara antara umat beragama di Sultra sangat tinggi. Memang diakui Nur Alam, gesekan itu memang selalu ada namun berkat kesigapan pemerintah dan petugas keamanan menjaga hal itu bisa tetap terjaga.

Dalam hal pembangunan gereja juga di Sultra sangat tidak dibatasi. Bahkan lanjut Nur Alam, disini antara bangunan gereja dan mesjid saling berdampingan.

”Mereka bebas membangun, dan saya tidak pernah melarang itu. Bahkan saya sering berkotbah di gereja dan pura, dan pada hari-hari besar juga di sini kami saling mengunjungi. Itu karena pertautan kekeluargaan yang sangat kuat,” ujarnya.

Bila dilihat dari komposisi, 2,5 juta penduduk Sultra, sebanyak 92 persen beragama Islam, selebihnya Nasrani, Hindu, dan Budha.

Permintaan Sultra jadi tuan rumah, lanjut Nur Alam, adalah bentuk kasih kami kepada umat Nasrani dan bentuk pengayoman kami kepada saudara kami di bawah naungan negara kita ini.

Di sisi lain, masih menurut Nur, masyarakat Sultra berharap acara ini memiliki sisi manfaat sosial dan ekonomi. Yakni ada peningkatan kapasitas di daerah tersebut, yang dinilai masih jauh tertinggal dibanding daerah lain.

Ia mencontohkan dengan sekitar 8.000 peserta yang hadir tersebut membelanjakan uangnya sekitar Rp1juta saja, maka akan terjadi peningkatan perkapita masyarakat Sultra.

Karena lanjutnya Sultra itu memiliki oleh-oleh seperti suvenir, kain tenun, dan kacang mente. ”Ikan di sini sangat beda dengan rasa di daerah lain,” ujar Nur Alam setengah berpromosi yang disambut tepuk tangan undangan.

Sebab, jelasnya, ikan ini dari laut langsung ke belanga. ”Dan itulah yang kita nikmati malam ini,” ujarnya yang juga disambut tawa.

Ikan-ikan di Makasar, Hongkong, Singapura, dan Jakarta pastilah ikan dari Sultra. Juga Coklat dan kacang mente.

”Meskipun itu jadi bermerek Jepang, China dan Hongkong tapi itu berasal dari Sultra. Jadi belanjakanlah uangnya disini sebanyak-banyaknya,” ujarnya.

Ia juga memaparkan bahwa Sultra juga memiliki SDA emas sebanyak 1,2 juta ton yg sudah di eksplorasi dgn nilai ratusan triliun. Nikiel 26 miliar ton. Aspal sebanyak 600 juta ton yang biasanya didatangkan dari Singapura.

”Saking banyak aspal kita (Sultra) bisa memenuhi kebutuhan aspal untuk Indonesia selama 400 tahun,” ujarnya.

Memang diakui oleh Nur Alam, bahwa daerah tersebut masih bergegas menuju daerah yang akan berkembang dengan baik.

”Daerah ini masih bergegas, Sultra akan menjadi masa depan Indonesia,” tukasnya.
Di penghujung acara yang dihadiri dari perwakilan Dirjen Bimas Kristen Kementrian Agama RI tersebut ditutup dengan acara hiburan. Para undangan dihibur para penyanyi yaitu para kontingen pesparawi dari berbagai daerah.

Bahkan acara itu terlihat sangat penuh kekeluargaan yang begitu harmonis. Acara hiburan itu pun ditutup Gubernur Sultra dengan menyanyikan lagu Wali yang berjudul Aku Bukanlah Bang Toyib. Semua peserta turut bernyanyi bersama dan tertawa. (budi hutahean)Sumber: Batam Pos

Tidak ada komentar: