Kamis, 15 September 2011

Dampak Kemarau, Panen TBS Kelapa Sawit Anjlok

TBS.Foto Google

Jambi, BATAKPOS

Akibat dampak dari kemarau panjang, petani Kelapa sawit di Jambi mengalami penurunan panen yang cukup drastik. Bahkan anjloknya panen tandan buah segar (TBS) kelapa sawit tidak dibarengi dengan naiknya TBS di tingkat petani yang kini masih dikisaran Rp Rp 1.280 per kilogram.

Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Jambi, Ir Tagor M Nasution, Rabu (14/9) mengatakan, panen TBS di Provinsi Jambi menurun drastis akibat musim kemarau. Namun pihaknya belum mendapatkan data lengkap jumlah panen TBS di Provinsi Jambi per hari.

Menurutnya, anjloknya panen TBS kelapa sawit paling banyak terdapat di Kabupaten Batanghari dan Muarojambi. Penurunan jumlah panenan ini disebabkan saat ini masuk musim trek atau pertengahan kemarau.

Seorang petani sawit di Mersam, Batanghari, Ismet Kahar mengatakan, petani kini mengalami musim trek, hasil panen TBS semakin menurun. Turunnya panen juga berdampak buruk pada tidak naiknya harga TBS.

“Sebelum mengalami musim trek dalam 4 kapling atau setara 8 hektare bias menghasilkan 5 ton TBS sekali panen. Namun sejak mengalami musim trek hasil panen anjlok dari 5 ton kini hanya bisa 200 kilogram. Inilah yang kami hadapi saat ini,”kata Ismet.

Anjloknya panen TBS petani berakibat minimnya biaya yang harus dikeluarkan petani untuk merawat kebun sawitnya. “Uang angkut dan dodosnya, pupuknya lagi. Makanya kalau saat ini kami sangat sulit sekali. Musim trek buah sawit biasanya terjadi hanya 3 hingga 4 bulan ke depan,”katanya.

Hal senada juga diakui, Marsito, petani sawit di Sungai Bahar, Muarojambi. Menurutnya, petani kini tidak hanya mengeluhkan penurunan jumlah panen, namun juga masalah harga TBS yang hanya dipatok tengkulak Rp 1.280 per kilogram.

Menurut Marsito, penurunan sawit di Sungaibahar memang tidak separah di Mersam, namun sudah sangat mengganggu pendapatan petani. Jumlah penurunannya mencapai 30 persen.

Dikatakan, selama musim trek petani lebih memilih tidak melakukan panen TBS. “Karena untuk upah buruh panen saja hasil jual buah sawit tidak cukup. Karena sangat menurun sekali bila dibandingkan dengan sebelumnya,”katanya. ruk

Tidak ada komentar: