Halaman

Rabu, 26 Februari 2014

Tugas Caleg, Suarakan Semangat Kebangsaan


Asad Isma/dok HAJE

Sibuk mengkampanyekan diri sendiri sebagai Calon Legislatif (Caleg) menjadikan politisi ini lupa menyuarakan semangat kebangsaan, terutama pada para pemuda. Selang kampanye tersebut seyogyanya, Caleg mampu menyuarakan semangat kebangsaan untuk meningkatkan integeritas bangsa.

R GILANG EZRI, Jambi
Ideologi bagi sebuah negara merupakan nyawa. Tanpa adanya ideologi, negara tidak akan hidup, karena, ideologi memberikan semangat untuk maju. Selain itu, terbentuknya sebuah negara tidak mungkin tanpa andil ideologi tertentu. Ideologi yang sama merupakan jalan bagi individu untuk bersatu dan membangun sebuah kumpulan yang disebut negara.

Indonesia adalah negara yang heterogen. Berbagai suku dan bahasa terhampar dari Sabang sampai Merauke. Ideologilah yang menyatukan semua perbedaan ini sampai menjadi sebuah negara. Ideologi juga memiliki peranan politik yang sangat kuat dalam sebuah negara. Dan Pancasila merupakan ideologi yang mampu menjawab semua tantangan perbedaan yang ada dalam negara ini.
2014 merupakan tahun politik yang akan menentukan nasib Indonesia lima tahun ke depan. Di tengah kondisi negara yang sedang dalam masa kelam, dengan korupsi dan bencana yang hadir, ideologi lah yang menjadi tumpuan dalam memperbaiki sistem yang ada. 

Pemilu akan dilaksanakan kurang dari dua bulan lagi. Di tengah carut marut perpolitikan negeri ini yang semakin membawa ke arah dis integrasi sosial dan bangsa, memunculkan keresahan tentang keteguhan bangsa terhadap ideologi yang selama ini diteriakkan. Oleh karena itu, semua lini bangsa harus bergerak menggelorakan semangat kebangsaan, termasuk para calon wakil rakyat.

Kampanye Kebangsaan

Senada dengan hal tersebut, Asad Isma, Direktur Center For Election and Political Party (CEPP) Provinsi Jambi mengatakan, bahwa dalam konteks Pemilu, diperlukan kampanye pentingnya menggelorakan semangat kebangsaan dalam kehidupan bermasyarakat. 

“Caleg harus bisa menyemangatkan wawasan kebangsaan kepada pemuda. Selain mengkampanyekan dirinya beserta visi dan misinya, juga harus mengkampanyekan semangat kebangsaan untuk menjaga integrasi bangsa,” ujarnya.

Begitu juga dengan masyarakat yang menjadi pemilih dalam Pemilu Legislatif pada Tanggal 9 April mendatang, harus memilih caleg yang kental semangat kebangsaannya. “Saya mengimbau kepada masyarakat untuk memilih Caleg yang selalu mengedepankan nilai-nilai kebangsaan, persatuan dan kesatuan,” ujarnya.

Paham Pemecah Belah
Salah satu paham yang mampu memecah belah adalah paham-paham ego sentris dan fanatisme sempit. Paham sektarian dan kedaerahan yang sempit, dapat memicu perpecahan di republik ini, terlebih republik ini lahir dari berbagai daerah yang berbeda suku dan bahasa.
Paham-paham ini sudah mulai berkembang dalam kancah perpolitikan negeri ini, termasuk juga calon anggota legislatif sebagai pemain aktif di dalamnya. Mulai banyak Caleg yang memainkan ego kedaerahan dan sebagainya untuk meraup suara yang lebih besar.
Asad Isma berharap, agar masyarakat dapat lebih cerdas dan tidak memilih Caleg yang mengembangkan paham-paham sektarian dan kedaerahan yang sempit.
“Kalau bisa, jangan pilih caleg yang selalu memainkan ego daerah dan RAS. Hal inilah yang dapat menjadi bibit-bibit perpecahan yang akan merusak tatanan yang dibangun berdasarkan ideologi kebangsaan yang telah memerdekakan negeri ini,” ujarnya.
Harapan yang ingin diwujudkan adalah di mana orang-orang yang terpilih dalam pemilihan umum legislatif tanggal 9 April 2014 nanti, merupakan orang-orang yang mampu menjaga semangat empat pilar kebangsaan dan kehidupan berbangsa dan bernegara.
“Kalau kita pilih Caleg-Caleg yang mengedepankan semangat kebangsaan, maka orang yang dipilih bisa menjaga kehidupan kenegaraan yang baik,” ungkapnya.

Ancaman Disintegrasi

Gejala-gejala ancaman disintegrasi sosial dan bangsa makin terasa dan berkembang di tengah masyarakat. Menurutnya, hal ini disebabkan beberapa faktor yang berasal baik dari dalam maupun dari luar negeri. 

Salah satu yang menyebabkan disintegrasi adalah pengaruh ideologi transnasional, terutama yang berkaitan dengan gerakan Islam di Timur Tengah. 

“Ideologi transnasional sekarang ini menyeruak masuk ke Indonesia, melalui anak-anak muda Indonesia yang belajar di Timur Tengah. Dan sekembalinya ke Indonesia mereka mengembangkan ideologi tersebut,” ujarnya.

Selain itu menurutnya, perkembangan ideologi transnasional ini dipercepat oleh kampanye-kampanye kelompok ini lewat internet dan jejaring sosial. Salah satu paham yang dikembangkan adalah kegagalan berbagai ideologi seperti kapitalisme dan sosialisme, sehingga pilihan mendirikan negara Islam adalah kebutuhan yang saat ini mendesak untuk diterapkan. 

“Upaya dan cita-cita mendirikan negara Islam tentu akan berdampak terhadap sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia,” jelasnya.

Ancaman Neokolonialisme

Selanjutnya, yang tidak kalah meresahkan adalah ancaman neokolonialisme. Menurutnya, neokolonialisme dalam bentuk masuknya perusahaan multi nasional yang mengeksplorasi dan mengeksploitasi sumber daya alam, tanpa memberi dampak positif bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Semangat etnisitas dan daerahisme, melalui otonomi daerah pun telah menyuburkan semangat kedaerahan, seperti kasus Aceh dan Papua. Selanjutnya, ketimpangan sosial ekonomi, juga memicu perpecahan yang ada. 

“Kebijakan yang tidak adil, berdampak memburuknya relasi dan solidaritas sosial antar masyarakat,” ujarnya. 

Rasa keadilan yang tidak dirasakan oleh masyarakat, membawa masyarakat kearah pemikiran dan persepsi masyarakat tentang rasa tidak percaya terhadap negara. Hal inilah yang dikemudian hari akan membawa dampak yang buruk terhadap integrasi negara, seperti yang terjadi saat krisis multi dimensional. Yang turut merusak persatuan bangsa adalah korupsi yang saat merajalela.

“Merajalelanya korupsi di negeri ini menjadi ancaman serius terhadap keutuhan bangsa ini,” ujarnya.
Menyikapi hal ini lanjutnya, empat pilar kebangsaan harus ditanamkan khususnya kepada generasi penerus bangsa. Mpat pilar tersebut yakni Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan Undang-Undang Dasar 1945. 

Bahkan, isu-isu tentang Pancasila dan UUD 1945 menjadi isu dan tema yang kurang diminati oleh kalangan kaum muda sebagai tema kajian diskusi. 

“Bila ditelusuri, semangat kebangsaan dan nasionalisme sudah semakin memudar di kalangan anak muda. Maka karena itu, para Caleg harus menggelorakan semangat kebangsaan ini, khususnya di kalangan anak muda, bukan sekedar mengkampanyekan visi dan misi untuk merebut simpatik para pemilih,” tegasnya.(*/poy)(Harian Jambi Edisi Cetak Pagi Rabu 26 Feb 2014)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar