Rabu, 06 Mei 2009

Penjualan Daging Babi di Jambi Menurun

Jambi, Batak Pos

Penjualan daging babi di pasar Jambi menurun drastis akibat merebaknya kabar Flu Babi yang memakan korban jiwa hingga ratusan orang di dunia. Penjualan daging babi di Kota Jambi menurun tajam. Seperti yang terlihat di Pasar Hongkong di Jl Gajah Mada, Kelurahan Jelutung dan Pasar Tradisional Angso Duo Pasar Jambi.

Kemudian sejumlah rumah makan tradisional khas Batak yang melayani lauk daging babi juga sepi pengunjung. Seperti yang terjadi disejumlah rumah makan khas Batak di Jambi yakni di Simpang Rimbo Jambi, Perumnas Jelutung, Lingkar Selatan.

"Kita sekarang mengurungkan niat untuk makan di rumah makan khas Batak yang ada menyediakan masakan daging babi. Merebaknya isu flu babi tersebut membuat pelanggan rumah makan khas Batak itu enggan untuk makan daging babi. Padahal virus tersebut belum ada masuk ke Indonesia, khususnya ke Jambi,"kata Pdt JRR Purba STh kepada Batak Pos, Jumat (01/5).

Menurutnya, isu flu babi itu membuat semua pihak khususnya pengkonsumsi daging babi. Para keluarga masyarakat Batak juga kini masih enggan menyajikan masakan daging babi.

Sementara itu, Johan (34), salah seorang penjual daging babi di Pasar Hongkong Jelutung mengatakan, biasanya ia dapat menjual 20-30 kg daging babi per hari. Namun semenjak merebaknya kabar flu babi, sehari ia hanya dapat menjual 2 kilogram daging babi.

"Sejak adanya flu babi, pasar hongkong ini sepi pengunjung. Akibatnya banyak daging saya yang gak laku. Harganya juga terpaksa turun drastis dari harga normal Rp 45.000 per kilogram turun menjadi Rp 25.000 per kilogram,"katanya.

Penjualan daging babi ini diperuntukan bagi kalangan non muslim, berada di daerah yang mayoritas di huni etnis Tianghoa dan Batak kristen. Pada umumnya babi yang dijual yang diternakkan di beberapa wilayah di Kota Jambi.

Secara terpisah, pengusaha rumah makan tradisional khas Batak, Ny Sihombing /br Sinaga kepada Batak Pos mengaku, omsetnya menurun drastis sejak isu flu babi tersebut. Guna mengurangi kerugian, dirinya mengurangi stok daging babi untuk dimasak. Kemudian guna mensiasatinya, rumah makan miliknya lebih menyajikan masakan pepes ikan mas (arsik).

30 Peternakan Babi

Sementara itu setidaknya ada 30 buah peternakan babi tersebar di empat kawasan dalam Kota Jambi. Masing-masing Kelurahan Legok Kecamatan Telanaipura, Kelurahan Sijenjang Kelurahan Jambi Timur, Kelurahan Payo Selincah Kecamatan Jambi Timur dan Kelurahan Mayang Mangurai, Kecamatan Kotabaru.

Kepala Bidang Peternakan Dinas Pertanian, Peternakan, Perikanan dan Kehutanan, Kota Jambi, Said Abu Bakar, terdapat sekitar 30 buah peternakan babi yang dipelihara oleh 32 Kepala Keluarga (KK) tersebar di beberapa daerah dalam Kota Jambi.

Dari total 2300 ekor ternak babi dalam Kota Jambi, populasi terbanyak terdapat di Kelurahab Legok dengan jumlah ternak babi 1200 ekor. "Populasi ternak babi dalam Kota Jambi banyak dipelihara oleh komunitas orang-orang cina,"katanya.

Sementara itu Dinas Peternakan (Disnak) Provinsi Jambi telah melakukan penyemprotan disinfektan ke pada ternak babi di Provinsi Jambi, khususnya di Kota Jambi, Jumat (01/5). Hal itu dilakukan guna menghindari penyebaran virus flu babi di Provinsi Jambi. Masyarakat juga diminta agar tidak panik atas merebaknya virus flu babi di luar negeri dan tetap mendapat pengawasan agar tidak masuk ke Indonesia, khususnya ke Provinsi Jambi. ruk

Tidak ada komentar: