Kamis, 05 November 2015

Komunitas Atas Terpencil Butuh Lahan dan Sumber Daya Keberlangsungan Hidup

PRESIDEN JOKOWI KUNJUNGI SAD DI SAROLANGUN, 27 OKTOBER 2015.IST
Jakarta- Koordinator Program Komunitas Konservasi Indonesia Warsi Robert Aritonang berpendapat bahwa Komunitas Adat Terpencil (KAT) membutuhkan lahan dan sumber daya untuk menjamin keberlangsungan hidupnya.

Pascakebakaran hutan dan lahan, KAT seperti Suku Anak Dalam terpaksa berpindah lokasi karena hutan yang mereka diami terbakar.


"Padahal, yang krusial bagi orang Rimba adalah masalah sumber daya. Kalau tidak ada sumber daya mau apa. Sementara itu yang digunakan untuk makan sehari-sehari. Mereka butuh lahan, karena mereka bukan orang seperti kita, yang berprofesi," katanya di sela-sela Forum Komunikasi Pemberdayaan KAT di Kantor Kementerian Sosial, Jakarta, Rabu (4/11).

Pemerintah pun diminta untuk bisa mengalokasikan lahan untuk mereka. Sejak zaman nenek moyang, KAT hidup di tanah mineral, bukan di lahan gambut.

Robert pun mengungkapkan tempat hidup Suku Anak Dalam saat ini bersingungan dengan tujuh perusahaan di hutan tanaman industri (HTI) dan sekitar lima perusahaan di bidang sawit.

Perusahaan HTI yang bersinggungan tersebut antara lain PT Wana Perintis, PT Anugerah Alam Sejahtera, PT Jebus Maju, PT Malaka Agro Perkasa, Tebo Multi Agro, Lestari Asri Jaya, dan PT Mugi Prima. Sedangkan perusahaan sawit merupakan anak perusahaan dari perusahaan sawit besar.
Hingga saat ini Warsi terus mendampingi KAT yang tersebar di Jambi, Riau, Sumatera Selatan, Bengkulu, dan Kalimantan. Sejumlah KAT itu mengalami ancaman yang sama yakni sulitnya sumber kehidupan mereka. (Ari Supriyanti Rikin/PCN/Suara Pembaruan)

Tidak ada komentar: