PRESIDEN JOKOWI KUNJUNGI SAD DI SAROLANGUN, 27 OKTOBER 2015.IST |
Jakarta- Koordinator
Program Komunitas Konservasi Indonesia Warsi Robert Aritonang
berpendapat bahwa Komunitas Adat Terpencil (KAT) membutuhkan lahan dan
sumber daya untuk menjamin keberlangsungan hidupnya.
Pascakebakaran hutan dan lahan, KAT seperti Suku Anak Dalam terpaksa berpindah lokasi karena hutan yang mereka diami terbakar.
"Padahal, yang krusial bagi orang Rimba adalah masalah sumber daya.
Kalau tidak ada sumber daya mau apa. Sementara itu yang digunakan untuk
makan sehari-sehari. Mereka butuh lahan, karena mereka bukan orang
seperti kita, yang berprofesi," katanya di sela-sela Forum Komunikasi
Pemberdayaan KAT di Kantor Kementerian Sosial, Jakarta, Rabu (4/11).
Pemerintah pun diminta untuk bisa mengalokasikan lahan untuk mereka.
Sejak zaman nenek moyang, KAT hidup di tanah mineral, bukan di lahan
gambut.
Robert pun mengungkapkan tempat hidup Suku Anak Dalam saat ini
bersingungan dengan tujuh perusahaan di hutan tanaman industri (HTI) dan
sekitar lima perusahaan di bidang sawit.
Perusahaan HTI yang bersinggungan tersebut antara lain PT Wana
Perintis, PT Anugerah Alam Sejahtera, PT Jebus Maju, PT Malaka Agro
Perkasa, Tebo Multi Agro, Lestari Asri Jaya, dan PT Mugi Prima.
Sedangkan perusahaan sawit merupakan anak perusahaan dari perusahaan
sawit besar.
Hingga saat ini Warsi terus mendampingi KAT yang tersebar di Jambi,
Riau, Sumatera Selatan, Bengkulu, dan Kalimantan. Sejumlah KAT itu
mengalami ancaman yang sama yakni sulitnya sumber kehidupan mereka. (Ari Supriyanti Rikin/PCN/Suara Pembaruan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar