FOTO: ASENK LEE SARAGIH.
KONI: Pengamat Olahraga Jambi Asnawi Nasution saat
diwawancara wartawan, Senin (27/7).
Jambi, MR-Pengamat Olahraga Jambi Asnawi Nasution mengatakan bahwa
Pengurus Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Provinsi Jambi jangan
dicampuri urusan politik jika olahraga Jambi maju. Pengurus KONI Jambi harus
paham soal olahraga atau mereka yang pernah menggeluti olahraga. Hindarilah
olahraga dari dunia politik. Dunia olahraga hendaknya dipimpin oleh ahli
dibidangnya. KONI bukan jembatan percaturan politik.
“Pengurus KONI Jambi jangan dijadikan ajang batu loncatan
oleh orang-orang yang pada akhirnya terjun ke dunia politik. Kita sudah punya
pengalaman soal hal itu. Jadi tolonglah sekali ini, pengurus dari Cabor hingga KONI
nantinya mereka orang-orang yang memiliki latar belakang paham di dunia
olahraga,” demikian disebutkan Asnawi Nasutian kepada Media Regional, Senin
(27/7).
Menurutnya, karena pengurus KONI yang terlibat di dunia
politik, akan menjadi batu sandungan bagi kemajuan olahraga Jambi. Karena
ditengah jalan pengurus itu mengundurkan diri, sehingga menghambat proses
peningkatan olahraga Jambi.
“Imbas dari politik kerap menyebabkan pengurus Cabor atau
KONI kerap menjadi penghalang untuk peningkatan prestasi olahraga Jambi. Karena
Jambi ini pernah berjaya dibidang olahraga. Kita pernah mencapai puncak
prestasi pada PON dengan posisi 6 besar. Namun dua kali PON prestasi Jambi
terjunpayung. Pekerjaan yang bukan pada ahlinya, tunggulah kehancuran,”
ujarnya.
Menurut Asnawi, adanya target 10 besar di PON XIX Jawa Barat
tahun 2016 mendatang, Jambi harus memiliki minimal 16 medali emas. Jambi di PON
Kaltim sudah kehilangan 8 medali abadi, yakni dari cabang olahraga renang.
“Mimpi pengurus KONI Jambi untuk menargetkan peringkat 10 di PON depan,
bagaikan bumi dan langit. Hal itu sulit sekali diwujudkan,” katanya.
Disebutkan, KONI Provinsi Jambi yang menargetkan peringkat
10 PON XIX Jawa Barat tahun 2016 mendatang, itu tidak realistis. Target posisi di
10 besar tersebut menurut Ketua KONI Provinsi Jambi AS Budianto paling tidak
menyabet 10 medali emas di PON mendatang.
Disebutkan, berdasarkan pengalaman keikutsertaan di PON,
koleksi 10 emas belum mampu mengatrol posisi di peringkat 10. Keikutsertaan di
PON XVII Kaltim misalnya Jambi mengoleksi 11 medali emas 17 perak dan 28
perunggu, koleksi itu hanya sanggup membawa provinsi Jambi di peringkat 15.
“Target kembali ke 10 besar menurutnya kurang realistis mengingat
hasil PON XVIII kemarin Jambi di peringkat 24 dengan hanya mampu meraih 3
medali emas, 8 perak dan 20 perunggu. Sebelum menentukan target pengurus KONI
menurutnya juga mesti memperhitungkan cabang-cabang olahraga terukur dan juga
tidak terukur, juga cabang perorangan atau beregu. Penentuan target yang
realistis menurutnya yakni hasil dari Kejurnas/Pra PON, "Setelah itu baru
bisa dilakukan hitung-hitungan target medali untuk PON," katanya.
Kata Asnawi, dua kali keikutsertaan di PON posisi Jambi
terpuruk, namun Jambi juga pernah meraih prestasi cemerlang yakni pada
keikutsertaan di PON XVI tahun 2004 di Sumatera Selatan. Jambi waktu itu berada
di posisi enam dengan mengoleksi 27 medali emas, 27 perak dan 12 perunggu.
Di masa itu, lanjut Asnawi, selain berada di posisi
terhormat 6 besar, Jambi dinilai berhasil karena meraihnya dengan efisiensi
anggaran. Hanya dengan anggaran Rp 18 miliar yang bersumber dari APBD untuk
masa persiapan selama 4 tahun hingga kepulangan, kontingen Jambi sukses di
peringkat 6.
“Di PON XVI tahun 2004, dengan anggaran Rp 18 miliar, raihan
27 medali emas setelah dikalkulasi bahwa harga sekeping medali emas PON adalah
Rp 105 juta. Ini berbanding terbalik dengan keikutsertaan di PON XVII di
Kalimantan Timur yang menghabiskan anggaran sebesar Rp 45 miliar APBD belum
termasuk bantuan pengusaha, anggaran sebesar itu mulai dari persiapan hingga
kepulangan, di Kaltim emas yang diraih hanya 11 emas atau satu medali emas
dihargai Rp 4 miliar lebih. PON Kaltim sebut Asnawi juga merupakan lembaran
hitam sejarah KONI, Jambi waktu itu mengirimkan kontingen yang beranggotakan
sebanyak 215 orang dan hanya membawa pulang 11 emas,” ujarnya.
Meskipun begitu, Asnawi memuji rekrutmen atlet andalan di
Merpati Emas 2016 yang sudah menunjukkan perbaikan. Tidak lagi asal masuk 8
besar nasional, termasuk sistem degradasi dan promosi. Asnawi juga mengingatkan
bahwa keberhasilan juga tidak melulu diukur dari berapa medali yang diraih akan
tetapi juga efisiensi pengelolaan anggaran.
“Saya mengingatkan ini karena saat ini saja sudah Rp 21
milyar yang dikucurkan Pemprov Jambi untuk KONI Jambi selama tahun 2013 dan
2014. Tahun 2013 KONI menerima kucuran anggaran dari APBD Pemprov sebesar Rp 7
milyar dan di tahun 2014, anggaran KONI naik menjadi Rp 14 milyar. Bahkan di
tahun 2015 KONI ancang-ancang mengajukan anggaran sebesar Rp 27 miliar,” ujar
Asnawi.
Menurut Asnawi, guna mewujudkan prestasi olahraga Jambi,
harus melakukan rekrutmen atlet andalan dengan seleksi yang ketat sesuai dengan
prestasi, bukan karena efek lain. Kriteria atlet yang dibina juga harus mengacu
kepada iptek. Karena dunia olaharaga kini sudah berdasarkan iptek.
“Guna mewujudkan prestasi dimulai jadi atlet. Kemudian
kualifikasi pelatih, misalnya kualifikasi lokal, nasional dan internasional.
Kualifikasi pelatih ini sangat penting dalam pembinaan atlet. Jadi peranan
pelatih sangat menentukan maju mundurnya prestasi atlet itu sendiri. Jambi kini
masih minim kualifikasi pelatih bertaraf nasional dan internasional,” ujarnya.
Disebutkan, guna membina atlet itu, harus banyak mengikuti
kompetisi baik di tingkat nasional, regional dan internasional. “Lebih banyak
atlet ikut kompetisi nasional dan regional akan mewujudkan atlet berprestasi.
Kemudian standar latihan atlet juga harus kualifikasi nasional. Kemudian atlet
juga harus sering melakukan tryout dengan lawan tanding yang lebih maju dengan
atlet yang dibina tersebut,” katanya.
Secara tegas Asnawi Nasution juga mengatakan kalau Porwil bukan
tolak ukur untuk menguji atlet bisa tidaknya di PON. “Sejak dari dulu saya
sudah mengkritisi ini, agar Jambi jangan ikut Porwil. Karena Porwil tidak bisa
menentukan tolak ukur atlet untuk berlaga di PON. Saya setuju agar Porwil itu
dibubarkan saja, karena Porwil itu buang duit tak karian. APBD koyak karenanya,”
tegasnya. Asnawi Nasution juga mengajak KONI Jambi untuk berpikir
realistis. Karena Porwil kurang bermanfaat untuk menentukan prestasi atlet
tersebut. (Asenk Lee)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar